Pernyataan Amien Rais Soal Perang Badar Dikritik
A
A
A
JAKARTA - Pernyataan Ketua MPP Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais, yang menganalogikan pertarungan Pilpres 2014 ini dengan Perang Badar, terus menjadi polemik.
Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit mengatakan, pernyataan Amien Rais tersebut menunjukkan pola pikir dan laku politiknya melebihi Abu Bakar Ba'asyir dari Ngruki.
"Perang Badar itu kan agama. Kalau pilpres ini kan politik, jadi tidak tepat menganalogikannya," kata Arbi Sanit, Minggu 1 Juni 2014.
"Amien Rais kalau begitu berarti sudah kayak teroris, mau mengkafirkan musuh politiknya. Kenapa enggak sekalian saja menghalalkan untuk dibunuhnya seperti pola pikir yang dari Ngruki itu," imbuhnya.
Arbi menilai dengan ucapannya itu Amien yang sebelumnya dikenal tokoh reformasi, sudah menggadaikan integritasnya. Hal itu, kata dia, bisa dilihat dengan cara Amien yang seperti menghalalkan segala cara demi membela Hatta Rajasa, membela Prabowo yang Orde Baru, hanya demi ambisinya merebut kekuasaan.
"Hanya demi membela Hatta demi Prabowo, demi sepotong kekuasaan, Amien pertaruhkan agama dan pertaruhan demokrasi. Ini Amien namanya sudah Maciovelis, semua dipertaruhkan semuanya demi kekuasaan," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua MPP PAN Amien Rais yang merupakan pendukung pasangan Prabowo-Hatta mengatakan, partainya belum memikirkan posisi menteri dalam koalisi yang mengusung Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Dia mengatakan, PAN akan menggunakan mental Perang Badar dalam menghadapi pemilu presiden ini. Amien mengatakan, prajurit dalam Perang Uhud telah kemasukan kepentingan pribadi yang berorientasi dunia.
Dalam Perang Uhud, kata dia, prajurit berperang bukan untuk kebenaran dan keadilan, melainkan demi harta rampasan perang. Sebaliknya, Amien menyebut bahwa perjuangan para prajurit dalam Perang Badar adalah ikhlas membela kehormatan diri dan tanah air.
Karena itu, tutur Amien, kemenangan dapat digenggam dalam Perang Badar. Sebagai kaum Muslimin, Amien pun menganjurkan penggunaan mentalitas Perang Badar, bukan Perang Uhud.
“Jadi, kalau mulai maju Perang Uhud, insya Allah kalah. Kalau Perang Badar, ini siapa, menterinya siapa, itu nanti, insya Allah kita kali ini dimenangkan,” ungkap Amien di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Selasa 27 Mei.
Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit mengatakan, pernyataan Amien Rais tersebut menunjukkan pola pikir dan laku politiknya melebihi Abu Bakar Ba'asyir dari Ngruki.
"Perang Badar itu kan agama. Kalau pilpres ini kan politik, jadi tidak tepat menganalogikannya," kata Arbi Sanit, Minggu 1 Juni 2014.
"Amien Rais kalau begitu berarti sudah kayak teroris, mau mengkafirkan musuh politiknya. Kenapa enggak sekalian saja menghalalkan untuk dibunuhnya seperti pola pikir yang dari Ngruki itu," imbuhnya.
Arbi menilai dengan ucapannya itu Amien yang sebelumnya dikenal tokoh reformasi, sudah menggadaikan integritasnya. Hal itu, kata dia, bisa dilihat dengan cara Amien yang seperti menghalalkan segala cara demi membela Hatta Rajasa, membela Prabowo yang Orde Baru, hanya demi ambisinya merebut kekuasaan.
"Hanya demi membela Hatta demi Prabowo, demi sepotong kekuasaan, Amien pertaruhkan agama dan pertaruhan demokrasi. Ini Amien namanya sudah Maciovelis, semua dipertaruhkan semuanya demi kekuasaan," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua MPP PAN Amien Rais yang merupakan pendukung pasangan Prabowo-Hatta mengatakan, partainya belum memikirkan posisi menteri dalam koalisi yang mengusung Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Dia mengatakan, PAN akan menggunakan mental Perang Badar dalam menghadapi pemilu presiden ini. Amien mengatakan, prajurit dalam Perang Uhud telah kemasukan kepentingan pribadi yang berorientasi dunia.
Dalam Perang Uhud, kata dia, prajurit berperang bukan untuk kebenaran dan keadilan, melainkan demi harta rampasan perang. Sebaliknya, Amien menyebut bahwa perjuangan para prajurit dalam Perang Badar adalah ikhlas membela kehormatan diri dan tanah air.
Karena itu, tutur Amien, kemenangan dapat digenggam dalam Perang Badar. Sebagai kaum Muslimin, Amien pun menganjurkan penggunaan mentalitas Perang Badar, bukan Perang Uhud.
“Jadi, kalau mulai maju Perang Uhud, insya Allah kalah. Kalau Perang Badar, ini siapa, menterinya siapa, itu nanti, insya Allah kita kali ini dimenangkan,” ungkap Amien di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Selasa 27 Mei.
(maf)