Lecehkan Umat Islam, The Jakarta Post Diminta Diproses Hukum
A
A
A
JAKARTA - Menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 semua pihak diminta ikut menjaga suasana kondusif. Namun, munculnya karikatur dalam harian The Jakarta Post sangat disayangkan.
Karikatur seorang milisi menaikkan bendera bersimbol Islam disertai gembar tengkorak dianggap bisa memicu emosi kaum muslim, karena karikatur itu jelas-jelas telah menodai agama Islam.
"Sebelumnya ada pernyataan ngawur dari romo Magnis tentang bahaya Islam garis keras di kubu Prabowo, gambar karikatur ini juga mengarah ke situ. Apalagi semua orang paham Jakarta Post secara terbuka telah mendukung Jokowi sebagai capres. Sangat disayangkan penodaan ini terjadi pada bulan suci Ramadan," ujar pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Iswandi Syahputra dalam keterangan persnya kepada wartawan, Selasa (8/7/2014).
Menurutnya, sikap media nasional berbahasa Inggris tersebut harus diproses secara hukum, tidak cukup sekadar menyampaikan permohonan maaf. "Tahun 2008 koran terkemuka di Denmark, Jyllands-Posten pernah memuat karikatur yang melecehkan Nabi Muhammad, sontak seluruh dunia Islam murka, termasuk Indonesia," tukasnya.
Sebelumnya ramai di sosial media mengenai gambar karikatur yang dimuat harian The Jakarta Post. Dalam karikatur itu terdapat simbol Islam dan gambar tengkorak di sebuah bendera yang tengah dikibarkan oleh seorang milisi.
Semakin ramainya kritik dari publik, The Jakarta Post akhirnya meminta maaf dan mengakui karikatur itu mengandung unsur simbolisme agama. Media tersebut juga menjelaskan pihaknya tidak ada niat untuk menyerang maupun tidak menghormati agama tertentu.
Karikatur seorang milisi menaikkan bendera bersimbol Islam disertai gembar tengkorak dianggap bisa memicu emosi kaum muslim, karena karikatur itu jelas-jelas telah menodai agama Islam.
"Sebelumnya ada pernyataan ngawur dari romo Magnis tentang bahaya Islam garis keras di kubu Prabowo, gambar karikatur ini juga mengarah ke situ. Apalagi semua orang paham Jakarta Post secara terbuka telah mendukung Jokowi sebagai capres. Sangat disayangkan penodaan ini terjadi pada bulan suci Ramadan," ujar pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Iswandi Syahputra dalam keterangan persnya kepada wartawan, Selasa (8/7/2014).
Menurutnya, sikap media nasional berbahasa Inggris tersebut harus diproses secara hukum, tidak cukup sekadar menyampaikan permohonan maaf. "Tahun 2008 koran terkemuka di Denmark, Jyllands-Posten pernah memuat karikatur yang melecehkan Nabi Muhammad, sontak seluruh dunia Islam murka, termasuk Indonesia," tukasnya.
Sebelumnya ramai di sosial media mengenai gambar karikatur yang dimuat harian The Jakarta Post. Dalam karikatur itu terdapat simbol Islam dan gambar tengkorak di sebuah bendera yang tengah dikibarkan oleh seorang milisi.
Semakin ramainya kritik dari publik, The Jakarta Post akhirnya meminta maaf dan mengakui karikatur itu mengandung unsur simbolisme agama. Media tersebut juga menjelaskan pihaknya tidak ada niat untuk menyerang maupun tidak menghormati agama tertentu.
(kur)