Tak Ada Prestasi, Keamanan Negara Terancam

Selasa, 28 Oktober 2014 - 14:05 WIB
Tak Ada Prestasi, Keamanan Negara Terancam
Tak Ada Prestasi, Keamanan Negara Terancam
A A A
AFGHANISTAN - Tak ada warisan yang ditinggalkan pasukan Inggris setelah resmi meninggalkan Afghanistan pada 26 Oktober lalu.

Kondisi keamanan negara tersebut berada di ujung tanduk. Taliban dan Al-Qaeda tetap menjadi ancaman nyata. Inggris justru memberikan bencana bagi Afghanistan karena membiarkan negara itu hancur secara pelan-pelan. Selama 13 tahun berada di Afghanistan tercatat 453 tentara Inggris tewas di medan tempur, termasuk 35 prajurit yang masih berusia belasan tahun. Sebanyak 20.000 warga Afghanistan juga meninggal dunia sia-sia. Enam bulan pertama pada 2014 sebanyak 1.564 warga sipil tewas dan 3.289 terluka atau mengalami peningkatan 17% dibandingkan tahun sebelumnya.

Provinsi Helmand yang menjadi titik penempatan pasukan Inggris selama beberapa tahun ternyata tidak mengalami perubahan menuju hal positif. Kondisi Helmand yang menjadi pusat produksi opium di Afghanistan hingga kini tetap seperti semula. Hanya ketika awal pendudukan Inggris di Helmand, produksi opium mengalami penurunan tajam. Dengan ditariknya pasukan Inggris dari Helmand, posisi pasukan Taliban juga semakin kuat.

Ada kekhawatiran Taliban akan kembali mengambil alih provinsi itu. Rendahnya tingkat keamanan menjadikan angka kriminalitas semakin meningkat. Para pemimpin suku juga sering beraksi untuk menguasai daerah jajahan dan menarik pajak. Para pejabat pemerintahan juga cenderung korup dan memperkaya diri. Inggris hanya meninggalkan kondisi jalanan yang mulus dan infrastruktur yang cukup bagus. Sekolah-sekolah juga cukup banyak. Namun, bagaimana berkendara di jalanan yang mulus ketika banyak ancaman bom bunuh diri ataupun serangan bersenjata?

Bagaimana anak-anak dapat bersekolah dengan aman ketika sering ada bom di dekat sekolah? Para analis melihat presiden baru Afghanistan Ashraf Ghani akan menghadapi kebangkrutan negaranya. Namun, Inggris tetap membela diri. “Kesalahan dilakukan militer dan politisi pada saat yang sama,” kata Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon dalam wawancara khusus dengan BBC. Dia mengungkapkan, selama berada di medan pertempuran, tentara Inggris telah mencapai banyak prestasi.

“Enam juta rakyat Afghanistan bersekolah, tiga juta di antaranya gadis muda. Mereka dapat menikmati perawatan kesehatan dan pendidikan yang tidak tersedia selama 10 tahun sebelumnya,” ungkapnya. Mampukah pasukan Afghanistan menghadapi Taliban yang berjuang hingga titik darah penghabisan? Jawabannya, tidak. “Memang tidak ada jaminan bagi Afghanistan untuk mencapai stabilitas dan keamanan setelah kepergian pasukan Inggris,” tutur Fallon.

“Apa yang kita berikan kepada Afghanistan adalah kesempatan terbaik baik masa depan yang lebih baik dengan mengorbankan pasukan kita atau pasukan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) lainnya membangun militer Afghanistan,” tuturnya. Negara-negara anggota NATO telah berkomitmen untuk meningkatkan bantuan kepada Afghanistan senilai USD5,1 miliar per tahun.

Faktanya, Afghanistan menghadapi ketidakjelasan politik. Ekonominya gagal dan tidak ada investasi asing yang masuk sehingga tidak ada pendapatan bagi pemerintah. Bantuan asing hanya harapan bagi pemerintahan baru Afghanistan.

ANDIKA HENDRA M
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5153 seconds (0.1#10.140)