Indonesia butuh pemimpin mandiri bukan 'disetir' partai
A
A
A
Sindonews.com - Bakal Calon Presiden (Capres) RI pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, mulai mengerucut kepada dua nama Prabowo Subianto dan Joko Widodo.
Anggota DPR RI sekaligus politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Taslim Chaniago mengatakan, Indonesia butuh pemimpin yang tegas dan mandiri, ditopang kemampuan intelektual dan lobi dari wakil presidennya.
Menurutnya, jika hal ini bisa diwujudkan, kesejahteraan rakyat Indonesia, bisa segera diwujudkan. “Itu yang dibutuhkan 250 juta rakyat terhadap presidennya ke depan. Tidak presiden yang mudah ditekan apalagi disetir oleh kekuatan asing,” kata Taslim lewat pers rilisnya, Kamis 15 Mei 2014.
Pernyataan Taslim ini terkait dengan pernyataan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, yang meminta bakal Capres Jokowi untuk tidak melupakan perannya sebagai kader partai jika terpilih sebagai presiden dan apa yang ditugaskan partai. Karena menurut Mega, Jokowi jadi capres merupakan penugasan.
“Begitu piciknya penilaian terhadap posisi capres jika menjadi presiden hanyalah penugasan dari partai, padahal ada banyak kepentingan dan warna politik di 250 juta rakyat negera ini," ucapnya.
"Itu bedanya dengan Prabowo-Hatta, Gerindra dan PAN termasuk Parpol pengusung lainnya tegas mengatakan terpilih maka rakyat di atas segala-galanya, silakan campakan kepentingan parpol, asal untuk kepentingan rakyat,” imbuhnya.
Dan sangat mungkin sekali terjadi jika Jokowi terpilih sebagai presiden, maka dia hanyalah sebuah boneka bagi parpol pengusungnya dan Jokowi kalau posisi itu sangat gampang diintervensi.
“Indonesia butuh pemimpin tegas dan mandiri, dan siapa pun dia jika terpilih terlarang disetir, diintervensi. Presiden itu milik semua rakyat dan bukan milik orang tertentu termasuk partai tertentu ingat itu,” pungkasnya.
Anggota DPR RI sekaligus politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Taslim Chaniago mengatakan, Indonesia butuh pemimpin yang tegas dan mandiri, ditopang kemampuan intelektual dan lobi dari wakil presidennya.
Menurutnya, jika hal ini bisa diwujudkan, kesejahteraan rakyat Indonesia, bisa segera diwujudkan. “Itu yang dibutuhkan 250 juta rakyat terhadap presidennya ke depan. Tidak presiden yang mudah ditekan apalagi disetir oleh kekuatan asing,” kata Taslim lewat pers rilisnya, Kamis 15 Mei 2014.
Pernyataan Taslim ini terkait dengan pernyataan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, yang meminta bakal Capres Jokowi untuk tidak melupakan perannya sebagai kader partai jika terpilih sebagai presiden dan apa yang ditugaskan partai. Karena menurut Mega, Jokowi jadi capres merupakan penugasan.
“Begitu piciknya penilaian terhadap posisi capres jika menjadi presiden hanyalah penugasan dari partai, padahal ada banyak kepentingan dan warna politik di 250 juta rakyat negera ini," ucapnya.
"Itu bedanya dengan Prabowo-Hatta, Gerindra dan PAN termasuk Parpol pengusung lainnya tegas mengatakan terpilih maka rakyat di atas segala-galanya, silakan campakan kepentingan parpol, asal untuk kepentingan rakyat,” imbuhnya.
Dan sangat mungkin sekali terjadi jika Jokowi terpilih sebagai presiden, maka dia hanyalah sebuah boneka bagi parpol pengusungnya dan Jokowi kalau posisi itu sangat gampang diintervensi.
“Indonesia butuh pemimpin tegas dan mandiri, dan siapa pun dia jika terpilih terlarang disetir, diintervensi. Presiden itu milik semua rakyat dan bukan milik orang tertentu termasuk partai tertentu ingat itu,” pungkasnya.
(maf)