Pilpres, Mahfud MD sasar pemilih muda
A
A
A
Sindonews.com - Macam-macam latar belakang seseorang untuk ikut meramaikan bursa bakal Calon Presiden (Capres) 2014. Mulai dari dukungan para kolega hingga kepentingan politik pribadi dan kelompoknya.
Tentu saja dukungan ini harus disertai kualitas kepemimpinan dan semangat mengubah bangsa Indonesia lebih baik. Lalu seperti apa latar belakang Mahfud MD memberanikan diri akan ikut meramaikan bursa bakal Capres 2014, dan apa strateginya?
Berikut perbincangan dengan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu di kediamannya yang berlokasi di kawasan Jalan Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
Apa alasan mendasar Bapak siap nyapres?
Latar belakangnya karena saya mendapat dorongan dari beberapa kalangan yang membuat saya tidak mungkin mundur lagi. Banyak lah dari kelompok- kelompok pesantren, teman-teman perguruan tinggi, LSM (lembaga swadaya masyarakat). Tentu dorongan yang paling nyata hasil survei yang selalu masuk dalam kelompok besar, padahal saya tidak pernah memesan survei, itu muncul sendiri, dan di dalam survei itu selalu masuk dalam kelompok-kelompok atas.
Alasannya, saya marasa punya bekal sama dengan calon-calon lain yang muncul untuk turut memperbaiki negara, karena bagi saya yang penting itu adalah memperbaiki. Oleh karena itu, saya ajak orang mari memperbaiki Indonesia ini.
Caranya?
Pilihlah pemimpin yang baik, siapa yang baik? Nanti dinilai sendiri saja, saya sendiri tidak berani mengklaim saya paling baik, saya mengajak masyarakat memilih pemimpin yang baik dan saya menjadikan diri sebagai salah satu alternatif.
Saya sendiri jika nantinya resmi muncul calon semuanya, lalu ada yang lebih baik dari saya, saya pun tentu akan mendukung yang lebih baik itu. Semua terserah rakyat, saya tidak pernah kampanye. Selama ini saya juga tidak pernah melakukan survei, atau minta masuk survei. Bukan apa-apa survei itu mahal sekali survei minimal Rp750 juta, hanya untuk tahu posisi kita.
Dukungan dari keluarga sendiri seperti apa?
Keluarga saya tidak menghalangi, kalau memberikan dukungan dalam arti memberikan modalitas politik mungkin tidak ada yang bisa dilakukan keluarga, karena mereka bukan politikus, tapi mendukung dalam arti mendorong iya.
Semua (keluarga), istri saya, anak saya, keluarga saya, dalam pengertian maju terus dan mereka tidak ikut campur masalah konsep, mereka tahu saya bisa memilih sendiri.
Mulai Sejak mahasiswa saya sudah pejuang, sejak mahasiswa saya sudah aktvis, aktivis saya sebagai mahasiswa memang dunia politik dalam arti ambil bagian dalam upaya memperbaiki bangsa melalui kritik, gerakan, politik dan sebagainya sudah dilakukan sehingga istri saya tahu, bahwa itu kegiatan untuk perjuangan bagi masyarakat.
Mengenai dukungan dari kalangan NU sendiri bagaimana?
Saya sudah menemui PB NU, para pimpinannya saya temui, dan saya katakan, saya akan menggarap NU kultural seperti pesantren dan tokoh NU di luar struktur dan saya juga bersepakat karena NU itu bukan organisasi politik. Maka politiknya ya politik inspiratif, dia tidak boleh mendukung orang atau menolak orang. Saya juga sudah sepaham dengan NU, mereka tidak akan mendukung siapapun.
Semua akan direstui, tapi tidak satupun yang didukung NU. Si A, si B, itu lebih baik bagi NU dan saya lebih setuju supaya tidak mengorbankan NU.
Bagaimana dengan tim suskses, dan relawan?
Saya punya tim kecil, tim enam yang sehari ada di kantor Denpo (Jakarta Selatan). Nah inilah yang menggerakkan aspirasi saya ke daerah-daerah. Hampir semua daerah, sudah muncul orang, orang yang ingin jadi relawan, jadi mereka muncul sendiri, tapi tentu sesudah berkomunikasi dengan tim enam. Komunikasi mereka ini terus berlanjut dalam pembentukan relawan di berbagai tempat.
Komunikasi dengan partai, selain PKB seperti apa?
