Indonesia butuh presiden tak gagap kepentingan nasional
A
A
A
Sindonews.com - Indonesia tak lama lagi memiliki presiden baru menggantikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui pesta demokrasi Pemilu Presiden (Pilpres) pada 9 Juli 2014.
Menanggapi itu, Direktur Eksekutif Indo Strategi Andar Nubowo berharap, penentuan calon presiden dan wakil presiden tidak melulu pada seputar kepentingan koalisi partai politik. Jauh pada itu, dibutuhkan capres dan cawapres yang tak 'gagap' pada kepentingan nasional.
"Dari itu, partai politik serta capres dan cawapres jangan hanya sibuk mencari koalisi, tapi hendaknya juga memikirkan bagaimana peningkatan daya saing dalam negeri," kata Andar saat diskusi politik, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (7/5/2014).
Dia menjelaskan, pada lima tahun mendatang Indonesia semakin menghadapi tantangan zaman yang semakin kuat. Menurutnya, tantangan yang paling kuat pada masa mendatang adalah menghadapi kepentingan global.
Oleh sebab itu, yang harus dilalui seorang capres adalah memiliki visi yang jelas terkait penyelesaian persoalan klasik seperti korupsi, lemahnya penegakan hukum, kemiskinan, biaya pendidikan dan kesehatan yang mahal, serta konflik horizontal.
"Capres, cawapres ke depan hendaknya mempunyai wawasan terbuka, mau melindungi segenap anak bangsa, tidak memihak golongan tertentu, dan bersikap tegas terhadap pelaku korupsi," tuturnya.
Lebih jauh, dia menambahkan, tantangan paling dekat adalah pemahaman seorang presiden dalam menghadapi tantangan negara-negara Asia, terlebih memperbaiki peringkat Indonesia dari ketertinggalan negara Asia Tenggara.
Dalam catatan Indo Strategi, yang dikutip dari Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, Kementerian Perindustrian, menyebutkan tingkat daya saing logistik Indonesia relatif mengkhawatirkan, karena berada di level enam di antara negara-negara Asean.
Menanggapi itu, Direktur Eksekutif Indo Strategi Andar Nubowo berharap, penentuan calon presiden dan wakil presiden tidak melulu pada seputar kepentingan koalisi partai politik. Jauh pada itu, dibutuhkan capres dan cawapres yang tak 'gagap' pada kepentingan nasional.
"Dari itu, partai politik serta capres dan cawapres jangan hanya sibuk mencari koalisi, tapi hendaknya juga memikirkan bagaimana peningkatan daya saing dalam negeri," kata Andar saat diskusi politik, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (7/5/2014).
Dia menjelaskan, pada lima tahun mendatang Indonesia semakin menghadapi tantangan zaman yang semakin kuat. Menurutnya, tantangan yang paling kuat pada masa mendatang adalah menghadapi kepentingan global.
Oleh sebab itu, yang harus dilalui seorang capres adalah memiliki visi yang jelas terkait penyelesaian persoalan klasik seperti korupsi, lemahnya penegakan hukum, kemiskinan, biaya pendidikan dan kesehatan yang mahal, serta konflik horizontal.
"Capres, cawapres ke depan hendaknya mempunyai wawasan terbuka, mau melindungi segenap anak bangsa, tidak memihak golongan tertentu, dan bersikap tegas terhadap pelaku korupsi," tuturnya.
Lebih jauh, dia menambahkan, tantangan paling dekat adalah pemahaman seorang presiden dalam menghadapi tantangan negara-negara Asia, terlebih memperbaiki peringkat Indonesia dari ketertinggalan negara Asia Tenggara.
Dalam catatan Indo Strategi, yang dikutip dari Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, Kementerian Perindustrian, menyebutkan tingkat daya saing logistik Indonesia relatif mengkhawatirkan, karena berada di level enam di antara negara-negara Asean.
(kri)