Golkar tak akan kocok ulang pencapresan Ical

Selasa, 18 Maret 2014 - 17:15 WIB
Golkar tak akan kocok ulang pencapresan Ical
Golkar tak akan kocok ulang pencapresan Ical
A A A
Sindonews.com - Meski banyak kader Partai Golkar dilirik oleh kandidat calon presiden (capres) lain, namun Partai Golkar tetap pada pendirian mengusung Aburizal Bakrie (Ical) sebagai Capres 2014.

Partai Golkar menganggap keputusan pencapresan Ical sudah sah dan final melalui Rakernas. Sehingga tidak ada forum selain Rakernas yang bisa merubah keputusan tersebut.

Ketua DPP Partai Golkar Hajriyanto Y Tohari mengatakan, soal munculnya nama Jusuf Kalla, Akbar Tanjung dan mungkin kader Golkar lainnya yang diwacanakan cocok menjadi Cawapres Jokowi ataupun kemungkinan pasangan Capres Prabowo Subianto, tidaklah menjadi masalah karena masih sebatas wacana saja.

Apalagi, lanjut Hajriyanto, soal pencapresan tidak lepas dari hasil Pileg 9 April mendatang. Sehingga, terlalu dini dan mengada-ada jika ada usulan agar Golkar mengocok ulang menentukan lagi capres karena peta perpolitikan Pilpres yang semakin ketat.

“Ingat Ical menjadi Capres itu melalui Rakernas yang sudah final. Sehingga tidak boleh ada instrumen apapun melakukan kocok ulang keputusaan Capres Ical kecuali Rakernas itu sendiri. Dan sampai sekarang belum ada,” ujarnya di saat disela sosialisasi Empat Pilar di Karanganyar, Jawa Tengah (18/3/2014).

Hajriyanto justru menyindir pihak-pihak yang mewacanakan agar Golkar mengocok ulang nama selain Ical itu tidak berdasar dan tidak realistis. Pasalnya, diliriknya Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla menjadi cawapres partai lain baru sebatas wacana.

“Silakan orang berwacana, tetapi organisasi Partai Golkar sudah jelas. Capres versi Rakernas tetap Aburizal Bakrie,” tuturnya.

Menurut Hajriyanto, bicara paket capres-cawapres masih terlalu dini. Karena sudut pandang yang terjadi saat ini tidak bisa dijadikan ukuran, misalnya berdasarkan hasil survei Jokowi unggul.

“Survei dengan realita itu kadang berbeda. Misalnya, apakah lembaga survei sudah mensurvei suara warga DKI Jakarta saat Jokowi hanya setahun saja memimpin DKI dan lalu pergi mencapreskan diri. Bagaimana hasilnya, kan belum ada,” tandasnya.

Artinya, menurut Hajriyanto, Pilpres harus rasional buka emosional dan perlu semua komponen dianalisa terlebih dulu. "Jangan merasa sok menang, sok kuat karena ukurannya nanti itu jalannya pemilihan dan bukan survei semata," pungkasnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6683 seconds (0.1#10.140)