Dorong Munas, Agung Laksono Terancam Didepak
A
A
A
JAKARTA - Mantan Politikus Golkar Poempida Hidayatulloh bereaksi terhadap sikap politik Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Golkar. Demokrasi di tubuh Golkar dinilai kian memudar.
"Otoritarianisme dari elite semakin terlihat. Pasalnya, beberapa pihak yang berbeda orientasi politik dengan DPP Golkar mendapat ancaman," ujarnya melalui pesan singkat kepada wartawan, Sabtu (9/8/2014).
Poempida mengatakan, ancaman itu juga terjadi kepada Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono. Pria yang menjabat sebagai Menko Kesra itu terancam didepak dari jabatannya.
"Agung yang giat mendorong Munas dilaksanakan Oktober 2014 demi AD/ART terancam didepak dari posisinya sebagai Wakil Ketua Umum Partai Golkar," kata Poempida.
Anggota Komisi IX DPR ini menambahkan, selain posisi Agung Laksono yang terancam, semua pengurus daerah pun terancam dibekukan apabila menyuarakan atau mendorong Munas diselenggarakan di Oktober 2014.
"Mengapa Golkar menjadi sedemikian mundur? Apakah egosentris elite Golkar semakin tidak terkendali dan tidak bisa lagi bermain politik secara cerdas?" tanya dia.
Ia menilai, kondisi seperti itu tidak bisa dibiarkan para kader Golkar. Pasalnya, hal itu menjadi semua tanggung jawab kader.
"Akankah semua kader berdiam diri saja? Mudah-mudahan tidak demikian. Karena Golkar mempunyai kader-kader yang kompeten yang kritis dan berani,"tukasnya.
"Otoritarianisme dari elite semakin terlihat. Pasalnya, beberapa pihak yang berbeda orientasi politik dengan DPP Golkar mendapat ancaman," ujarnya melalui pesan singkat kepada wartawan, Sabtu (9/8/2014).
Poempida mengatakan, ancaman itu juga terjadi kepada Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono. Pria yang menjabat sebagai Menko Kesra itu terancam didepak dari jabatannya.
"Agung yang giat mendorong Munas dilaksanakan Oktober 2014 demi AD/ART terancam didepak dari posisinya sebagai Wakil Ketua Umum Partai Golkar," kata Poempida.
Anggota Komisi IX DPR ini menambahkan, selain posisi Agung Laksono yang terancam, semua pengurus daerah pun terancam dibekukan apabila menyuarakan atau mendorong Munas diselenggarakan di Oktober 2014.
"Mengapa Golkar menjadi sedemikian mundur? Apakah egosentris elite Golkar semakin tidak terkendali dan tidak bisa lagi bermain politik secara cerdas?" tanya dia.
Ia menilai, kondisi seperti itu tidak bisa dibiarkan para kader Golkar. Pasalnya, hal itu menjadi semua tanggung jawab kader.
"Akankah semua kader berdiam diri saja? Mudah-mudahan tidak demikian. Karena Golkar mempunyai kader-kader yang kompeten yang kritis dan berani,"tukasnya.
(kri)