Aktivis 98 desak usut aktor Tragedi 12 Mei
A
A
A
Sindonews.com - Tragedi berdarah yang berlangsung di depan kampus Trisakti di kawasan Grogol, Jakarta Barat tidak akan pernah dilupakan oleh para saksi, korban dan pelaku sejarah tersebut.
"Jangan lah berharap kasus itu akan berakhir hanya karena didiamkan karena itu tidak akan berhasil," ujar juru bicara Forum Alumni Perguruan Tinggi Aktivis 98, Taufan Hunneman usai acara diskusi bertajuk Kembali pada Arah Perjuangan Gerakan Reformasi 98 di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (12/5/2014).
Seperti diketahui, hari ini tepat 16 tahun sudah Tragedi penembakan mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998. Pada peristiwa itu, empat mahasiswa tewas. Mereka adalah Elang Mulia, Hafidin Royan, Hendriawan dan Heri Hartanto.
Menurut Taufan, negara dan aparatnya bertanggung jawab atas berbagai persoalan kekerasan terhadap rakyat, seperti penculikan mahasiswa, penembakan mahasiswa Trisakti dan kerusuhan massal pada Mei 1998.
Dia mengatakan, seolah menjadi sebuah sejarah kelam, hingga kini aktor intelektual di balik kasus itu belum juga terungkap.
Dia menegaskan tiga rangkaian peristiwa jelang tumbangnya Presiden Soeharto itu adalah kisah sejarah yang wajib dituntaskan untuk kepentingan generasi di masa depan.
"Sampai kapan pun peristiwa itu akan menjadi beban sejarah yang tidak tuntas bila pihak-pihak yang berkompeten tidak menuntaskannya," tegasnya.
Disamping itu, dia pun meminta agar mantan Danjen Kopassus yang kini sebagai bakal calon presiden dari Partai Gerindra Prabowo Subianto terbuka dan jujur terkait tragedi 97-98, karena data Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), menyatakan Prabowo terlibat.
"Prabowo wajib bertanggung jawab. Dia harus diklarifikasi di pengadilan seluruh keterangan dan perbuatannya. Jangan menganggap setelah diberhentikan, sanksi sudah diterima dan mengatakan sudah selesai," tuturnya.
"Jangan lah berharap kasus itu akan berakhir hanya karena didiamkan karena itu tidak akan berhasil," ujar juru bicara Forum Alumni Perguruan Tinggi Aktivis 98, Taufan Hunneman usai acara diskusi bertajuk Kembali pada Arah Perjuangan Gerakan Reformasi 98 di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (12/5/2014).
Seperti diketahui, hari ini tepat 16 tahun sudah Tragedi penembakan mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998. Pada peristiwa itu, empat mahasiswa tewas. Mereka adalah Elang Mulia, Hafidin Royan, Hendriawan dan Heri Hartanto.
Menurut Taufan, negara dan aparatnya bertanggung jawab atas berbagai persoalan kekerasan terhadap rakyat, seperti penculikan mahasiswa, penembakan mahasiswa Trisakti dan kerusuhan massal pada Mei 1998.
Dia mengatakan, seolah menjadi sebuah sejarah kelam, hingga kini aktor intelektual di balik kasus itu belum juga terungkap.
Dia menegaskan tiga rangkaian peristiwa jelang tumbangnya Presiden Soeharto itu adalah kisah sejarah yang wajib dituntaskan untuk kepentingan generasi di masa depan.
"Sampai kapan pun peristiwa itu akan menjadi beban sejarah yang tidak tuntas bila pihak-pihak yang berkompeten tidak menuntaskannya," tegasnya.
Disamping itu, dia pun meminta agar mantan Danjen Kopassus yang kini sebagai bakal calon presiden dari Partai Gerindra Prabowo Subianto terbuka dan jujur terkait tragedi 97-98, karena data Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), menyatakan Prabowo terlibat.
"Prabowo wajib bertanggung jawab. Dia harus diklarifikasi di pengadilan seluruh keterangan dan perbuatannya. Jangan menganggap setelah diberhentikan, sanksi sudah diterima dan mengatakan sudah selesai," tuturnya.
(dam)