Jelang 22 Juli, Para Elite Jangan Pancing Konflik
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menilai antusias dan energi masyarakat begitu tinggi terserap selama dua bulan terakhir menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
Saat ini, menurutnya, justru masyarakat tengah berada di titik lelah setelah banyak hal yang dikorbankan hingga terjadinya konflik antar keluarga dan antar teman demi membela capres yang diusungnya.
"Banyak keluarga yang konflik, banyak pertemanan yang bubar karena upaya saling dukung, dan sekarang sudah berada pada tahap rekonsiliasi," jelasnya kepada Sindonews di Depok, Minggu 20 Juli 2014.
Devie menilai, justru masyarakat saat ini sudah jauh lebih dewasa. Namun, ia menyesalkan sikap para elite politik yang justru cenderung menggiring masyarakat dalam kekalutan.
"Yang dikhawatirkan justru para elitenya yang menggiring masyarakat dengan pernyataan-pernyataan di media, di sosmed, bahwa kalau enggak menang mereka keluarkan argumen yang justru di copy paste atau diimitasi masyarakatnya," jelas dosen vokasi UI ini.
Ia meminta para elite yang terdidik untuk menunjukkan sikap yang lebih bijak dan mengeluarkan argumen yang menyejukkan. Devie menyebutkan bahwa terlalu besar pengorbanan yang akan terjadi jika konflik sosial harus pecah.
"Bukan hanya sekadar pengerahan massa, tetapi harus menunjukkan sikap lebih bijak, yang menang jangan berlebihan dan yang kalah harus legowo, tak ada yang benar-benar kalah kok kebetulan saja yang menang jumlahnya lebih besar."
"Keduanya sama-sama dipilih rakyat. Terlalu besar yang dikorbankan jika kita mengulang drama kerusuhan 1998, perekonomian hancur, pariwisata, dan kita tak ada yang siap menghadapi itu," tutupnya.
Saat ini, menurutnya, justru masyarakat tengah berada di titik lelah setelah banyak hal yang dikorbankan hingga terjadinya konflik antar keluarga dan antar teman demi membela capres yang diusungnya.
"Banyak keluarga yang konflik, banyak pertemanan yang bubar karena upaya saling dukung, dan sekarang sudah berada pada tahap rekonsiliasi," jelasnya kepada Sindonews di Depok, Minggu 20 Juli 2014.
Devie menilai, justru masyarakat saat ini sudah jauh lebih dewasa. Namun, ia menyesalkan sikap para elite politik yang justru cenderung menggiring masyarakat dalam kekalutan.
"Yang dikhawatirkan justru para elitenya yang menggiring masyarakat dengan pernyataan-pernyataan di media, di sosmed, bahwa kalau enggak menang mereka keluarkan argumen yang justru di copy paste atau diimitasi masyarakatnya," jelas dosen vokasi UI ini.
Ia meminta para elite yang terdidik untuk menunjukkan sikap yang lebih bijak dan mengeluarkan argumen yang menyejukkan. Devie menyebutkan bahwa terlalu besar pengorbanan yang akan terjadi jika konflik sosial harus pecah.
"Bukan hanya sekadar pengerahan massa, tetapi harus menunjukkan sikap lebih bijak, yang menang jangan berlebihan dan yang kalah harus legowo, tak ada yang benar-benar kalah kok kebetulan saja yang menang jumlahnya lebih besar."
"Keduanya sama-sama dipilih rakyat. Terlalu besar yang dikorbankan jika kita mengulang drama kerusuhan 1998, perekonomian hancur, pariwisata, dan kita tak ada yang siap menghadapi itu," tutupnya.
(kri)