Lima Persoalan di Balik Quick Count RRI

Minggu, 13 Juli 2014 - 13:38 WIB
Lima Persoalan di Balik...
Lima Persoalan di Balik Quick Count RRI
A A A
JAKARTA - Kebijakan Radio Republik Indonesia (RRI) yang ikut melakukan penghitungan cepat (quick count) pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 menuai kritik.

Pengamat Media Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Iswandi Syahputra menilai apa yang dilakukan RRI merupakan persoalan. "Setidaknya ada lima masalah karena RRI lakukan quick count," ujar pengamat media UIN Sunan Kalijaga, Iswandi Syahputra, Minggu (13/7/2014)

Pertama, kata dia, terkait dengan pendanaan. "Salah satu sumber pendanaan RRI dari APBN, apakah DPR sudah setujui dana rakyat tersebut digunakan untuk quick count? Padahal sudah ada KPU yang juga gunakan dana APBN untuk hitung hasil pilpres. Ini mencurigakan, KPK bisa saja menyelidiki," tuturnya.

Kedua, menurutnya, dengan quick count RRI menjadi tidak netral karena tidak bisa mengkritisi dan membandingkan hasil quick count yang lain. "Redaksi dan penyiarnya cuma membacakan saja hasilnya. Tidak bisa mengkritisi apa yang telah dihasilkan. Jadi hilang fungsi kritis medianya", ungkapnya.

Ketiga, quick count bukanlah tugas pokok dan fungsi (tupoksi) utama RRI. "Aneh, quick count bukan tupoksinya (tugas pokok dan fungsi) RRI dan berbiaya besar, tapi kok dilakukan? Lebih baik biayanya digunakan untuk penguatan penyiaran perbatasan yang selama ini kurang digarap oleh RRI," ujar mantan anggota KPI Pusat tersebut.

Keempat, sebagai radio publik RRI sebenarnya tidak punya tradisi quick count sehingga secara keilmuan diragukan metodologinya. Kelima, dengan demikian RRI patut diduga ditunggangi sebagai alat propaganda kepentingan kelompok tertentu.

"Ini bisa jadi tragedi. Tidak ada radio publik di dunia yang selenggarakan quick count kecuali RRI. Lebih tepat RRI melakukan quick report dari pada quick count," tuturnya.

Diketahui, pada Pilpres 9 Juli lalu RRI melakukan quick count. RRI juga mengumumkan hasil hitung cepatnya yang memenangkan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK).
(dam)
Berita Terkait
Dosen Fisip Kalsel:...
Dosen Fisip Kalsel: Bahas Dana Alutsista 700 Triliun, Penampilan Anies Terkesan Cari Panggung
Sarat Indikasi Pelanggaran,...
Sarat Indikasi Pelanggaran, Aktivis Ciputat Kampanyekan Tagar Lawan Pemilu Curang
Gara-gara Covid-19,...
Gara-gara Covid-19, Pilpres Polandia Jadi 'Pilpres Hantu'
Jazz dan Pilpres
Jazz dan Pilpres
Gagahnya Ganjar-Mahfud...
Gagahnya Ganjar-Mahfud Kompak Pakai Jaket Bomber ala Pilot Top Gun
Potret Tiga Capres Ikuti...
Potret Tiga Capres Ikuti Debat Ketiga Pilpres 2024
Berita Terkini
Anggaran Pendidikan...
Anggaran Pendidikan Besar, Prabowo: Apakah Sampai kepada Alamat yang Ditujukan?
24 menit yang lalu
Gaji Hakim Bakal Dinaikkan...
Gaji Hakim Bakal Dinaikkan Prabowo, Adies Kadir Harap Kinerja dan Integritas Lebih Baik
25 menit yang lalu
Direktur Pemberitaan...
Direktur Pemberitaan Jak TV Terjerat Pidana, Komisi Kejaksaan: Produk Jurnalistik Sekejam Apa Pun Tak Bisa Dijadikan Delik Hukum
40 menit yang lalu
Laporan Akhir Penanganan...
Laporan Akhir Penanganan Kasus Sirkus OCI Segera Diungkap Kementerian HAM
52 menit yang lalu
Prabowo Tegur Pejabat...
Prabowo Tegur Pejabat karena Banyak Sekolah Rusak: Jangan Korupsi dengan Segala Akal
1 jam yang lalu
Prabowo: Kekayaan Indonesia...
Prabowo: Kekayaan Indonesia Masih Banyak yang Bocor dan Tak Sampai ke Rakyat
2 jam yang lalu
Infografis
Jet Tempur F/A-18 AS...
Jet Tempur F/A-18 AS Seharga Rp1 Triliun Hilang di Laut Merah
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved