Golkar tidak ingin sekadar menang pemilu

Kamis, 13 Maret 2014 - 07:00 WIB
Golkar tidak ingin sekadar menang pemilu
Golkar tidak ingin sekadar menang pemilu
A A A
PARTAI Golkar pascareformasi tidak lagi mengandalkan unsur militer dan birokrasi sebagai elemen pemenangan partai. Kini, partai berlambang beringin itu mulai bertransformasi sebagai partai modern dengan mengutamakan gagasan. Transformasi itu dibuktikan dengan penyusunan buku panduan (blue print) Visi Negara Kesejahteraan 2045.

Konsep itu yang akan ditawarkan ke rakyat pada Pemilu 2014. Lalu bagaimana cara mencapai visi tersebut dan memenangkan hati rakyat pada pemilu nanti? Berikut petikan wawancara dengan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Idrus Marham.

Apa strategi Golkar agar menang pemilu?


Kalau kami bicara soal strategi pemilu, itu mestinya kami mulai dari awal. Strategi pemenangan dari sebuah pemilu itu tidak lahir tiba-tiba, tetapi seluruh program kegiatan partai itu semua mengarah kepada pemenangan pemilu.

Sejak Aburizal Bakrie (ARB) ini terpilih sebagai ketua umum, ARB telah mengambil berbagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan itu semua mengarah kepada pemenangan pemilu.

Bagi Partai Golkar, kemenangan itu bukan sekadar menang, tetapi menang sekaligus untuk menciptakan strategi baru dalam dunia kepolitikan kita, yaitu mengubah atau yang pertama mengembalikan partai politik sebagai wadah perjuangan untuk mencapai cita-cita dan ideologi. Ini penting, kami ingin mendasari semua pergerakan politik adalah motivasi ideologis dan orientasi ideologis.

Apa landasan Golkar agar partai menjadi gerakan ideologis?


Pertama adalah kami sudah mendeklarasikan diri sebagai the party of ideas, partai yang mendepankan gagasan, mengedepankan konsep sebagai instrumen politik. Kenapa, karena sekali lagi produktivitas hanya ada kalau ada konsep. Produktivitas hanya ada kalau ada gagasan.

Kedua, kami melihat bangsa ini tidak ada pemerataan termasuk percepatan pembangunan. Oleh karena itu kami meletakkan pembangunan Indonesia dari daerah sebagai paradigma yang kami kembangkan. Oleh karena itu pada 2010, Partai Golkar sudah menggagas program aspirasi untuk rakyat. Bahkan, kami tindaklanjuti minimal Rp1 miliar untuk satu desa.

Ketiga, kami juga tetapkan suara Golkar suara rakyat. Kami memperhatikan itu aspirasi rakyat. Berdasarkan landasan konseptual inilah maka kami menyusun visi tentang pembangunan nasional yang kami sebut blue print pembangunan nasional atau yang biasa kita sebut visi negara kesejahteraan 2045.

Seperti apa blue print Golkar?

Nah visi negara kesejahteraan 2045 ini bagian integral dari strategi pemenangan Partai Golkar untuk mencerdaskan rakyat. Kalau kita bicara strategi pemenangan Partai Golkar maka kami sudah meletakkan pendekatan politik partai adalah permanent campaign.

Kami berkeyakinan jika masyarakat ini tercerahkan, maka masyarakat ini pasti akan memberikan dukungan kepada Partai Golkar. Komitmen kami ingin menang sekaligus mengubah wajah perpolitikan ke depan karena hanya dengan cara itu kami yakini bangsa bisa produktif. Dengan demikian berubahlah wajah DPR.

Bagaimana persiapan kampanye terbuka nanti?


Dalam menghadapi pemilu, kami sudah melakukan pendidikan dan penyegaran juru kampanye nasional (jurkamnas), di pusat ini ada 700-800 orang. Termasuk 560 caleg, ditambah yang lain berarti 800 orang.

Sementara di daerah, kami juga sudah melakukan penyegaran melalui jurkam daerah yang jumlahnya sekira 50 ribuan. Semua di daerah kota/kabupaten kami berdayakan. Nanti semua akan turun ke bawah, ada di tengah rakyat. Prinsip Partai Golkar dengan gerakan karya kekaryaan sebagai doktrinnya, ciri karakternya yaitu sebaik-baiknya partai adalah yang bermanfaat untuk rakyatnya.

Program konkretnya?

Ya banyak, yang sudah dilakukan selama ini kan ada bangkit bersama UKM, pelatihan. Kami berikan contoh soal dari kami lakukan. Dan paling penting lagi adalah bagaimana supaya kita mensosialisasikan visi negara kesejahteraan 2045 itu dengan 3 tahap, dekade 2015-2025, 2025-2035, 2035-2045. Ini kan sudah kita buat tahapan-tahapan itu.

Setelah melalui tahapan di dekade ketiga itu pada saat Indonesia mencapai 100 tahun kemerdekaan di sana kami sudah dapat membayangkan Indonesia sebagai negara yang maju, memiliki kemandirian tidak hanya bersaing dengan negara lain tapi juga bisa unggul dan secara internal masyarakat dapat mengalami pemerataan dan ada kesejahteraan yang dirasakan masyarakat.

