Angka golput diprediksi sama seperti Pemilu 2009
A
A
A
Sindonews.com - Persoalan administrasi pemilih dinilai akan menyumbang angka golput. Namun, tidak hanya kalangan terdidik yang secara rasional tidak menggunakan hak pilihnya, masyarakat miskin pun juga cenderung melakukan hal yang sama.
"Masyarakat yang hidupnya masih miskin. Mereka lebih milih bekerja daripada ke TPS," ujar Peneliti Senior Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) Toto Sugiarto ketika dihubungi SINDO, Minggu 6 April 2014
Dia mengatakan Pemilu 2014 semakin bebas dalam apakah pemilih akan memanfaatkan suaranya atau tidak. Orang-orang yang merasa tidak ada gunanya ke TPS maka akan malas untuk mencoblos.
"Tapi tentu kita tetap mengkampanyekan agar setiap warga negara datang ke TPS. Kita berharap mereka menggunakan hak pilihnya," tuturnya.
Toto menilai, angka golput dari pemilu ke pemilu cenderung mengalami peningkatan. Untuk Pemilu 2014 diprediksi angka partisipasi sulit mengalami kenaikan, kemungkinannya tetap sama seperti pemilu sebelumnya.
"Pada tahun 2004 partisipasi memilih 80 persen. Paling baik pemilu ini sama dengan Pemilu 2009 yakni sebesar 70 persen. Namun, jika pemerintahan tidak membawa perubahan angka partisipasi dapat terjun menjadi 60 persen," jelasnya.
Dilanjutkannya, di negara yang demokrasinya sudah mapan seperti Amerika Serikat angka golput bergantung pada harapan yang dijanjikan oleh para kontestan pemilu. Menurut dia jika ada tokoh yang memberi harapan maka dapat dipastikan angka golput akan rendah.
Toto menambahkan, apa yang terjadi di Amerika tentu sama dengan di Indonesia, jika ada tokoh yang dinilai dapat memberi harapan perubahan maka masyarakat pun akan datang memberikan suaranya pada pemilu mendatang.
"Masyarakat yang hidupnya masih miskin. Mereka lebih milih bekerja daripada ke TPS," ujar Peneliti Senior Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) Toto Sugiarto ketika dihubungi SINDO, Minggu 6 April 2014
Dia mengatakan Pemilu 2014 semakin bebas dalam apakah pemilih akan memanfaatkan suaranya atau tidak. Orang-orang yang merasa tidak ada gunanya ke TPS maka akan malas untuk mencoblos.
"Tapi tentu kita tetap mengkampanyekan agar setiap warga negara datang ke TPS. Kita berharap mereka menggunakan hak pilihnya," tuturnya.
Toto menilai, angka golput dari pemilu ke pemilu cenderung mengalami peningkatan. Untuk Pemilu 2014 diprediksi angka partisipasi sulit mengalami kenaikan, kemungkinannya tetap sama seperti pemilu sebelumnya.
"Pada tahun 2004 partisipasi memilih 80 persen. Paling baik pemilu ini sama dengan Pemilu 2009 yakni sebesar 70 persen. Namun, jika pemerintahan tidak membawa perubahan angka partisipasi dapat terjun menjadi 60 persen," jelasnya.
Dilanjutkannya, di negara yang demokrasinya sudah mapan seperti Amerika Serikat angka golput bergantung pada harapan yang dijanjikan oleh para kontestan pemilu. Menurut dia jika ada tokoh yang memberi harapan maka dapat dipastikan angka golput akan rendah.
Toto menambahkan, apa yang terjadi di Amerika tentu sama dengan di Indonesia, jika ada tokoh yang dinilai dapat memberi harapan perubahan maka masyarakat pun akan datang memberikan suaranya pada pemilu mendatang.
(kri)