Pilpres 2014 Akan Jadi Pertarungan Kompetitif
A
A
A
JAKARTA - Dua pasang calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yakni pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla dipastikan akan berkompetisi di Pemilu Presiden (Pilpres) 2014. Bagaimana peta pertarungan politik di pilpres nanti?
Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Zaki Mubarak mengatakan, dua pasangan yang muncul sangat menjanjikan pertarungan pilpres akan cukup kompetitif. Kedua pasangan dinilai sama-sama memiliki kelebihan.
"Prabowo-Hatta dengan koalisi parpol lebih banyak memiliki mesin politik yang cukup efektif. Jokowi-JK diuntungkan dengan popularitasnya," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Selasa (20/5/2014).
Menurutnya, kedua kandidat pasangan capres-cawapres juga mencoba menarik dua ormas Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebagai mesin politik.
"Muhammadiyah lebih memiliki kedekatan dengan Prabowo-Hatta, NU secara organisasi lebih cenderung ke Jokowi-JK. Apalagi JK saat ini menjabat sebagai Mustasyar PBNU," ucap dia.
Ia menduga, di internal Partai Golkar terjadi pergolakan sengit. Menurutnya, elite Golkar mulai terbelah antara yang mendukung Jokowi-JK karena dianggap potensial menang dan elite yang setia kepada keputusan Ical mendukung Prabowo-Hatta.
"Pertarungan di media juga akan keras, masing-masing koalisi memiliki jaringan tv dan raja media. Di tim Jokowi, media Surya Paloh akan dimainkan optimal untuk kampanye pemenangan. Sebaliknya Ical juga akan menggerakkan mesin medianya untuk memenangkan Prabowo- Hatta. Jadi kompetisi sengit terjadi di semua lini," pungkasnya.
Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Zaki Mubarak mengatakan, dua pasangan yang muncul sangat menjanjikan pertarungan pilpres akan cukup kompetitif. Kedua pasangan dinilai sama-sama memiliki kelebihan.
"Prabowo-Hatta dengan koalisi parpol lebih banyak memiliki mesin politik yang cukup efektif. Jokowi-JK diuntungkan dengan popularitasnya," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Selasa (20/5/2014).
Menurutnya, kedua kandidat pasangan capres-cawapres juga mencoba menarik dua ormas Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebagai mesin politik.
"Muhammadiyah lebih memiliki kedekatan dengan Prabowo-Hatta, NU secara organisasi lebih cenderung ke Jokowi-JK. Apalagi JK saat ini menjabat sebagai Mustasyar PBNU," ucap dia.
Ia menduga, di internal Partai Golkar terjadi pergolakan sengit. Menurutnya, elite Golkar mulai terbelah antara yang mendukung Jokowi-JK karena dianggap potensial menang dan elite yang setia kepada keputusan Ical mendukung Prabowo-Hatta.
"Pertarungan di media juga akan keras, masing-masing koalisi memiliki jaringan tv dan raja media. Di tim Jokowi, media Surya Paloh akan dimainkan optimal untuk kampanye pemenangan. Sebaliknya Ical juga akan menggerakkan mesin medianya untuk memenangkan Prabowo- Hatta. Jadi kompetisi sengit terjadi di semua lini," pungkasnya.
(kri)