Soal Gaza, Opik Berharap Umat Islam Bersatu
A
A
A
SAMARINDA - Penyanyi religi Opik meminta umat Islam untuk bersatu mengenai konflik di Jalur Gaza, Palestina. Jika tidak bersatu, invasi Israel tak akan pernah ada yang bisa membendung.
“Umat Islam di seluruh dunia sampai saat ini tak berdaya, tak bisa berbuat apa-apa. Karena apa?, karena umat Islam bercerai berai, bukan tidak bisa disatukan, umat Islam tidak mau bersatu,” kata Opik saat ditemui di kegiatan buka bersama Telkomsel dan 1000 anak panti asuhan di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), Kamis (10/7/2014).
Saat ini, katanya, harus ada tindakan serius untuk menghentikan invasi Israel ke Jalur Gaza. Jika tidak, maka korban akan terus berjatuhan. Harus ada protes keras dari umat Islam atas serangan itu.
“Kita harus prihatin, kita tidak usah ngonmong alirannya apa, modelnya islam seperti apa, pakai hati nurani saja. Kita protes, kita harus kumpulkan seluruh umat islam, kita protes kepada pemerintah (Indonesia) untuk menekan dunia,” tambahnya.
Opik menceritakan, pada tahun 2012 lalu dia pernah bersama rombongan dari Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan langsung kepada pengungsi di Jalu Gaza.
Namun untuk saat ini, bantuan sulit dikirimkan karena diblokir oleh negara-negara di perbatasan.
“Sepanjang jalan saya ke Samarinda tidak berhenti air mata bercucuran melihat gambar yang dikirimkan teman-teman di sana (Palestina). Ada anak bayi yang terbakar, ada kakak mati sedang memeluk adiknya. Kita harus protes keras,” kata Opik.
Dari pengalaman berkunjung ke Jalur Gaza, Opik bersama masyarakat Indonesia lainnya kebingungan mengirimkan bantuan.
Sebab nyaris semua pintu perbatasan ditutup. Tak ada yang bisa masuk ke Jalur Gaza, apalagi keluar.
“Negara-negara di perbatasan Gaza tidak ada yang membantu sedikitpun. Contohnya Mesir, banyak anak yang menjadi korban namun tidak bisa dirujuk ke rumah sakit di Mesir. Di perbatasan Rafah mereka tidak diberi jalan. Mereka kadang-kadang mati, mati di pintu perbatasan,” timpalnya.
Dia menambahkan, Pemerintahan Mesir menutup akses keluar masuk perbatasan Mesir – Jalur Gaza. Bahkan terowongan yang biasa digunakan masyarakat Palestina juga dihancurkan Pemerintahan Mesir yang baru. “Gaza seperti penjara besar,” tegasnya.
Kepada Pemerintah Indonesia, Opik berharap ada tekanan, terutama di PBB, sehingga bisa menekan Israel untuk menghentikan serangannya. Bangsa Indonesia, katanya, harus mendukung Palestina.
“Umat Islam di seluruh dunia sampai saat ini tak berdaya, tak bisa berbuat apa-apa. Karena apa?, karena umat Islam bercerai berai, bukan tidak bisa disatukan, umat Islam tidak mau bersatu,” kata Opik saat ditemui di kegiatan buka bersama Telkomsel dan 1000 anak panti asuhan di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), Kamis (10/7/2014).
Saat ini, katanya, harus ada tindakan serius untuk menghentikan invasi Israel ke Jalur Gaza. Jika tidak, maka korban akan terus berjatuhan. Harus ada protes keras dari umat Islam atas serangan itu.
“Kita harus prihatin, kita tidak usah ngonmong alirannya apa, modelnya islam seperti apa, pakai hati nurani saja. Kita protes, kita harus kumpulkan seluruh umat islam, kita protes kepada pemerintah (Indonesia) untuk menekan dunia,” tambahnya.
Opik menceritakan, pada tahun 2012 lalu dia pernah bersama rombongan dari Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan langsung kepada pengungsi di Jalu Gaza.
Namun untuk saat ini, bantuan sulit dikirimkan karena diblokir oleh negara-negara di perbatasan.
“Sepanjang jalan saya ke Samarinda tidak berhenti air mata bercucuran melihat gambar yang dikirimkan teman-teman di sana (Palestina). Ada anak bayi yang terbakar, ada kakak mati sedang memeluk adiknya. Kita harus protes keras,” kata Opik.
Dari pengalaman berkunjung ke Jalur Gaza, Opik bersama masyarakat Indonesia lainnya kebingungan mengirimkan bantuan.
Sebab nyaris semua pintu perbatasan ditutup. Tak ada yang bisa masuk ke Jalur Gaza, apalagi keluar.
“Negara-negara di perbatasan Gaza tidak ada yang membantu sedikitpun. Contohnya Mesir, banyak anak yang menjadi korban namun tidak bisa dirujuk ke rumah sakit di Mesir. Di perbatasan Rafah mereka tidak diberi jalan. Mereka kadang-kadang mati, mati di pintu perbatasan,” timpalnya.
Dia menambahkan, Pemerintahan Mesir menutup akses keluar masuk perbatasan Mesir – Jalur Gaza. Bahkan terowongan yang biasa digunakan masyarakat Palestina juga dihancurkan Pemerintahan Mesir yang baru. “Gaza seperti penjara besar,” tegasnya.
Kepada Pemerintah Indonesia, Opik berharap ada tekanan, terutama di PBB, sehingga bisa menekan Israel untuk menghentikan serangannya. Bangsa Indonesia, katanya, harus mendukung Palestina.
(sms)