Kawasan Rawan Bencana Bertambah Luas
A
A
A
JAKARTA - Meningkatnya aktivitas erupsi Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, hingga akhir Oktober ini, membuat kawasan rawan bencana bertambah luas.
Kini, desa-desa yang berjarak radius lima kilometer (km) dari kaki Sinabung terancam terkena awan panas dan material vulkanik lainnya. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, pada awalnya rekomendasi hanya dengan jarak radius tiga kilometer, namun kini menjadi lima kilometer mengarah ke selatan.
“Ancaman seperti batu pijar, awan panas, abu, dan pasir yang sangat pekat bisa mengenai desa dalam radius lima kilometer, seperti Desa Berastepu, Dusun Sibintun, serta Desa Gamber,” katanya di Jakarta, kemarin. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah merekomendasi status di wilayah itu menjadi III atau Siaga. Mereka juga meminta agar masyarakat atau wisatawan tidak melakukan aktivitas pendakian di dalam radius tiga kilometer.
Masyarakat dengan radius tiga kilometer, yakni di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung; dan Desa Bekerah, Desa Simacem di Kecamatan Naman Teran, agar direlokasi. Masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer di wilayah selatan dan tenggara Sinabung yang merupakan bukaan lembah gunung atau lokasi aliran lava dan awan panas. Sebab, sangat rawan dan berpotensi terkena guguran lava atau luncuran awan panas, seperti di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung; Desa Kutatonggal, Kecamatan Naman; Desa Berastepu, Dusun Sibintun; dan Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat.
“Masyarakat di empat desa, satu dusun, serta tersebar di tiga kecamatan itu agar direlokasi ke tempat aman, dan relokasinya untuk jangka panjang. Sebab, belum bisa diprediksi kapan Sinabung kembali normal,” katanya. Sutopo juga mengingatkan warga yang berada di radius lima kilometer dari kaki Sinabung untuk mewaspadai banjir lahar dingin karena wilayah sekitar gunung setinggi 2.460 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu mulai diguyur hujan. Luncuran lahar dingin akan membawa material gunung, dan total diperkirakan akan mencapai 100 juta meter kubik
Selain itu, potensi lahar panas masih sangat tinggi. Sementara itu, sebanyak 1.600 personel Zeni Kodam I Bukit Barisan (BB) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo mulai membuat akses jalan di kawasan Kacinambun Puncak 2000 menuju lahan relokasi korban erupsi Gunung Sinabung, kemarin. Kepala Tanggap Darurat Gunung Sinabung, Letnan Kolonel (Letkol) Asep Sukarna, mengungkapkan, sebagai langkahawal, mereka mulai menandai pohon berukuran besar yang akan ditebang karena jalur menuju lahan relokasi sama sekali belum memiliki akses jalan.
“Setelah ditebang, barulah alat berat bisa masuk untuk membuka akses jalan,” ungkapnya saat dihubungi KORAN SINDO, kemarin. Dia menargetkan pekerjaan membuka akses jalan masuk ini bisa tuntas paling lama dalam waktu sepekan. Setelah itu mereka langsung membuat jalan dan kemudian rumah warga secara bertahap. Tahap awal, 50 unit rumah akan dibangun dan begitu seterusnya hingga selesai.
Rumah tersebut untuk pengungsi yang berasal dari tiga desa, yakni Desa Simacem, Bekerah, dan Suka Meriah yang berada paling dekat dengan ancaman guguran awan panas dari sisi timur Sinabung. Berdasarkan rekomendasi dari PVMBG, sebanyak 370 kepalakeluarga( KK) yangberasaldari tiga tersebut, di antaranya Desa Suka Meriah 136 KK, Desa Bekerah103KK, danDesaSimacem 131 KK, akan menempati rumah baru di lahan relokasi tersebut yang berjarak 30 km dari ketiga desa yang akan direlokasi.
Sutopo mengungkapkan, kebutuhan lahan untuk relokasi seluas 600 hektare (ha) sudah tersedia. Lahan seluas 250 ha untuk kawasan permukiman yang berada di kawasan agropolitan Siosar, dan 450 ha berada di kawasan hutan produksi Siosar. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menyetujui lahan untuk relokasi yang digunakan sebagai lahan pertanian korban erupsi Gunung Sinabung seluas 447,86 ha, dan 11,02 ha untuk akses menuju lokasi agropolitan Siosar.
Sementara itu, hingga kini aktivitas vulkanik Gunung Sinabung belum menunjukkan gejala penurunan. Berdasarkan data Tim Pemantau Gunung Sinabung, kemarin, telah terjadi tiga kali erupsi, di antaranya pukul 08.50 WIB selama 307 detik dengan jarak guguran awan panas sejauh 4.000 meter ke arah selatan, serta diiringi embusan kolom abu setinggi 2.500 meter.
Erupsi kedua terjadi pada pukul 14.01 WIB dengan jarak guguran sejauh 3.000 meter selama 147 detik. Adapun erupsi ketiga terjadi pada pukul 14.39 WIB dengan jarak guguran awan panassejauh3.000meterkearah selatan selama 215 detik.
