Pesta Rakyat Berpotensi Ganggu Usaha Jokowi Dekati KMP
A
A
A
JAKARTA - Pesta rakyat yang berlebihan dinilai akan kontraproduktif terhadap proses komunikasi Joko Widodo (Jokowi) dengan partai Koalisi Merah Putih.
Pesta rakyat yang rencananya digelar seusai pelantikan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) pada 20 Oktober mendatang berpotensi menimbulkan luka bagi Koalisi Merah Putih (KMP) dan pendukungnya.
Pengamat politik dari Universitas Parahyangan, Asep Warlan Yusuf menilai pesta rakyat sebagai sesuatu yang berlebihan.
Apalagi, lanjut dia, pesta dilaksanakan saat Jokowi berusaha menjalin komunikasi dengan pimpinan partai anggota KMP. "Kurang pas," kata Asep kepada Sindonews, Sabtu 18 Oktober 2014 malam.
Dia menilai, pesta rakyat itu memunculkan kesan bahwa Jokowi sedang melakukan unjuk
kekuatan atau show force kepada kubu KMP yang telah menguasai DPR dan MPR.
"Ada kesan kubu Jokowi ingin menyatakan kepada KMP, bahwa pihaknya didukung oleh
rakyat, meskipun KMP menguasai parlemen," tuturnya.
Menurut dia, pesta rakyat justru memperlihatkan masih adanya perbedaan bahwa kubu-kubuan dalam pilpres masih berlangsung. "Saya kok melihat pesta rakyat ini justru menunjukkan adanya 'aku' dan 'kamu' bukan malah menciptakan 'kita'," ujar Asep.
Dia menilai bukan tidak mungkin perasaan anggota KMP dan pendukungnya Prabowo-Hatta
pada pilpres lalu terluka dengan adanya pesta rakyat yang berlebihan.
Menurut Asep, pemilih Prabowo-Hatta pada 2014 lalu sebanyak 47%. Angka itu tidak sedikit. Asep menyayangkan sikap petinggi partai politik pendukung Jokowi-JK yang tidak peka terhadap kondisi ini.
Apalagi, kata dia, ketika Jokowi sedang berusaha membangun komunikasi dan simpati
dengan petinggi partai anggota KMP.
Dia menilai, pesta rakyat yang berlebihan akan menimbulkan efek negatif bagi Jokowi. Sebab bukan tidak mungkin justru menimbulkan semangat KMP untuk melakukan perlawanan.
Asep mengatakan, seharusnya kelompok Jokowi-JK menggandeng pendukung Prabowo-
Hatta pada pilpres lalu bila ingin mengadakan perayaan.
Tujuannya, kata dia, demi menghilangkan sekat antara kubu Jokowi-JK dan pendukung Prabowo-Hatta pada pilpres lalu.
Sekadar mengingatkan, beberapa hari lalu Jokowi menemui Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto yang merupakan rivalnya pada pilpres.
Pertemuan mantan Gubernur DKI Jakarta itu dengan kedua petinggi partai KMP itu disambut positif berbagai pihak.
Pesta rakyat yang rencananya digelar seusai pelantikan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) pada 20 Oktober mendatang berpotensi menimbulkan luka bagi Koalisi Merah Putih (KMP) dan pendukungnya.
Pengamat politik dari Universitas Parahyangan, Asep Warlan Yusuf menilai pesta rakyat sebagai sesuatu yang berlebihan.
Apalagi, lanjut dia, pesta dilaksanakan saat Jokowi berusaha menjalin komunikasi dengan pimpinan partai anggota KMP. "Kurang pas," kata Asep kepada Sindonews, Sabtu 18 Oktober 2014 malam.
Dia menilai, pesta rakyat itu memunculkan kesan bahwa Jokowi sedang melakukan unjuk
kekuatan atau show force kepada kubu KMP yang telah menguasai DPR dan MPR.
"Ada kesan kubu Jokowi ingin menyatakan kepada KMP, bahwa pihaknya didukung oleh
rakyat, meskipun KMP menguasai parlemen," tuturnya.
Menurut dia, pesta rakyat justru memperlihatkan masih adanya perbedaan bahwa kubu-kubuan dalam pilpres masih berlangsung. "Saya kok melihat pesta rakyat ini justru menunjukkan adanya 'aku' dan 'kamu' bukan malah menciptakan 'kita'," ujar Asep.
Dia menilai bukan tidak mungkin perasaan anggota KMP dan pendukungnya Prabowo-Hatta
pada pilpres lalu terluka dengan adanya pesta rakyat yang berlebihan.
Menurut Asep, pemilih Prabowo-Hatta pada 2014 lalu sebanyak 47%. Angka itu tidak sedikit. Asep menyayangkan sikap petinggi partai politik pendukung Jokowi-JK yang tidak peka terhadap kondisi ini.
Apalagi, kata dia, ketika Jokowi sedang berusaha membangun komunikasi dan simpati
dengan petinggi partai anggota KMP.
Dia menilai, pesta rakyat yang berlebihan akan menimbulkan efek negatif bagi Jokowi. Sebab bukan tidak mungkin justru menimbulkan semangat KMP untuk melakukan perlawanan.
Asep mengatakan, seharusnya kelompok Jokowi-JK menggandeng pendukung Prabowo-
Hatta pada pilpres lalu bila ingin mengadakan perayaan.
Tujuannya, kata dia, demi menghilangkan sekat antara kubu Jokowi-JK dan pendukung Prabowo-Hatta pada pilpres lalu.
Sekadar mengingatkan, beberapa hari lalu Jokowi menemui Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto yang merupakan rivalnya pada pilpres.
Pertemuan mantan Gubernur DKI Jakarta itu dengan kedua petinggi partai KMP itu disambut positif berbagai pihak.
(dam)