Tiga Fakta Menarik Pertemuan Jokowi-Prabowo
A
A
A
JAKARTA - Pertemuan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto pada hari ini meninggalkan kesan yang menarik.
Menurut Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin, setidaknya ada tiga fakta menarik dari pertemuan yang berlangsung di kediaman ayahanda Prabowo, almarhum Profesor Sumitro Djojohadikusumo, Jalan Kertanegara 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Pertama, pertemuan yang dilakukan di rumah keluarga Prabowo. Pemilihan tempat untuk suatu pertemuan tokoh politik tidak bisa dipandang sebagai hal yang sepele.
"Apalagi ini menyangkut pertemuan antara tokoh yang menang dan tokoh yang kalah dalam suatu kompetisi bergengsi, bernama Pilpres 2014," kata Said dalam keterangan tertulisnya yang diterima Sindonews, Jumat (17/10/2014).
Masing-masing pihak yang hendak bertemu tentu harus memperhitungkan efek politik yang akan muncul dari pemilihan tempat pertemuan itu.
Sebab di situ akan ada pertaruhan yang bersifat personal, terkait dengan persoalan gengsi, harga diri dan ukuran-ukuran ketokohan dari masing-masing tokoh yang bertemu.
Menurut Said, pemilihan tempat pertemuan antara Jokowi dan Prabowo di rumah ayah Prabowo itu memiliki makna tersendiri.
"Di situ saya melihat ada rasa hormat yang tinggi yang coba ditunjukkan oleh Jokowi kepada diri Prabowo, baik sebagai mantan pesaing tangguhnya dalam Pilpres 2014, sebagai orang yang turut berjasa membawa dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta, termasuk penghormatan kepada Prabowo sebagai pemimpin partai dan tokoh yang punya banyak pendukung," papar Said.
Fakta kedua, Jokowi menunjukkan sikap yang berbeda dengan wakilnya Jusuf Kalla (JK).
Pasca Pilpres 2014, JK pernah mengatakan tidak akan mendatangi Prabowo-Hatta. Bagi JK, lebih pas pihak yang kalah mendatangi pemenang Pilpres 2014.
"Di sini terlihat adanya perbedaan sifat dan gaya antara Jokowi dan JK. Jokowi lebih mengedepankan sikap rendah hati dan berusaha merangkul, sementara JK justru lebih terkesan angkuh," ungkap Said.
Fakta terakhir, Jokowi tidak didampingi oleh petinggi partai pendukungnya dalam pertemuan itu.
Tidak adanya petinggi parpol dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang mendampingi Jokowi, satu hal terkesan ganjil. Karena pertemuan dua tokoh itu merupakan pertemuan politik yang paling penting.
"Seperti masih ada gengsi dari petinggi KIH untuk mendatangi Prabowo dan petinggi KMP yang lain. Saat Jokowi bertemu ARB pun tidak ada tokoh KIH yang mendampingi. Ini aneh sekali," imbuhnya.
Tetapi pada sisi lain, sikap tidak didampingi elite KIH menunjukkan Jokowi sudah mampu menjadi dirinya sendiri. Jokowi sudah mampu menunjukkan dirinya tidak bergantung kepada petinggi partai pendukungnya.
"Itu sikap yang bagus sekali. Sebab beberapa hari ke depan Jokowi akan resmi menjadi Presiden yang kedudukan politiknya jauh lebih tinggi melampaui ketua umum partai pendukungnya, termasuk Megawati," pungkasnya.
Menurut Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin, setidaknya ada tiga fakta menarik dari pertemuan yang berlangsung di kediaman ayahanda Prabowo, almarhum Profesor Sumitro Djojohadikusumo, Jalan Kertanegara 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Pertama, pertemuan yang dilakukan di rumah keluarga Prabowo. Pemilihan tempat untuk suatu pertemuan tokoh politik tidak bisa dipandang sebagai hal yang sepele.
"Apalagi ini menyangkut pertemuan antara tokoh yang menang dan tokoh yang kalah dalam suatu kompetisi bergengsi, bernama Pilpres 2014," kata Said dalam keterangan tertulisnya yang diterima Sindonews, Jumat (17/10/2014).
Masing-masing pihak yang hendak bertemu tentu harus memperhitungkan efek politik yang akan muncul dari pemilihan tempat pertemuan itu.
Sebab di situ akan ada pertaruhan yang bersifat personal, terkait dengan persoalan gengsi, harga diri dan ukuran-ukuran ketokohan dari masing-masing tokoh yang bertemu.
Menurut Said, pemilihan tempat pertemuan antara Jokowi dan Prabowo di rumah ayah Prabowo itu memiliki makna tersendiri.
"Di situ saya melihat ada rasa hormat yang tinggi yang coba ditunjukkan oleh Jokowi kepada diri Prabowo, baik sebagai mantan pesaing tangguhnya dalam Pilpres 2014, sebagai orang yang turut berjasa membawa dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta, termasuk penghormatan kepada Prabowo sebagai pemimpin partai dan tokoh yang punya banyak pendukung," papar Said.
Fakta kedua, Jokowi menunjukkan sikap yang berbeda dengan wakilnya Jusuf Kalla (JK).
Pasca Pilpres 2014, JK pernah mengatakan tidak akan mendatangi Prabowo-Hatta. Bagi JK, lebih pas pihak yang kalah mendatangi pemenang Pilpres 2014.
"Di sini terlihat adanya perbedaan sifat dan gaya antara Jokowi dan JK. Jokowi lebih mengedepankan sikap rendah hati dan berusaha merangkul, sementara JK justru lebih terkesan angkuh," ungkap Said.
Fakta terakhir, Jokowi tidak didampingi oleh petinggi partai pendukungnya dalam pertemuan itu.
Tidak adanya petinggi parpol dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang mendampingi Jokowi, satu hal terkesan ganjil. Karena pertemuan dua tokoh itu merupakan pertemuan politik yang paling penting.
"Seperti masih ada gengsi dari petinggi KIH untuk mendatangi Prabowo dan petinggi KMP yang lain. Saat Jokowi bertemu ARB pun tidak ada tokoh KIH yang mendampingi. Ini aneh sekali," imbuhnya.
Tetapi pada sisi lain, sikap tidak didampingi elite KIH menunjukkan Jokowi sudah mampu menjadi dirinya sendiri. Jokowi sudah mampu menunjukkan dirinya tidak bergantung kepada petinggi partai pendukungnya.
"Itu sikap yang bagus sekali. Sebab beberapa hari ke depan Jokowi akan resmi menjadi Presiden yang kedudukan politiknya jauh lebih tinggi melampaui ketua umum partai pendukungnya, termasuk Megawati," pungkasnya.
(hyk)