Aktivis Peringati Sebulan Demonstrasi

Rabu, 29 Oktober 2014 - 13:53 WIB
Aktivis Peringati Sebulan Demonstrasi
Aktivis Peringati Sebulan Demonstrasi
A A A
HONG KONG - Aktivis prodemokrasi Hong Kong berkumpul di lokasi utama protes untuk memperingati hari ke-31 aksi demonstrasi kemarin. Mereka berharap pemerintah memberikan “kado” demokrasi nyata kepada rakyat dalam waktu dekat.

Aktivis tidak membatasi perayaan peringatan demonstrasi itu kepada pengunjuk rasa. Mereka turut mengundang masyarakat setempat. Meski tidak ada kue dan ucapan selamat, ratusan aktivis dan masyarakat antusias menggelar peringatan itu. Beberapa aktivis merayakan peringatan itu dengan unik.

Mereka mengenakan masker medis, sama dengan yang digunakan pengunjuk rasa saat mereka melindungi diri dari gas air mata dan semprotan merica. Beberapa dari mereka juga ada yang membawa payung untuk simbol yang sama. Sebuah grup Facebook juga mengajak anggota mereka untuk membuka payung pada pukul 18.00 waktu setempat. “Itu untuk mengungkapkan kekecewaan, kekejaman polisi, dan kurangnya kemajuan politik di Hong Kong,” bunyi posting- an grup itu seperti dilansir AFP.

Senada dengan grup itu, seorang tahanan rumah China, Hu Jia, mengatakan akan melakukan hal yang sama sebagai bentuk solidaritas. Namun, dia tidak bisa melakukannya di situs demonstrasi. “Saya akan ikut berpartisipasi di rumah tahanan saya di Beijing,” katanya. Pengunjuk rasa mengheningkan cipta selama 87 detik pada pukul 17.57 sore waktu setempat. Maklum, pada sore 28 September, pengunjuk rasa dan polisi terlibat bentrok.

Saat itu polisi menembakkan gas air mata sebanyak 87 kali untuk menekan sekaligus membuyarkan pengunjuk rasa. Keputusan itu dikritik aktivis karena menurut mereka aksi demonstrasi berjalan dengan damai. Sekitar 10.000 simpatisan dari kalangan mahasiswa turun ke jalan mendukung gerakan demokrasi. Itu menjadi demonstrasi paling besar sejak protes Tiananmen pada 1989. Perjuangan pengunjuk rasa yang ingin menerapkan sistem demokrasi nyata pada pemilihan umum (pemilu) 2017 tidak membuahkan hasil. Keinginan mereka selalu ditolak.

Pemerintah tetap teguh dengan dari keputusan China yang akan menyaring terlebih dahulu para kandidat. Pengunjuk rasa menyebut pemilu tersebut sebagai demokrasi palsu. Beberapa waktu lalu lima wakil pengunjuk rasa dan lima wakil pemerintah menggelar dialog. Namun, perundingan juga tidak membawa perubahan. Pengunjuk rasa kembali kecewa dan dibuat frustrasi. Sampai saat ini Pemerintah Hong Kong, terutama China, tidak memberikan tanda akan mencabut komitmen.

Mereka tetap menolak tuntutan pengunjuk rasa yang tergabung dari aktivis, mahasiswa, dan warga sipil itu. Terlebih lagi, pengaruh dari luar mulai ditutup. Pemimpin pengunjuk rasa Joshua Wong mengaku bimbang. Dia sempat menawarkan langkah voting kepada pengunjuk rasa; mengikuti jawaban pemerintah atau tetap bergerak maju. Namun, langkah itu terbengkalai. Demonstrasi terus berlanjut dan Wong kehilangan ide. Wong tidak ingin mengecewakan pengunjuk rasa.

Meski tidak yakin bagaimana caranya menaklukkan komitmen pemerintah, dia mengatakan bergerak mundur bukan opsi terbaik. “Invasi tetap harus dijalankan. Pengunjuk rasa akan tidur di dalam tenda mereka di setiap malam,” katanya, dikutip AFP. Pilihan yang diputuskan Wong memang tidak mudah. Pada saat bersamaan, dia juga cemas masyarakat Hong Kong akan berang karena invasi pengunjuk rasa terus melumpuhkan kota. Beberapa pengunjuk rasa mengatakan akan meninggalkan lokasi protes. “Tapi, itu tidak berarti kami mundur,” kata pendiri Occupy Central professor Benny Tai itu.

Ketua Eksekutif Hong Kong Leung Chun-ying berulang kali menegaskan demokrasi nyata tidak bisa diterapkan. Itu didasarkan pada keputusan pemerintah pusat. Atas penolakan itu, pamornya terus merosot dari 53,9 menjadi 38,6 dalam rentang sekitar delapan bulan sejak Maret.

Muh shamil
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5001 seconds (0.1#10.140)