Ada pesan khusus untuk para jurkam nanti?

Visi negara kesejahteraan, kami berikan buku (blue print), ini disampaikan kepada rakyat. Kenapa bangsa sampai saat ini belum merata, kenapa tidak ada pemerataan kesenjangan karena paradigma pembangunan yang tidak tepat. Kami menggagas pembangunan dari desa. Sentra-sentra ekonomi harus dibangun dari desa, akibatnya mau tidak mau harus ada infrastruktur, dan itu akan mendorong mobilisasi ekonomi daerah. Pasti terdorong rakyat di daerah itu dalam pendidikan. Mau tidak mau sebuah pekerjaan dituntut adanya pendidikan tumbuh masyarakat di situ.

Golkar dalam berbagai survei masih kalah, berapa target suara?

Kami sudah melakukan survei, pada Januari lalu kita lakukan di 77 dapil dengan responden 32.000 hasilnya menunjukkan di sana Golkar memenangkan 47 dapil. Termasuk Jabar, memenangkan di luar Jawa tentu sebagian besar kami menangkan. Kami menangkan itu seperti Jabar dan Banten beberapa dapil itu.

Kalau disetarakan dengan kursi, posisi hari ini ada 151 kursi. Padahal target kami 170 kursi, setara dengan 30%. Berarti dalam jangka 1 bulan ini kami harus bisa melakukan langkah-langkah sehingga bisa menambah 20 kursi untuk mencapai target itu.

Jika ingin berkoalisi, partai mana yang diinginkan Golkar?


Kami cair saja semuanya. Tapi yang pasti Partai Golkar sudah memilih ada ideloginya, paling penting lagi Golkar sudah menetapkan capresnya. Bagi kita yang penting ada kesepahaman kita bersama untuk trisukses tadi ini. Utamanya untuk sukses kepemimpinan.

Untuk pemilih pemula, ada strategi khusus?


Kami selama ini sudah menyosialisasikan visi negara kesehajteraan dimana-mana, pendekatan kami konsep dan kita konsisten itu. Kami lakukan diskusi di kampus, pimpinan universitas terkemuka, dan kelompok pemuda kami sampaikan. Saya sampaikan visi kesejahteraan Indonesia itu yang kami sampaikan mestinya. Jadi adu konsep, huru-hara wacana, bukan mengembangkan fitnah dan menyerang.

Kami mengajak mahasiswa pemuda Indonesia untuk berpikir bagaimana masa depan Indonesia. Kalau kami bicara masa depan Indonesia berarti kita bicara konsep. Memang tidak lazim, kita harus berangkat dari ideal karena kami ingin Indonesia maju. Jangan asal menang tetapi ada cita-cita. Ini penting saya sampaikan.

Golkar menyiapkan kampanye yang berbeda?


Kampanye kami tidak lagi mengedepankan para artis lalu kami nyanyi-nyanyi. Bagaimana forum kampanye menjadi forum terbuka itu untuk menyampaikan gagasan dan konsep Partai Golkar. Jadi kami sungguh-sungguh kampanye bukan sekadar hiburan.

Ada kampanye terbuka tapi juga ada kunjungan komunitas. Kampanye terbuka 1-1,5 jam setelah itu beberapa jurkamnas-jurkamnas mengunjungi ke komunitas tertentu yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Di mana saja lumbung suara Golkar?


Berdasarkan kerja-kerja politik, kami unggul di Sumatera, Kalimantan, dan juga Jawa Barat dan Jawa Timur serta Banten. Beberapa di Jawa Tengah. Papua sudah pasti Golkar di sana. Maluku baru dilantik wakil gubernurnya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo.

Hasil survei dinamis, harus tetap dijaga dan dirawat caranya adalah karya kekaryaan itu. Menyampaikan gagasan penting bukan menjelek-jelekkan orang.

Partai Golkar merupakan partai besar berpengalaman. Kekuatan partai Golkar ada pada sistem efektif, dan didukung oleh kepemimpinan yang kuat karena itu, sebagai partai yang kekuatannya pada sistem bila keputusan sudah diambil secara demokratis, kemudian diperkuat oleh hasil-hasil survei yang ada, maka keputusan itu final. Tugas keluarga besar partai Golkar adalah berjuang, bagaimana agar keputusan rapimnas itu dapat berhasil.

Dibandingkan dengan pemilu lalu, apa bedanya dengan saat ini?


Persaingan semakin ketat karena semakin sedikit peserta persaingan semakin ketat. Tentu yang namanya bilangan pembagi pemilih (BPP) itu semakin tinggi juga, karena persaingan semakin ketat maka itu salah satu era sekarang pesertanya hanya 12 partai. Kontrolnya semakin mudah tapi persaingan lebih ketat.

Kami optimistis memenangkan pemilu. Sebab suara Golkar yang hilang kembali ke Golkar seperti Jawa Barat yang semula ke Demokrat kembali ke Golkar begitu juga di Jawa Timur.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6721 seconds (0.1#10.140)