Tiran dan Fasis Itu Justru Pihak Jokowi
A
A
A
JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat, Ramadhan Pohan tidak membenarkan tindakan kubu capres nomor urut dua, Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), yang membawa persoalan Tabloid Obor Rakyat ke ranah hukum.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat ini menilai, opini harus dilawan dengan opini, tabloid dilawan dengan tabloid.
"Kalau misalnya masyarakat kita berbeda pendapat langsung diberangus medianya, itu keliru," kata Ramadhan di Rumah Polonia, Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Rabu (2/6/2014).
"Kalau di situ (Obor Rakyat) diberitakan Jokowi adalah nonmuslim atau keturunan Tionghoa, seharusnya bisa diklarifikasi. Jadi gini, opini seharusnya dilawan dengan opini, tabloid dilawan dengan tabloid," imbuhnya.
Lebih lanjut ia menyayangkan tindakan Dewan Pers. Menurutnya, Dewan Pers telah melakukan tindakan gegabah. Seperti diketahui, pihak Dewan Pers telah menyatakan Tabloid Obor Rakyat bukanlah produk jurnalistik karena pemberitaannya tidak berimbang.
"Mereka (Dewan Pers) mengatakan Obor Rakyat bukan jurnalisme karena tidak cover both side tanpa mendengarkan kesaksian dan keterangan Darmawan ataupun Setiyardi. Kalau begitu apakah Dewan Pers juga selalu buka semua koran-koran itu, coba periksa dia berimbang atau tidak beritanya," ucapnya.
"Artinya dengarkan dulu keterangan orang dulu. Jangan ujug-ujug mengatakan ini bukan jurnalisme. Pembelaan terhadap Obor Rakyat ini seperti yang saya lakukan saat Arswendo dulu ditahan gara-gara opini di Monitor," imbuhnya.
Atas peristiwa pelaporan Tabloid Obor Rakyat tersebut, Ramadhan itu menuding pihak Jokowi sebagai tiran dan fasis. "Justru sikap tiran dan fasis itu ada di pihak Jokowi karena kebenaran itu hanya dipihaknya," tuturnya.
"Orang lain pasti salah aja. Jadi tidak bisa menerima perbedaan. Ya hari ini bisa terjadi kepada Obor Rakyat. Besok saat dia berkuasa, bisa jadi ini terjadi kepada media-media lain," tambahnya.
Ia mengaku, meski pihaknya sering diberitakan dengan kabar-kabar miring, namun Prabowo tidak pernah memermasalahkan hal tersebut.
"Dia (Prabowo) pernah diberitakan sebagai pembunuh. Dan hal itu didiamkan. Itulah sikap demokrat beliau. Kan ada tabloid yang bilang dia pembunuh, buktinya enggak dipenjarakan sama dia," pungkasnya.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat ini menilai, opini harus dilawan dengan opini, tabloid dilawan dengan tabloid.
"Kalau misalnya masyarakat kita berbeda pendapat langsung diberangus medianya, itu keliru," kata Ramadhan di Rumah Polonia, Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Rabu (2/6/2014).
"Kalau di situ (Obor Rakyat) diberitakan Jokowi adalah nonmuslim atau keturunan Tionghoa, seharusnya bisa diklarifikasi. Jadi gini, opini seharusnya dilawan dengan opini, tabloid dilawan dengan tabloid," imbuhnya.
Lebih lanjut ia menyayangkan tindakan Dewan Pers. Menurutnya, Dewan Pers telah melakukan tindakan gegabah. Seperti diketahui, pihak Dewan Pers telah menyatakan Tabloid Obor Rakyat bukanlah produk jurnalistik karena pemberitaannya tidak berimbang.
"Mereka (Dewan Pers) mengatakan Obor Rakyat bukan jurnalisme karena tidak cover both side tanpa mendengarkan kesaksian dan keterangan Darmawan ataupun Setiyardi. Kalau begitu apakah Dewan Pers juga selalu buka semua koran-koran itu, coba periksa dia berimbang atau tidak beritanya," ucapnya.
"Artinya dengarkan dulu keterangan orang dulu. Jangan ujug-ujug mengatakan ini bukan jurnalisme. Pembelaan terhadap Obor Rakyat ini seperti yang saya lakukan saat Arswendo dulu ditahan gara-gara opini di Monitor," imbuhnya.
Atas peristiwa pelaporan Tabloid Obor Rakyat tersebut, Ramadhan itu menuding pihak Jokowi sebagai tiran dan fasis. "Justru sikap tiran dan fasis itu ada di pihak Jokowi karena kebenaran itu hanya dipihaknya," tuturnya.
"Orang lain pasti salah aja. Jadi tidak bisa menerima perbedaan. Ya hari ini bisa terjadi kepada Obor Rakyat. Besok saat dia berkuasa, bisa jadi ini terjadi kepada media-media lain," tambahnya.
Ia mengaku, meski pihaknya sering diberitakan dengan kabar-kabar miring, namun Prabowo tidak pernah memermasalahkan hal tersebut.
"Dia (Prabowo) pernah diberitakan sebagai pembunuh. Dan hal itu didiamkan. Itulah sikap demokrat beliau. Kan ada tabloid yang bilang dia pembunuh, buktinya enggak dipenjarakan sama dia," pungkasnya.
(maf)