LSN Beberkan Penyebab Mandeknya Elektabilitas Jokowi
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Survei Nasional (LSN) merilis hasil temuannya mengenai elektabilitas pasangan calon presiden (capres) Joko Widodo-Jusuf Kalla di bawah pasangan capres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Pasangan capres nomor urut 2 itu hanya hanya memperoleh 38,3 persen, sementara pasangan nomor urut 1 meraih 46,3 persen.
Peneliti utama LSN, Dipa Pradipta mengungkapkan salah satu faktor utama mandeknya elektabilitas pasangan nomor urut 2 itu karena masyarakat mulai jenuh dengan pencitraan berlebihan Jokowi yang disiarkan melalui media.
"Pertama, publik mulai dihinggapi kejenuhan terhadap figur Jokowi yang sejak setahun lalu terus di-blowup media bagaikan sosok setengah dewa," ujar Dipa Pradipta dalam pemaparan hasil surveinya di Hotel Le Meredien, Jakarta, Kamis (12/6/2014).
Faktor selanjutnya kata Dipta adalah mesin partai pendukung Jokowi-JK yang tergabung dalam koalisi tidak bekerja maksimal, sehingga berpengaruh terhadap elektabilitas pasangan tersebut.
"Mesin partai pendukung Jokowi-JK tidak bekerja optimal sebagaimana mesin partai-partai pengusung Prabowo-Hatta," terangnya.
Ditambahkan olehnya, keraguan masyarakat terhadap kapabilitas Jokowi ikut memengaruhi mandeknya elektabilitas Gubernur DKI Jakarta nonaktif itu.
"Dengan penampilannya yang kurang mengesankan pada acara pengundian nomor urut di KPU dan acara deklarasi damai di Bidakara," tambahnya.
Pasangan capres nomor urut 2 itu hanya hanya memperoleh 38,3 persen, sementara pasangan nomor urut 1 meraih 46,3 persen.
Peneliti utama LSN, Dipa Pradipta mengungkapkan salah satu faktor utama mandeknya elektabilitas pasangan nomor urut 2 itu karena masyarakat mulai jenuh dengan pencitraan berlebihan Jokowi yang disiarkan melalui media.
"Pertama, publik mulai dihinggapi kejenuhan terhadap figur Jokowi yang sejak setahun lalu terus di-blowup media bagaikan sosok setengah dewa," ujar Dipa Pradipta dalam pemaparan hasil surveinya di Hotel Le Meredien, Jakarta, Kamis (12/6/2014).
Faktor selanjutnya kata Dipta adalah mesin partai pendukung Jokowi-JK yang tergabung dalam koalisi tidak bekerja maksimal, sehingga berpengaruh terhadap elektabilitas pasangan tersebut.
"Mesin partai pendukung Jokowi-JK tidak bekerja optimal sebagaimana mesin partai-partai pengusung Prabowo-Hatta," terangnya.
Ditambahkan olehnya, keraguan masyarakat terhadap kapabilitas Jokowi ikut memengaruhi mandeknya elektabilitas Gubernur DKI Jakarta nonaktif itu.
"Dengan penampilannya yang kurang mengesankan pada acara pengundian nomor urut di KPU dan acara deklarasi damai di Bidakara," tambahnya.
(kur)