Capres pilihan santri dipengaruhi kyai
A
A
A
Sindonews.com - Pada Pemilu Presiden 9 Juli 2014 mendatang, pemilih kalangan Santri di Pondok Pesantren dipandang berbeda dengan pemilih pada umumnya.
Peneliti Pesantren Munajat mengatakan, meski kalangan santri juga terpengaruh dengan pemberitaan di media massa, tetapi selera santri untuk menentukan calon presiden (capres) mendatang juga terpengaruh oleh pilihan para pengajarnya, dalam hal ini kalangan para kyai yang mengasuhnya.
"Perilaku santri. Santri itu (dalam memilih) tidak mandiri. 37,7 persen merujuk. 62,3 tidak," kata Munajat saat diskusi 'Capres/Cawapres Piihan Santri' di Hotel Acacia, Matraman, Jakarta, Senin (7/4/2014).
Bahkan, lanjut Munajat, tingkat keterpengaruhan kalangan santri menyisihkan pilihan orang tua maupun lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan fenomena tertutup di lingkungan pesantren.
"Rujukannya kepada kyai 50,3 persen, orang tua 20,7 persen, dan teman 12,4 persen, lainnya hanya 16,6 persen," ungkapnya.
Dia mengakui, untuk capres secara nasional atau umum, nama-nama yang beredar di media massa sekarang ini memang menjadi favorit yang diunggulkan. Tetapi, pada kalangan santri, sosok capres tingkat 'adikenalan' ditentukan dari kalangan internal pesantren.
Ada dua skenario menurut dia. Pertama calon seperti Joko Widodo, Prabowo, Wiranto, Dahlan Iskan, Hatta Rajasa dan lain sebagainya cocok di grassroot partainya. Namun, di kalangan santri, keberadaan mereka masih ditentukan melalui massa mengambang (swing voters).
"Skenario kedua, Mahfud capres. Kalau partai koalisi Islam berkoalisi, potensi koalisinya tinggi dari tingkat grassroot. Itu yang mereka (kalangan santri) inginkan. Cocok juga untuk SDA (Suryadarma Ali)," tambahnya.
Peneliti Pesantren Munajat mengatakan, meski kalangan santri juga terpengaruh dengan pemberitaan di media massa, tetapi selera santri untuk menentukan calon presiden (capres) mendatang juga terpengaruh oleh pilihan para pengajarnya, dalam hal ini kalangan para kyai yang mengasuhnya.
"Perilaku santri. Santri itu (dalam memilih) tidak mandiri. 37,7 persen merujuk. 62,3 tidak," kata Munajat saat diskusi 'Capres/Cawapres Piihan Santri' di Hotel Acacia, Matraman, Jakarta, Senin (7/4/2014).
Bahkan, lanjut Munajat, tingkat keterpengaruhan kalangan santri menyisihkan pilihan orang tua maupun lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan fenomena tertutup di lingkungan pesantren.
"Rujukannya kepada kyai 50,3 persen, orang tua 20,7 persen, dan teman 12,4 persen, lainnya hanya 16,6 persen," ungkapnya.
Dia mengakui, untuk capres secara nasional atau umum, nama-nama yang beredar di media massa sekarang ini memang menjadi favorit yang diunggulkan. Tetapi, pada kalangan santri, sosok capres tingkat 'adikenalan' ditentukan dari kalangan internal pesantren.
Ada dua skenario menurut dia. Pertama calon seperti Joko Widodo, Prabowo, Wiranto, Dahlan Iskan, Hatta Rajasa dan lain sebagainya cocok di grassroot partainya. Namun, di kalangan santri, keberadaan mereka masih ditentukan melalui massa mengambang (swing voters).
"Skenario kedua, Mahfud capres. Kalau partai koalisi Islam berkoalisi, potensi koalisinya tinggi dari tingkat grassroot. Itu yang mereka (kalangan santri) inginkan. Cocok juga untuk SDA (Suryadarma Ali)," tambahnya.
(kri)