Protes Dugaan Kecurangan, Saksi Capres Diusir
A
A
A
JAKARTA - Saksi dari pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa diusir dari ruang rekapitulasi manual Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya, Jawa Timur.
Saksi tersebut diprotes lantaran memprotes adanya ketidakberesan daftar pemilih di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di Kota Surabaya.
Peristiwa itu bermula ketika saksi dari pasangan Prabowo-Hatta, Arief Indrianto mengajukan protes ke Komisioner KPU Kota Surabaya saat proses rekapitulasi manual.
Protes tersebut adalah terkait daftar pemilih khusus tambahan (DPKTb) dan juga ditemukan dugaan penggunaan kartu tanda penduduk (KTP) ganda di sejumlah TPS.
Saksi ini pun terus melakukan interupsi sehingga jadwal rekapitulasi molor hingga pukul 11.00 WIB. Lantaran terus mendapatkan protes, KPU sempat mematikan microphone saksi dari pasangan nomor satu itu dan mengancam mengusir keluar.
Ancaman itu tidak membuat takut saksi. Bahkan saksi justru semakin keras melancarkan protes. Hingga akhirnya, Ketua KPU Surabaya Robiyan Arif mengusirnya.
"Rekomendasi Panwas Kota Surabaya ada 137 KTP ganda di 24 kelurahan. Ini seharusnya diselesaikan dulu. Kan masih ada waktu 2 hari untuk perhitungan," kata Arif di luar Gedung KPU Surabaya, Jalan Aditiyawarman, Rabu (16/7/2014).
Dia menjelaskan, kasus tersebut ditemukan di Kecamatan Karang Pilang, Surabaya. Dia menyarankan penundaan rekapitulasi agar penghitungan suara tidak sia-sia.
Arif menginstruksikan saksi capres Nomer urut 1 ini tidak menandatangani berita acara perhitungan.
"Kami sudah mengintruksikan kepada saksi nomer urut 1 untuk tidak tanda tangan karena memang proses pemilihan tidak beres," tuturnya.
Arief menjelaskan, protes tidak hanya kali ini. Sebelumnya saksi pasangan nomor satu sudah melakukan protes saat perhitungan manual di panitia pemilihan kecamatan (PPK). Namun, kata dia, pihak penyelenggara pemilu tetap bersikeras melanjutkan penghitungan suara.
Sementara itu, ratusan anggota organisasi masyarakat Pemuda Pancasila (PP) mendatangi Gedung KPU Surabaya. Mereka berdemo sambil meneriakkan yel-yel agar KPU Surabaya bersikap independen.
Aksi ratusan PP ini mendapat kawalan ketat dari pihak kepolisian. Bahkan, Gedung KPU Surabaya dipasang barikade kawat berduri.
Saksi tersebut diprotes lantaran memprotes adanya ketidakberesan daftar pemilih di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di Kota Surabaya.
Peristiwa itu bermula ketika saksi dari pasangan Prabowo-Hatta, Arief Indrianto mengajukan protes ke Komisioner KPU Kota Surabaya saat proses rekapitulasi manual.
Protes tersebut adalah terkait daftar pemilih khusus tambahan (DPKTb) dan juga ditemukan dugaan penggunaan kartu tanda penduduk (KTP) ganda di sejumlah TPS.
Saksi ini pun terus melakukan interupsi sehingga jadwal rekapitulasi molor hingga pukul 11.00 WIB. Lantaran terus mendapatkan protes, KPU sempat mematikan microphone saksi dari pasangan nomor satu itu dan mengancam mengusir keluar.
Ancaman itu tidak membuat takut saksi. Bahkan saksi justru semakin keras melancarkan protes. Hingga akhirnya, Ketua KPU Surabaya Robiyan Arif mengusirnya.
"Rekomendasi Panwas Kota Surabaya ada 137 KTP ganda di 24 kelurahan. Ini seharusnya diselesaikan dulu. Kan masih ada waktu 2 hari untuk perhitungan," kata Arif di luar Gedung KPU Surabaya, Jalan Aditiyawarman, Rabu (16/7/2014).
Dia menjelaskan, kasus tersebut ditemukan di Kecamatan Karang Pilang, Surabaya. Dia menyarankan penundaan rekapitulasi agar penghitungan suara tidak sia-sia.
Arif menginstruksikan saksi capres Nomer urut 1 ini tidak menandatangani berita acara perhitungan.
"Kami sudah mengintruksikan kepada saksi nomer urut 1 untuk tidak tanda tangan karena memang proses pemilihan tidak beres," tuturnya.
Arief menjelaskan, protes tidak hanya kali ini. Sebelumnya saksi pasangan nomor satu sudah melakukan protes saat perhitungan manual di panitia pemilihan kecamatan (PPK). Namun, kata dia, pihak penyelenggara pemilu tetap bersikeras melanjutkan penghitungan suara.
Sementara itu, ratusan anggota organisasi masyarakat Pemuda Pancasila (PP) mendatangi Gedung KPU Surabaya. Mereka berdemo sambil meneriakkan yel-yel agar KPU Surabaya bersikap independen.
Aksi ratusan PP ini mendapat kawalan ketat dari pihak kepolisian. Bahkan, Gedung KPU Surabaya dipasang barikade kawat berduri.
(dam)