Pelantikan Jokowi-JK Hapus Nuansa Kebencian
A
A
A
JAKARTA - Anggota DPD RI Jeffrie Geovanie menilai pelantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) sebagai moment of truth. Tidak ada suasana permusuhan, tidak ada situasi berhadap-hadapan dalam Sidang Paripurna MPR pagi ini.
"Bahkan tidak ada kebencian tersisa di jam-jam bersejarah itu," jelas Anggota MPR RI Jeffrie Geovanie di Gedung MPR, Senayan, Jakarta Senin (20/10/2014).
Apalagi pasangan pesaing Jokowi-JK pada pilpres lalu, Prabowo Subiato-Hatta Rajasa disambut standing applause saat menghadiri pelantikan tersebut. Begitu juga dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan wakilnya Boediono.
"Semua saling memberikan penghargaan, menempatkan posisi dan porsi masing-masing dengan begitu sempurna dalam harmoni," ujar Jeffrie.
Menurutnya, hal ini sejalan dengan pernyataan Jokowi sejak awal kemunculannya di Pilpres 2014 bahwa politik itu adalah kegembiraan. "Dan itu konsisten dilaksanakannya hingga hari ini," jelasnya.
Padahal, belakangan sebelumnya masih banyak terselip pesimisme di media sosial ataupun di media massa. Ada yang mengatakan SBY menyandera demokrasi, parlemen dikuasai Koalisi Merah Putih (KMP), eksekutif akan dijegal parlemen, demokrasi Indonesia kembali ke titik nol Orde Baru, dan banyak sekali nada pesimis lainnya.
Dilanjutkannya, hal itu soal mengambarkan demokrasi Indonesia sedang di ambang kehancuran, bahkan situasi politik kini dalam posisi berhadap-hadapan antara legislatif dan eksekutif, lebih spesifik antara KMP dan KIH. Tapi semua itu sudah jelas hanya isapan jempol.
"Berlalulah nada pesimis, terkuburlah semua kenyinyiran yang selalu dihembuskan. Kita, di hadapan tamu-tamu asing dari negara sahabat, menunjukkan sebuah politik demokrasi yang bernilai sangat tinggi dan mulai. Kita bahkan bisa berkata, belajarlah demokrasi, dari sini, Indonesia," demikian anggota MPR RI ini mengakhiri.
"Bahkan tidak ada kebencian tersisa di jam-jam bersejarah itu," jelas Anggota MPR RI Jeffrie Geovanie di Gedung MPR, Senayan, Jakarta Senin (20/10/2014).
Apalagi pasangan pesaing Jokowi-JK pada pilpres lalu, Prabowo Subiato-Hatta Rajasa disambut standing applause saat menghadiri pelantikan tersebut. Begitu juga dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan wakilnya Boediono.
"Semua saling memberikan penghargaan, menempatkan posisi dan porsi masing-masing dengan begitu sempurna dalam harmoni," ujar Jeffrie.
Menurutnya, hal ini sejalan dengan pernyataan Jokowi sejak awal kemunculannya di Pilpres 2014 bahwa politik itu adalah kegembiraan. "Dan itu konsisten dilaksanakannya hingga hari ini," jelasnya.
Padahal, belakangan sebelumnya masih banyak terselip pesimisme di media sosial ataupun di media massa. Ada yang mengatakan SBY menyandera demokrasi, parlemen dikuasai Koalisi Merah Putih (KMP), eksekutif akan dijegal parlemen, demokrasi Indonesia kembali ke titik nol Orde Baru, dan banyak sekali nada pesimis lainnya.
Dilanjutkannya, hal itu soal mengambarkan demokrasi Indonesia sedang di ambang kehancuran, bahkan situasi politik kini dalam posisi berhadap-hadapan antara legislatif dan eksekutif, lebih spesifik antara KMP dan KIH. Tapi semua itu sudah jelas hanya isapan jempol.
"Berlalulah nada pesimis, terkuburlah semua kenyinyiran yang selalu dihembuskan. Kita, di hadapan tamu-tamu asing dari negara sahabat, menunjukkan sebuah politik demokrasi yang bernilai sangat tinggi dan mulai. Kita bahkan bisa berkata, belajarlah demokrasi, dari sini, Indonesia," demikian anggota MPR RI ini mengakhiri.
(kri)