Dicky irawan
Kini, desa-desa yang berjarak radius lima kilometer (km) dari kaki Sinabung terancam terkena awan panas dan material vulkanik lainnya. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, pada awalnya rekomendasi hanya dengan jarak radius tiga kilometer, namun kini menjadi lima kilometer mengarah ke selatan.
“Ancaman seperti batu pijar, awan panas, abu, dan pasir yang sangat pekat bisa mengenai desa dalam radius lima kilometer, seperti Desa Berastepu, Dusun Sibintun, serta Desa Gamber,” katanya di Jakarta, kemarin. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah merekomendasi status di wilayah itu menjadi III atau Siaga. Mereka juga meminta agar masyarakat atau wisatawan tidak melakukan aktivitas pendakian di dalam radius tiga kilometer.
Masyarakat dengan radius tiga kilometer, yakni di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung; dan Desa Bekerah, Desa Simacem di Kecamatan Naman Teran, agar direlokasi. Masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer di wilayah selatan dan tenggara Sinabung yang merupakan bukaan lembah gunung atau lokasi aliran lava dan awan panas. Sebab, sangat rawan dan berpotensi terkena guguran lava atau luncuran awan panas, seperti di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung; Desa Kutatonggal, Kecamatan Naman; Desa Berastepu, Dusun Sibintun; dan Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat.
“Masyarakat di empat desa, satu dusun, serta tersebar di tiga kecamatan itu agar direlokasi ke tempat aman, dan relokasinya untuk jangka panjang. Sebab, belum bisa diprediksi kapan Sinabung kembali normal,” katanya. Sutopo juga mengingatkan warga yang berada di radius lima kilometer dari kaki Sinabung untuk mewaspadai banjir lahar dingin karena wilayah sekitar gunung setinggi 2.460 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu mulai diguyur hujan. Luncuran lahar dingin akan membawa material gunung, dan total diperkirakan akan mencapai 100 juta meter kubik
Selain itu, potensi lahar panas masih sangat tinggi. Sementara itu, sebanyak 1.600 personel Zeni Kodam I Bukit Barisan (BB) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo mulai membuat akses jalan di kawasan Kacinambun Puncak 2000 menuju lahan relokasi korban erupsi Gunung Sinabung, kemarin. Kepala Tanggap Darurat Gunung Sinabung, Letnan Kolonel (Letkol) Asep Sukarna, mengungkapkan, sebagai langkahawal, mereka mulai menandai pohon berukuran besar yang akan ditebang karena jalur menuju lahan relokasi sama sekali belum memiliki akses jalan.
“Setelah ditebang, barulah alat berat bisa masuk untuk membuka akses jalan,” ungkapnya saat dihubungi KORAN SINDO, kemarin. Dia menargetkan pekerjaan membuka akses jalan masuk ini bisa tuntas paling lama dalam waktu sepekan. Setelah itu mereka langsung membuat jalan dan kemudian rumah warga secara bertahap. Tahap awal, 50 unit rumah akan dibangun dan begitu seterusnya hingga selesai.
Rumah tersebut untuk pengungsi yang berasal dari tiga desa, yakni Desa Simacem, Bekerah, dan Suka Meriah yang berada paling dekat dengan ancaman guguran awan panas dari sisi timur Sinabung. Berdasarkan rekomendasi dari PVMBG, sebanyak 370 kepalakeluarga( KK) yangberasaldari tiga tersebut, di antaranya Desa Suka Meriah 136 KK, Desa Bekerah103KK, danDesaSimacem 131 KK, akan menempati rumah baru di lahan relokasi tersebut yang berjarak 30 km dari ketiga desa yang akan direlokasi.
Sutopo mengungkapkan, kebutuhan lahan untuk relokasi seluas 600 hektare (ha) sudah tersedia. Lahan seluas 250 ha untuk kawasan permukiman yang berada di kawasan agropolitan Siosar, dan 450 ha berada di kawasan hutan produksi Siosar. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menyetujui lahan untuk relokasi yang digunakan sebagai lahan pertanian korban erupsi Gunung Sinabung seluas 447,86 ha, dan 11,02 ha untuk akses menuju lokasi agropolitan Siosar.
Sementara itu, hingga kini aktivitas vulkanik Gunung Sinabung belum menunjukkan gejala penurunan. Berdasarkan data Tim Pemantau Gunung Sinabung, kemarin, telah terjadi tiga kali erupsi, di antaranya pukul 08.50 WIB selama 307 detik dengan jarak guguran awan panas sejauh 4.000 meter ke arah selatan, serta diiringi embusan kolom abu setinggi 2.500 meter.
Erupsi kedua terjadi pada pukul 14.01 WIB dengan jarak guguran sejauh 3.000 meter selama 147 detik. Adapun erupsi ketiga terjadi pada pukul 14.39 WIB dengan jarak guguran awan panassejauh3.000meterkearah selatan selama 215 detik.
Dicky irawan
(ars)