Transkip Mega-Basrief, Ada Pemancing di Air Keruh Pilpres
A
A
A
JAKARTA - Tim Pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) menduga ada yang memanfaatkan panasnya situasi politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dalam beredarnya transkip pembicaraan Megawati Soekarnoputri dan Jaksa Agung Basrief Arief.
Menurut Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK), Poempida Hidayatulloh, ada pihak yang menginginkan Pilpres 2014 ricuh dalam kasus ini.
"Pastilah ada yang memancing di air yang keruh. Nanti kita akan cek dulu. Nanti akan kita kejar," kata Poempida saat dihubungi, Rabu (18/6/2014).
Peompida menggolongkan kasus ini sebagai pelanggaran pemilu, meresahkan, dan mencemarkan nama baik. Pasalnya, dokumen tersebut tidaklah benar. Menurutnya, sangat tidak masuk akal Megawati mengintervensi penanganan kasus bus Transjakarta di Kejaksaan Agung.
"Posisi Pak Basrief dan Bu Mega apa hubungannya? Pak Basrief pejabat dan Bu Mega hanya Ketua Umum Partai tidak punya kekuatan dan kekuasaan untuk intervensi. Logikanya tidak masuk akal. Kalau nada memerintah itu, kalau dia (Mega) atasannya atau presiden yang diatasnya Pak Jaksa Agung. Itu baru masuk akal," jelas Poempida.
Lagipula, sangat tidak mungkin seorang Megawati melakukan intervensi vulgar seperti itu. Karena ada pemerintah berkuasa yang tidak memungkinkan Mega melakukan intervensi.
Cara-cara seperti ini, sangat mencoreng tantangan demokrasi yang sedang dibangun oleh Indonesia. "Kita akan cari dalang dan akan meminta wasit dalam pilpres ini untuk melihat," ujarnya.
Menurut Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK), Poempida Hidayatulloh, ada pihak yang menginginkan Pilpres 2014 ricuh dalam kasus ini.
"Pastilah ada yang memancing di air yang keruh. Nanti kita akan cek dulu. Nanti akan kita kejar," kata Poempida saat dihubungi, Rabu (18/6/2014).
Peompida menggolongkan kasus ini sebagai pelanggaran pemilu, meresahkan, dan mencemarkan nama baik. Pasalnya, dokumen tersebut tidaklah benar. Menurutnya, sangat tidak masuk akal Megawati mengintervensi penanganan kasus bus Transjakarta di Kejaksaan Agung.
"Posisi Pak Basrief dan Bu Mega apa hubungannya? Pak Basrief pejabat dan Bu Mega hanya Ketua Umum Partai tidak punya kekuatan dan kekuasaan untuk intervensi. Logikanya tidak masuk akal. Kalau nada memerintah itu, kalau dia (Mega) atasannya atau presiden yang diatasnya Pak Jaksa Agung. Itu baru masuk akal," jelas Poempida.
Lagipula, sangat tidak mungkin seorang Megawati melakukan intervensi vulgar seperti itu. Karena ada pemerintah berkuasa yang tidak memungkinkan Mega melakukan intervensi.
Cara-cara seperti ini, sangat mencoreng tantangan demokrasi yang sedang dibangun oleh Indonesia. "Kita akan cari dalang dan akan meminta wasit dalam pilpres ini untuk melihat," ujarnya.
(hyk)