Operasional Angkutan Umum Mendesak untuk Dievaluasi
A
A
A
JAKARTA - Operasional angkutan umum di DKI Jakarta mendesak untuk dievaluasi agar keselamatan penumpang maupun pengguna jalan bisa terjamin.
Selama ini angkutan umum seperti Metromini, Kopaja, dan Mayasari Bakti kerap beroperasi ugal-ugalan. Belum lagi kendaraan yang dioperasikan selalu “bermain” dalam proses uji kir sehingga terkesan dipaksakan mengangkut penumpang di jalan. “Jakarta saat ini sangat membutuhkan transportasi massal yang memadai untuk mengurai kepadatan arus lalu lintas. Pemerintah harus lebih tegas dalam mengelola angkutan umum meski mayoritas angkutan umum dikelola perorangan maupun kelompok swasta,” ujar pengamat transportasi Darmaningtyas kemarin.
Untuk memperbaiki manajemen transportasi diperlukan sedikitnya tiga faktor evaluasi dari kecelakaan yang sudah pernah terjadi. Pertama, bila kecelakaan karena ulah manusianya, pemerintah harus lebih tegas membuat aturan bagi para pengelola angkutan umum dalam menyeleksi sopirnya. Kedua, jika kecelakaan disebabkan faktor kendaraan, pemerintah jangan pernah mainmain melakukan uji kelaikan (kir) dan uji peti di lapangan. Ketiga, faktor infrastruktur. “Infrastruktur juga kerap menjadi penyebab kecelakaan angkutan umum, apalagi pada tahun ini banyak pengerjaan fisik yang tidak terealisasi,” katanya.
Lambannya evaluasi terhadap angkutan umum membuat kecelakaan demi kecelakaan kerap terjadi di jalan raya. Kemarin Metromini U-70 (Semper– Senen) B 7010 DG terbalik di Jalan Yos Sudarso, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, yang mengarah ke Cawang, Jakarta Timur seusai ditabrak Mayasari Bakti P-42 jurusan Cileungsi– Tanjung Priok. Beruntung dalam insiden tersebut tidak ada korban jiwa.
“Seluruh penumpang Metromini luka ringan dan satu penumpang mengalami patah tulang di bagian tangan kiri. Seluruh korban dibawa ke Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta Pusat,” kata Kepala Urusan Pembinaan Operasional Satlantas Polres Jakarta Utara AKP Frieda D.
Bima setiyadi
Selama ini angkutan umum seperti Metromini, Kopaja, dan Mayasari Bakti kerap beroperasi ugal-ugalan. Belum lagi kendaraan yang dioperasikan selalu “bermain” dalam proses uji kir sehingga terkesan dipaksakan mengangkut penumpang di jalan. “Jakarta saat ini sangat membutuhkan transportasi massal yang memadai untuk mengurai kepadatan arus lalu lintas. Pemerintah harus lebih tegas dalam mengelola angkutan umum meski mayoritas angkutan umum dikelola perorangan maupun kelompok swasta,” ujar pengamat transportasi Darmaningtyas kemarin.
Untuk memperbaiki manajemen transportasi diperlukan sedikitnya tiga faktor evaluasi dari kecelakaan yang sudah pernah terjadi. Pertama, bila kecelakaan karena ulah manusianya, pemerintah harus lebih tegas membuat aturan bagi para pengelola angkutan umum dalam menyeleksi sopirnya. Kedua, jika kecelakaan disebabkan faktor kendaraan, pemerintah jangan pernah mainmain melakukan uji kelaikan (kir) dan uji peti di lapangan. Ketiga, faktor infrastruktur. “Infrastruktur juga kerap menjadi penyebab kecelakaan angkutan umum, apalagi pada tahun ini banyak pengerjaan fisik yang tidak terealisasi,” katanya.
Lambannya evaluasi terhadap angkutan umum membuat kecelakaan demi kecelakaan kerap terjadi di jalan raya. Kemarin Metromini U-70 (Semper– Senen) B 7010 DG terbalik di Jalan Yos Sudarso, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, yang mengarah ke Cawang, Jakarta Timur seusai ditabrak Mayasari Bakti P-42 jurusan Cileungsi– Tanjung Priok. Beruntung dalam insiden tersebut tidak ada korban jiwa.
“Seluruh penumpang Metromini luka ringan dan satu penumpang mengalami patah tulang di bagian tangan kiri. Seluruh korban dibawa ke Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta Pusat,” kata Kepala Urusan Pembinaan Operasional Satlantas Polres Jakarta Utara AKP Frieda D.
Bima setiyadi
(ars)