Saudagar Bugis yang Serba Bisa

Selasa, 10 Juni 2014 - 15:38 WIB
Saudagar Bugis yang Serba Bisa
Saudagar Bugis yang Serba Bisa
A A A
Muhammad Jusuf Kalla lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, pada tanggal 15 Mei 1942 yang terkenal sebagai Jusuf Kalla atau yang sering disapa JK adalah Wakil Presiden Indonesia ke-10 periode 2004-2009.

Ia menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin Makassar tahun 1967 dan The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis (1977).

JK merupakan anak ke-2 dari 17 bersaudara, pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group. Bisnis keluarga Kalla tersebut meliputi beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri.

Tahun 1968, JK menjadi CEO dari NV Hadji Kalla. Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang dari sekadar bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan, konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi.

Anak perusahaan NV Hadji Kalla antara lain; PT Bumi Karsa (bidang konstruksi) dikenal sebagai kontraktor pembangunan jalan raya trans Sulawesi, irigasi di Sulsel, dan Sultra, jembatan-jembatan, dan lain-lain. PT Bukaka Teknik Utama didirikan untuk rekayasa industri dan dikenal sebagai pelopor pabrik Aspal Mixing Plant (AMP) dan gangway (garbarata) di bandara, dan sejumlah anak perusahaan di bidang perumahan (real estate); transportasi, agrobisnis dan agroindustri.

Atas prestasinya di dunia usaha, JK dipilih oleh dunia usaha menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan (1985-1997), Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia (1997-2002), Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Sulawesi Selatan (1985-1995), Wakil Ketua ISEI Pusat (1987-2000), dan Penasihat ISEI Pusat (2000-sekarang).

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Presiden RI ke-4), JK dipercayakan selama kurang dari setahun (1999-2000) sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI merangkap Kepala Bulog.

JK kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di bawah pemerintahan Megawati Soekarnoputri, tapi kemudian mengundurkan diri karena maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pasangan ini menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih rakyat secara langsung.

Selain tugas-tugas sebagai Menko Kesra, JK telah meletakkan kerangka perdamaian di daerah konflik Poso, Sulawesi Tengah, dan Ambon, Maluku. Lewat pertemuan Malino I dan Malino II dan berhasil meredakan dan menyelesaian konflik di antara komunitas Kristen dan Muslim.

Kunjungan kerjanya sebagai Menko Kesra ke Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada awal tahun 2004 memberinya inspirasi untuk menerapkan pengalaman penyelesaian konflik Ambon-Poso di NAD. Upaya penyelesaian Aceh di dalami dan dilanjutkan penanganannya saat setelah dilantik menjadi Wakil Presiden RI.

Akhirnya, kesepakatan perdamaian untuk NAD antara Pemerintah dan tokoh-tokoh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berhasil ditandatangani di Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2005.

Karir politik JK terbilang cukup bagus, ia sempat menduduki kursi ketua umum Partai Golongan Karya menggantikan Akbar Tanjung sejak Desember 2004 hingga 9 Oktober 2009. Saat ini, melalui Munas Palang Merah Indonesia (PMI) ke XIX, JK terpilih menjadi ketua umum PMI untuk periode 2009-2014.

Selain itu dia juga terpilih sebagai ketua umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia periode 2012-2017 dalam Muktamar VI DMI di Jakarta.

Di kalangan ulama dan pemuka masyarakat, nama JK dikenal sebagai Mustasyar Nahdhatul Ulama Wilayah Sulawesi Selatan, melanjutkan tugas-tugas dan tanggung jawab ayahnya, Hadji Kalla, yang sepanjang hidupnya menjadi bendahara NU Sulsel juga menjadi bendahara Masjid Raya, Masjid Besar yang bersejarah di Makassar.

Ketika akan membangun masjid bersama Alm Jenderal M Jusuf, JK dipilih menjadi Ketua Yayasan Badan Wakaf Masjid Al-Markaz al-Islami (Masjid Jend M Jusuf). Sekarang, mesjid tersebut menjadi mesjid termegah di Indonesia Timur. Di kalangan agama-agama lain selain Islam, JK dipilih menjadi Ketua Forum Antar-Agama Sulsel.

Di bidang pendidikan, JK menjadi Ketua Yayasan Pendidikan Hadji Kalla yang mewadahi TK, SD, SLTP, SLTA Athirah, Ketua Yayasan Pendidikan Al-Ghazali, Universitas Islam Makassar.

Selain itu, ia menjabat Ketua Dewan Penyantun (Trustee) pada beberapa universitas, seperti Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, Universitas Negeri Makassar (UNM), Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina, Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) UNHAS.

JK mendapat beberapa gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (HC) diantaranya Doktor HC dari Universiti Malaya Malaysia di bidang ekonomi 21 Juli 2007, Doktor HC di bidang perdamaian dari Soka University Jepang pada 2 Februari 2009, Doktor HC di bidang Pendidikan Kewirausahaan dari Universitas Pendidikan Indonesia pada 17 Maret 2011.

Selain itu, Doktor HC di bidang ekonomi politik dari Universitas Hasanuddin Makasar pada 10 September 2011, Doktor HC di bidang perdamaian dari Universitas Syah Kuala Aceh pada 12 September 2011, Doktor HC di bidang pemikiran ekonomi dan bisnis dari Universitas Brawijaya Malang pada 8 Oktober 2011, dan Doktor HC di bidang kepemimpinan dari Universitas Indonesia pada 9 Februari 2013.

Penggemar olah raga golf ini, selama 10 tahun (1980-1990) menjadi Ketua Persatuan Sepak Bola Makassar (PSM) dan Pemilik Club Sepak Bola Makassar Utama (MU) tahun 1985-1992. JK yang menikah dengan Hajjah Mufidah Jusuf telah dikaruniai satu putra dan empat putri serta dikaruniai sembilan cucu. (Dirangkum dari berbagai sumber)
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.2617 seconds (0.1#10.140)