'Sangat bahaya jika semua puji-puji Jokowi'
A
A
A
Sindonews.com - Media massa pada saat ini dianggap telah terpolarisasi secara alami menanggapi penunjukan Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon presiden (capres) oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Polarisasi media, antara yang mendukung dan tidak mendukung pencalonan Jokowi sebagai capres, dinilai positif oleh Direktur Eksekutif Media Literacy Circle Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Iswandi Syahputra.
"Sangat berbahaya jika semua media memuja dan memuji Jokowi. Memang harus ada media yang berani bersikap kritis pada Jokowi. Jadi media tidak perlu malu mendukung atau tidak mendukung Jokowi sebagai capres dalam politik pemberitaannya. Polarisasi ini positif untuk publik," ujar Iswandi dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, Rabu (2/4/2014).
Menurutnya, polarisasi ini bukan suatu masalah. Selama media menyajikan fakta dan data objektif, bukan opini yang subjektif.
Publik juga tidak boleh terlalu lama larut dalam euforia mantan Wali Kota Solo yang terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta tersebut. Karena sebelum Jokowi ditunjuk Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri maju sebagai capres, tidak ada media yang bersikap kritis. "Situasinya mirip seperti Pemilu 2004. Saat itu SBY yang menjadi media darling," contoh Iswandi.
Polarisasi media yang mendukung dan tidak mendukung Jokowi, menurut Iswandi, berdasarkan analisis isi terhadap enam media cetak nasional yang dilakukan Media Literacy Circle, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang dirilis pekan lalu. Riset analisis isi media tersebut dimaksudkan untuk menemukan peta pemberitaan media terhadap pencalonan Jokowi sebagai capres.
Penelitian dilakukan pada tanggal 13-22 Maret 2014 atau dua hari sebelum hingga seminggu penetapan Jokowi sebagai capres PDIP. "Tanggal 14 Maret saat Jokowi menyatakan maju sebagai calon Presiden seperti menjadi peluit bagi polarisasi pemberitaan media tersebut," ucap mantan anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat ini.
Dari tone pemberitaan media massa yang diteliti, ada media yang mem-framing Jokowi secara positif dan negatif. Namun ada juga media yang malu-malu kucing dalam sikapnya. "Seakan ingin netral padahal cenderung mendukung Jokowi," ujar Iswandi.
Polarisasi media, antara yang mendukung dan tidak mendukung pencalonan Jokowi sebagai capres, dinilai positif oleh Direktur Eksekutif Media Literacy Circle Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Iswandi Syahputra.
"Sangat berbahaya jika semua media memuja dan memuji Jokowi. Memang harus ada media yang berani bersikap kritis pada Jokowi. Jadi media tidak perlu malu mendukung atau tidak mendukung Jokowi sebagai capres dalam politik pemberitaannya. Polarisasi ini positif untuk publik," ujar Iswandi dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, Rabu (2/4/2014).
Menurutnya, polarisasi ini bukan suatu masalah. Selama media menyajikan fakta dan data objektif, bukan opini yang subjektif.
Publik juga tidak boleh terlalu lama larut dalam euforia mantan Wali Kota Solo yang terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta tersebut. Karena sebelum Jokowi ditunjuk Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri maju sebagai capres, tidak ada media yang bersikap kritis. "Situasinya mirip seperti Pemilu 2004. Saat itu SBY yang menjadi media darling," contoh Iswandi.
Polarisasi media yang mendukung dan tidak mendukung Jokowi, menurut Iswandi, berdasarkan analisis isi terhadap enam media cetak nasional yang dilakukan Media Literacy Circle, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang dirilis pekan lalu. Riset analisis isi media tersebut dimaksudkan untuk menemukan peta pemberitaan media terhadap pencalonan Jokowi sebagai capres.
Penelitian dilakukan pada tanggal 13-22 Maret 2014 atau dua hari sebelum hingga seminggu penetapan Jokowi sebagai capres PDIP. "Tanggal 14 Maret saat Jokowi menyatakan maju sebagai calon Presiden seperti menjadi peluit bagi polarisasi pemberitaan media tersebut," ucap mantan anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat ini.
Dari tone pemberitaan media massa yang diteliti, ada media yang mem-framing Jokowi secara positif dan negatif. Namun ada juga media yang malu-malu kucing dalam sikapnya. "Seakan ingin netral padahal cenderung mendukung Jokowi," ujar Iswandi.
(hyk)