Pasien Ebola Dekati 10.000

Jum'at, 24 Oktober 2014 - 20:39 WIB
Pasien Ebola Dekati...
Pasien Ebola Dekati 10.000
A A A
JENEWA - Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 9.936 orang yang terinfeksi ebola berasal di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. Para pakar memperingatkan jumlah warga yang terinfeksi dapat menjadi 10.000 awal Desember mendatang. Karena itu, semua pihak diminta untuk bergerak cepat menghentikan laju penyebaran virus mematikan itu.

Jumlah total korban ebola itu diungkapkan pada pertemuan para pakar kesehatan independen dari berbagai dunia pada Rabu (22/10) hingga kemarin di Jenewa, Swiss. Pertemuan tersebut untuk membahas perkembangan terbaru virus yang belum memiliki vaksin dan metode perawatan yang tepat.

Seperti dikutip Reuters, Liberia merupakan negara yang terburuk terserang ebola dengan 4.665 kasus, 2.705 korban di antaranya meninggal dunia. Disusul Sierra Leone dengan jumlah kasus mencapai 3.706 kasus, 1.259 di antaranya tewas. Sedangkan Guinea sebagai negara yang menjadi asal mula perkembangan ebola terdapat 1.540 kasus dan 904 orang meninggal dunia.

Sementara itu, vaksin eksperimen rVSV dari Kanada kemarin telah tiba di Rumah Sakit Universitas Jenewa. WHO akan menguji coba vaksin yang dikembangkan Laboratorium Mikrobiologi Nasional di Winnipeg, Kanada, tersebut. Vaksin ini dianggap cukup menjanjikan saat diuji coba kepada monyet.

Asisten Direktur Jenderal WHO Marie-Paule Kieny mengungkapkan, pihaknya menginginkan pengiriman vaksin itu ke Afrika pada awal 2015 mendatang. Namun, hingga kini kampanye vaksinasi massal belum dijadwalkan. "Diperlukan gerakan besar dari pemerintahan banyak negara untuk mewujudkan vaksin dapat digunakan di dunia nyata," kata Kieny, dikutip AFP.

Selain itu, WHO berjuang untuk melindungi pekerja kesehatan yang berjuang merawat pasien ebola. Sebanyak 240 dokter dan paramedis telah meninggal dunia karena tertular virus itu, dari total 443 petugas medis yang terinfeksi ebola. WHO kini sedang menyelidiki kenapa banyak petugas medis yang terinfeksi. "Indikasi awal penyebab infeksi terjadi di luar konteks perawatan ebola," demikian keterangan WHO.

Di saat yang bersamaan, Institut Kesehatan Amerika juga mengumumkan telah memulai uji coba klinis vaksin ebola terhadap 39 orang. Jika sukses, vaksin itu tetap tidak akan dapat diproduksi massal hingga tahun depan. Pada Rabu lalu, perusahaan farmasi Amerika Serikat (AS), Johnson & Johnson menyatakan akan membelanjakan USD200 juta untuk membuat vaksin ebola. Uji coba terhadap para sukarelawan akan dilaksanakan pada Januari mendatang.

Sebelumnya, AS telah meningkatkan proses pemeriksaan di sejumlah bandara terhadap orang yang baru tiba dari Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. Pada saat yang bersamaan, para petugas di bandara internasional Liberia juga mulai memeriksa penumpang pesawat yang keluarganya mengidap virus ebola dan tidak diperbolehkan pergi. "Kita tidak ingin malu ketika ada seseorang yang berasal dari Liberia (menderita Ebola) pergi ke negara lain," kata Ketua Keamanan Bandara Liberia, Binyah Kessely, dikutip AFP.

Pada Juli lalu, ada warga Liberia yang mengidap ebola membawa virus itu masuk ke Nigeria. Kemudian pada September, ada juga warga Liberia yang mengidap ebola memasuki AS. "Meskipun mereka tidak memiliki tanda-tanda dan tidak terinfeksi ebola, tetap tidak boleh naik pesawat," imbuhnya.

Di Sierra Leone, dua orang meninggal pada kerusuhan yang terjadi Selasa (21/10) lalu ketika para pekerja medis hendak mengambil sampel darah dari seorang perempuan berusia 90 tahun yang diduga terinfeksi ebola. Sekelompok pemuda merusak gedung dan melawan aparat keamanan. "Tidak ada lagi ebola," demikian teriak mereka.

Sementara itu, 83 dokter dan perawat di Kuba pada Rabu lalu tiba di Liberia dan Guinea untuk membantu menangani pasien ebola. Itu menambah jumlah pekerja medis yang dikirim dari negeri sosialis itu ke Afrika Barat menjadi 248 orang.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0655 seconds (0.1#10.140)