Penyebab Sejumlah Pihak Jadi Relawan Capres
A
A
A
BANDUNG - Jauh-jauh hari sebelum adanya capres-cawapres, sejumlah relawan bermunculan. Bahkan setelah capres-cawapres ditetapkan KPU, jumlah relawan makin banyak bermunculan.
Di Kota Bandung misalnya, nyaris hampir setiap hari ada deklarasi dukungan yang dilakukan relawan untuk pasangan capres-cawapres. Bahkan dalam sehari, bisa dua sampai empat relawan yang mendeklarasikan dukungan.
Pengamat politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Muradi menyebutkan, ada tiga fenomena yang mendasari maraknya bermunculan relawan.
Fenomena pertama, karena hanya ada dua pasangan, ia melihat publik juga ada kubu. "Ada yang pengin meneruskan masa lalu, itu ke Prabowo. Atau ada orang yang pengin kebaruan, itu ke Jokowi. Ada gradasi pembeda antara dua calon ini," kata Muradi saat dihubungi wartawan, Rabu (11/6/2014).
Fenomena kedua bermunculan relawan adalah, adanya gerakan dari mesin partai. Partai melihat keberadaan relawan sangat dibutuhkan untuk pilpres.
Agar bisa merangkul publik, partai membutuhkan organisasi atau pihak lain. Sehingga muncullah relawan. "Partai bergerak dengan caranya sendiri. Tapi kemudian harus ada figur lain yang kemudian bisa mengajak (pemilih)," jelasnya.
Fenomena ketiga adalah karena adanya tawaran aksi atau program yang dilakukan pasangan capres atau parpol. Sehingga mereka menyulut sejumlah pihak untuk menjadi relawan untuk ikut menawarkan aksi yang ada. "Relawan itu akhirnya jadi ujung tombak dari proses politik yang ada," ungkap Muradi.
Keberadaan relawan menurutnya selama ini memberi dampak positif yaitu sebagai pemberi edukasi. Hal itu yang kemudian harus dipertahankan relawan. "Relawan harus punya watak mengedukasi, bukan watak merusak (demokrasi)," tegasnya.
Muradi mengatakan, relawan dibagi ke dalam empat jenis. Pertama relawan yang lahir karena inisiatif sendiri. Kedua, relawan yang diinisiasi tim sukses di luar partai. Ketiga relawan yang diinisiasi partai. Dan terakhir adalah relawan yang dibayar pihak tertentu.
Soal maraknya relawan, ia menyebut hal itu tidak akan menaikkan elektabilitas capres-cawapres secara signifikan. Tapi mereka memberi dampak positif untuk kelangsungan dunia demokrasi di Indonesia.
Di Kota Bandung misalnya, nyaris hampir setiap hari ada deklarasi dukungan yang dilakukan relawan untuk pasangan capres-cawapres. Bahkan dalam sehari, bisa dua sampai empat relawan yang mendeklarasikan dukungan.
Pengamat politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Muradi menyebutkan, ada tiga fenomena yang mendasari maraknya bermunculan relawan.
Fenomena pertama, karena hanya ada dua pasangan, ia melihat publik juga ada kubu. "Ada yang pengin meneruskan masa lalu, itu ke Prabowo. Atau ada orang yang pengin kebaruan, itu ke Jokowi. Ada gradasi pembeda antara dua calon ini," kata Muradi saat dihubungi wartawan, Rabu (11/6/2014).
Fenomena kedua bermunculan relawan adalah, adanya gerakan dari mesin partai. Partai melihat keberadaan relawan sangat dibutuhkan untuk pilpres.
Agar bisa merangkul publik, partai membutuhkan organisasi atau pihak lain. Sehingga muncullah relawan. "Partai bergerak dengan caranya sendiri. Tapi kemudian harus ada figur lain yang kemudian bisa mengajak (pemilih)," jelasnya.
Fenomena ketiga adalah karena adanya tawaran aksi atau program yang dilakukan pasangan capres atau parpol. Sehingga mereka menyulut sejumlah pihak untuk menjadi relawan untuk ikut menawarkan aksi yang ada. "Relawan itu akhirnya jadi ujung tombak dari proses politik yang ada," ungkap Muradi.
Keberadaan relawan menurutnya selama ini memberi dampak positif yaitu sebagai pemberi edukasi. Hal itu yang kemudian harus dipertahankan relawan. "Relawan harus punya watak mengedukasi, bukan watak merusak (demokrasi)," tegasnya.
Muradi mengatakan, relawan dibagi ke dalam empat jenis. Pertama relawan yang lahir karena inisiatif sendiri. Kedua, relawan yang diinisiasi tim sukses di luar partai. Ketiga relawan yang diinisiasi partai. Dan terakhir adalah relawan yang dibayar pihak tertentu.
Soal maraknya relawan, ia menyebut hal itu tidak akan menaikkan elektabilitas capres-cawapres secara signifikan. Tapi mereka memberi dampak positif untuk kelangsungan dunia demokrasi di Indonesia.
(maf)