Alasan Demokrat gadang Sultan jadi capres
Alasan Demokrat gadang Sultan jadi capres
A
A
A
Sindonews.com - Partai Demokrat telah memiliki 11 figur yang tengah disaring untuk calon presiden (capres). Namun belakangan, partai ini mewacanakan untuk mengusung Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan mengatakan, nama Sultan mendapatkan respons positif dari masyarakat.
"Majelis tinggi juga mempertimbangkan nama Sultan termasuk juga saya yang ikut menilai Sultan," kata Ramadhan saat diskusi bertema Menimbang Konvensi dan Arah Koalisi Partai Demokrat di Galeri Cafe, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2014).
Ada beberapa alasan munculnya pencapresan Sultan, yakni sosok Sultan dianggap tidak ambisius untuk menjadi capres. Selain itu, kata Ramadhan, Sultan siap jadi capres jika dipinang oleh partai politik.
Alasan lain, tambah dia, dari beberapa tokoh altenatif yang masuk pantauan Demokrat, seperti Jusuf Kalla dan Ginandjar Kartasasmita, nama Sultan dianggap yang paling banyak mendapat respons publik.
"Yang paling bisa diterima seluruh masyarakat Indonesia adalah Sultan," ungkapnya.
Menurut dia, integritas Sultan tidak diragukan lagi. Meski baru sebatas memimpin daerah, sosok Sultan sebagai tokoh reformasi. Bagi Ramadhan, kalau tahun 1998 tidak ada Sultan di Yogyakarta, maka reformasi di Indonesia tidak akan pernah ada. "Ini penting dan memberikan dorongan moral bagi seluruh rakyat Indonesia," tuturnya
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan mengatakan, nama Sultan mendapatkan respons positif dari masyarakat.
"Majelis tinggi juga mempertimbangkan nama Sultan termasuk juga saya yang ikut menilai Sultan," kata Ramadhan saat diskusi bertema Menimbang Konvensi dan Arah Koalisi Partai Demokrat di Galeri Cafe, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2014).
Ada beberapa alasan munculnya pencapresan Sultan, yakni sosok Sultan dianggap tidak ambisius untuk menjadi capres. Selain itu, kata Ramadhan, Sultan siap jadi capres jika dipinang oleh partai politik.
Alasan lain, tambah dia, dari beberapa tokoh altenatif yang masuk pantauan Demokrat, seperti Jusuf Kalla dan Ginandjar Kartasasmita, nama Sultan dianggap yang paling banyak mendapat respons publik.
"Yang paling bisa diterima seluruh masyarakat Indonesia adalah Sultan," ungkapnya.
Menurut dia, integritas Sultan tidak diragukan lagi. Meski baru sebatas memimpin daerah, sosok Sultan sebagai tokoh reformasi. Bagi Ramadhan, kalau tahun 1998 tidak ada Sultan di Yogyakarta, maka reformasi di Indonesia tidak akan pernah ada. "Ini penting dan memberikan dorongan moral bagi seluruh rakyat Indonesia," tuturnya
(dam)
Explore More