Fenomena Pilpres 2014 seperti Pemilukada DKI 2012
A
A
A
JAKARTA - Pemberitaan dua media asing terkait merosotnya elektabilitas Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) dinilai sebagai justifikasi atau pembenaran terhadap melonjaknya elektabilitas pasangan nomor urut satu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Anggota Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta, Andre Rosiade mengatakan, pemberitaan The Sydney Morning Herald dan Wall Street Journal beberapa hari lalu, semakin menguatkan hasil survei tim internal yang menyatakan elektabilitas Prabowo-Hatta unggul tipis dari Jokowi-JK.
"Meski sebagian besar lembaga survei menyebut Jokowi lebih unggul dari Prabowo, namun berita media asing itu justru menjustifikasi surfei yang dilakukan internal kami, bahwa Prabowo-Hatta lebih unggul dari Jokowi. Dan akhirnya sekarang mereka (lembaga survei) sudah mengakui tren Jokowi menurun," ujar Andre di Rumah Polonia, Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Rabu (2/6/2014).
Ia menilai, kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 ini mirip dengan kasus Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta. Di mana saat itu banyak lembaga survei yang mengunggulkan calon gubernur petahana Fauzi Bowo (Foke).
Namun, pada hari pelaksanaan, justru Jokowi mengungguli perolehan suara lawannya. "Jika diibaratkan, Jokowi adalah Foke yang dulu digadang-gadang lebih unggul oleh mayoritas lembaga survei. Namun, kenyataannya tidak sama pada saat realisasi. Kami harap begitu juga dengan Pak Prabowo yang selama ini tidak diunggulkan," tuntas dia.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, publik di Indonesia dikejutkan dengan berita harian The Sidney Morning Herald yang menyatakan Jokowi didukung lembaga survei partisan sehingga elektabilitasnya selalu mengungguli Prabowo.
Selanjutnya pada 29 Juni lalu, giliran harian Wall Street Journal (WSJ) mengulas tren elektabilitas Jokowi yang terus merosot. WSJ memberitakan, merosotnya elektabilitas Jokowi karena berbagai faktor.
Salah satunya karena dirinya diisukan sebagai keturunan etnis China dan beragama non-muslim. Kemudian pamor Jokowi di media televisi mulai pudar. Media televisi kini cenderung bergeser ke capres Prabowo.
Merosotnya elektabilitas Jokowi ditengarai tak lepas dari kesalahan cara Timses Jokowi mematahkan serangan kampanye hitam. Misalnya menyebarkan fotokopi buku nikah Jokowi dan istrinya yang terbukti bukan etnis China. Kemudian, menyebarkan foto-foto Jokowi ketika berziarah ke Mekkah sebagai bukti Jokowi muslim.
Anggota Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta, Andre Rosiade mengatakan, pemberitaan The Sydney Morning Herald dan Wall Street Journal beberapa hari lalu, semakin menguatkan hasil survei tim internal yang menyatakan elektabilitas Prabowo-Hatta unggul tipis dari Jokowi-JK.
"Meski sebagian besar lembaga survei menyebut Jokowi lebih unggul dari Prabowo, namun berita media asing itu justru menjustifikasi surfei yang dilakukan internal kami, bahwa Prabowo-Hatta lebih unggul dari Jokowi. Dan akhirnya sekarang mereka (lembaga survei) sudah mengakui tren Jokowi menurun," ujar Andre di Rumah Polonia, Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Rabu (2/6/2014).
Ia menilai, kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 ini mirip dengan kasus Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta. Di mana saat itu banyak lembaga survei yang mengunggulkan calon gubernur petahana Fauzi Bowo (Foke).
Namun, pada hari pelaksanaan, justru Jokowi mengungguli perolehan suara lawannya. "Jika diibaratkan, Jokowi adalah Foke yang dulu digadang-gadang lebih unggul oleh mayoritas lembaga survei. Namun, kenyataannya tidak sama pada saat realisasi. Kami harap begitu juga dengan Pak Prabowo yang selama ini tidak diunggulkan," tuntas dia.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, publik di Indonesia dikejutkan dengan berita harian The Sidney Morning Herald yang menyatakan Jokowi didukung lembaga survei partisan sehingga elektabilitasnya selalu mengungguli Prabowo.
Selanjutnya pada 29 Juni lalu, giliran harian Wall Street Journal (WSJ) mengulas tren elektabilitas Jokowi yang terus merosot. WSJ memberitakan, merosotnya elektabilitas Jokowi karena berbagai faktor.
Salah satunya karena dirinya diisukan sebagai keturunan etnis China dan beragama non-muslim. Kemudian pamor Jokowi di media televisi mulai pudar. Media televisi kini cenderung bergeser ke capres Prabowo.
Merosotnya elektabilitas Jokowi ditengarai tak lepas dari kesalahan cara Timses Jokowi mematahkan serangan kampanye hitam. Misalnya menyebarkan fotokopi buku nikah Jokowi dan istrinya yang terbukti bukan etnis China. Kemudian, menyebarkan foto-foto Jokowi ketika berziarah ke Mekkah sebagai bukti Jokowi muslim.
(maf)