Perbaikan Jalan di Banten Lamban
A
A
A
SERANG - Perbaikan jalan rusak di Banten tampaknya tidak akan bisa dituntaskan Pemprov Banten tahun ini.
Beberapa ruas jalan yang rencananya diperbaiki 2014, hingga akhir Oktober ini banyak yang masih terbengkalai. Dari pantauan KORAN SINDO, beberapa jalan yang kondisinya rusak yaitu Jalan Palima-Pasar Teneng. Di jalan tersebut hanya terdapat perawatan jalan, yang menyambungkan antara bangunan jalan beton dan aspal. Sopi, 22, warga Pabuaran, Kabupaten Serang mengaku, kerusakan Jalan Palima-Pasar Teneng sangat menghambat mobilisasi warga.
Dalam kondisi normal, dari Pabuaran ke Kota Serang hanya butuh waktu 15 menit. Saat kondisi jalan rusak seperti sekarang, waktu tempuh mencapai 30 menit. “Saya setiap hari ke Kota Serang, jalannya sangat berdebu,” kata Sopi kemarin. Kerusakan diperparah dengan banyaknya truk pengangkut pasir yang melintas di jalan tersebut. Kerusakan juga terdapat di Jalan Rangkasbitung- Citeras-Asem. Jalan strategis nasional dari beton ini banyak yang berlubang dengan kedalaman 20-30 cm. Belum terlihat ada perbaikan dari Pemprov Banten.
Yang lebih mengkhawatirkan aspal di pintu rel kereta api, Citeras sudah terkelupas dan terdapat lubang sedalam 30 cm. Banyak mobil pribadi yang melintas harus didorong. Di jalan ini juga sering terjadi kemacetan saat musim libur. Kerusakan jalan juga dikeluhkan Sekretaris Komisi IV DPRD Banten Toni Fatoni Mukson. Menurut Toni, kerusakan jalan di Banten sudah sangat parah dan menyebar. “Kondisi jalan rusak pada 2014 ini tidak akan terbangun secara maksimal,” terangnya.
Hal itu, lanjut Toni, karena banyak proyek yang ditenderkan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang (DBMTR) gagal. “Kami masih menunggu data dari DBMTR soal berapa angka riil kerusakan jalan,” ujarnya. Mandeknya perbaikan jalan juga akibat ada sistem baru, yaitu Unit Layanan Pengadaan (ULP). Unit ini memberikan kualifikasi proyek terlalu tinggi sehingga banyak pengusaha yang mengajukan penawaran gugur dalam lelang proyek. “Kualifikasi boleh tinggi, tetapi terkait masalah jalan kenapa tidak bisa terbangun?” imbuhnya. Kepala DBMTR Banten Husni Hasan mengatakan, panjang jalan provinsi saat ini 852,8 km.
Dari panjang tersebut, 30% kondisinya sangat baik, rusak berat 27%, dan sisanya rusak ringan. Yang saat ini sedang diperbaiki yakni Jalan Raya Petir-Warung Gunung, Maja- Koleang, dan beberapa titik lainnya. “Kami tidak diam, pegawai di DBMTR setiap hari selalu ada di lapangan untuk mempercepat perbaikan jalan,” tuturnya. Husni mengaku dari 14 proyek perbaikan jalan yang telah dilelang, hanya 5 proyek yang telah ada pemenangnya, sisanya tidak bisa dilelang ulang.
“Karena melihat waktu yang sempit, akhirnya 9 proyek jalan tidak kami laksanakan karena khawatir menjadi temuan hukum,” tuturnya. Demi menuntaskan jalan rusak tersebut, DBMTR Banten telah mengajukan rencana anggaran Rp881,540 miliar untuk tahun depan.
Teguh mahardika
Beberapa ruas jalan yang rencananya diperbaiki 2014, hingga akhir Oktober ini banyak yang masih terbengkalai. Dari pantauan KORAN SINDO, beberapa jalan yang kondisinya rusak yaitu Jalan Palima-Pasar Teneng. Di jalan tersebut hanya terdapat perawatan jalan, yang menyambungkan antara bangunan jalan beton dan aspal. Sopi, 22, warga Pabuaran, Kabupaten Serang mengaku, kerusakan Jalan Palima-Pasar Teneng sangat menghambat mobilisasi warga.
Dalam kondisi normal, dari Pabuaran ke Kota Serang hanya butuh waktu 15 menit. Saat kondisi jalan rusak seperti sekarang, waktu tempuh mencapai 30 menit. “Saya setiap hari ke Kota Serang, jalannya sangat berdebu,” kata Sopi kemarin. Kerusakan diperparah dengan banyaknya truk pengangkut pasir yang melintas di jalan tersebut. Kerusakan juga terdapat di Jalan Rangkasbitung- Citeras-Asem. Jalan strategis nasional dari beton ini banyak yang berlubang dengan kedalaman 20-30 cm. Belum terlihat ada perbaikan dari Pemprov Banten.
Yang lebih mengkhawatirkan aspal di pintu rel kereta api, Citeras sudah terkelupas dan terdapat lubang sedalam 30 cm. Banyak mobil pribadi yang melintas harus didorong. Di jalan ini juga sering terjadi kemacetan saat musim libur. Kerusakan jalan juga dikeluhkan Sekretaris Komisi IV DPRD Banten Toni Fatoni Mukson. Menurut Toni, kerusakan jalan di Banten sudah sangat parah dan menyebar. “Kondisi jalan rusak pada 2014 ini tidak akan terbangun secara maksimal,” terangnya.
Hal itu, lanjut Toni, karena banyak proyek yang ditenderkan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang (DBMTR) gagal. “Kami masih menunggu data dari DBMTR soal berapa angka riil kerusakan jalan,” ujarnya. Mandeknya perbaikan jalan juga akibat ada sistem baru, yaitu Unit Layanan Pengadaan (ULP). Unit ini memberikan kualifikasi proyek terlalu tinggi sehingga banyak pengusaha yang mengajukan penawaran gugur dalam lelang proyek. “Kualifikasi boleh tinggi, tetapi terkait masalah jalan kenapa tidak bisa terbangun?” imbuhnya. Kepala DBMTR Banten Husni Hasan mengatakan, panjang jalan provinsi saat ini 852,8 km.
Dari panjang tersebut, 30% kondisinya sangat baik, rusak berat 27%, dan sisanya rusak ringan. Yang saat ini sedang diperbaiki yakni Jalan Raya Petir-Warung Gunung, Maja- Koleang, dan beberapa titik lainnya. “Kami tidak diam, pegawai di DBMTR setiap hari selalu ada di lapangan untuk mempercepat perbaikan jalan,” tuturnya. Husni mengaku dari 14 proyek perbaikan jalan yang telah dilelang, hanya 5 proyek yang telah ada pemenangnya, sisanya tidak bisa dilelang ulang.
“Karena melihat waktu yang sempit, akhirnya 9 proyek jalan tidak kami laksanakan karena khawatir menjadi temuan hukum,” tuturnya. Demi menuntaskan jalan rusak tersebut, DBMTR Banten telah mengajukan rencana anggaran Rp881,540 miliar untuk tahun depan.
Teguh mahardika
(ars)