Partai apa yang mau saya pakai, tentu saya memilih lewat PKB karena pertimbangan etis, saya ini mantan Wakil Ketua Umum PKB, sehigga terus kok tidak etis kalau hanya ingin menjadi capres lalu melompat ke partai lain. Rasanya tidak etis, karena saya orang PKB.
Saya juga diundang ikut Konvensi Demokrat saya tidak mau karena pertimbangan etis tadi, artinya saya tahu diri untuk tidak meloncat-loncat ke partai lain, hanya karena mengambil jalan praktis, kecuali nanti berpikir soal koalisi itu lain lagi, itu sesudah pemilu.
Dengan bepartai lain tentu saya melakukan komunikasi secara terus-menurus dong tokohnya secara personal, karena sekarang tidak ada partai yang secara institusional itu sudah berbicara dengan partai lain semua masih bersifat personal. Saya sudah berbicara dengan semua tokoh parpol.
Soal PKB, pertanyaanya apakah PKB sudah final atau tidak mencalonkan saya, menurut saya final, dalam arti untuk nanti menjadi salah satu alternatif bersama calon lain yang sekarang sudah muncul. Saya katakan PKB perlu memunculkan banyak nama, saya ingin PKB besar, setiap segmen harus ada icon-nya, seni (ada) Rhoma Irama, ekonomi Pak Jusuf Kalla, hukum misalnya (ada) saya, akan ada kondisi tertentu yang harus ditempuh sebagai jalan pilihan akhir tapi semua harus saling mendukung, seperti saya mendukung Rhoma Irama, karena popularitasnya.
Mengenai modal, dan bagaimana menyeleksi setiap sumbangan yang masuk?
Sekarang ini semua kegiatan saya jalan dalam batas tertentu. Saya tidak pernah membeli survei, apakah ada orang mau menyumbang. Sebenarnya sambil berbicara konsesi politik, oh banyak tapi kan tidak sembarangan menerima sumbangan. Pertama saya takut itu berupa pencucian uang, kan saya yang celaka kalau uang hasil kejahatan, lalu disumbangkan ke saya, saya selektif betul.
Sampai saat ini sumbangan yang keci-kecil untuk sekadar kegiatan agar tidak kosong itu ada beberapa pengusha Madura, dia tidak memakai APBN. Dia memakai usahanya sendiri, sehigga kalau menyumbang sudah pasti bersih, apalagi Madura, kalau Madura itu kalau punya perusahaan pedoman halalnya kan lebih tegas. Nanti kalau sudah ada koalisi mungkin akan lebih dibuka kemugkinan itu asal sumbangan halal dan tidak mengikat.
Seperti apa pandangan anda tentang Indonesia ke depan ?
Menurut saya semua sektor dalam kehidupan kita sudah tersedia potensinya untuk maju, ekonomi sudah majulah, dalam arti pertumbuhan dan sumber daya manusia yang tersedia bagus, ideologi sudah kokoh, soliditas sosial sudah bagus, APBN untuk bergai sektor sudah bagus.
Nah yang belum bagus sekarang soal hukum, sehingga semua yang bagus-bagus tadi karena hukumnya tidak bagus, jadi tidak efektif, karena dikorupsi. Kenapa korupsi berlanjut karena hukum tidak tegak, semua sektor harus dikonsep baik, tapi harus menempatkan hukum sebagai pengawal, pengawsan terhadap itu, sehingga kalau saya ditanya, ya penegakkan hukum dan keadilan, untuk mengawal seluruh proses pembangunan, terutama menjaga bangsa dan negara ke depan, karena kalau bangsa dan negara tidak dijamin tegaknya hukum dan keadilan ya negara ini akan hancur.
Di mana-mana, saya akan membangun basis nasionalisme bangsa dengan hukum dan keadilan. Kalau dulu kan basis perang secara fisik, sekarang basis nasionalisme kita menegakkan keadilan, melawan, ketidak adilan, itu yang penting bagi saya ke depan.
Sudah punya program ke depan?
Pertama membenahi birokrasi, karena sumber korupsi ada di birokrasi. Kedua membenahi peradilan, tapi dari sudut isi, saya ingin menegaskan kembali agar UU soal korupsi direvisi, sehigga hukuman bagi koruptor itu hukuman ancaman maksimalnya hukuman mati tanpa diberi embel korupsi dalam keadaan krisis.
Siapa yang dihukum mati siapa yang dihukum 10 tahun itu terserah hakim, lihat kasus perkasus, tapi hukuman mati agar dibuka bagi koruptor.
Kalau segmen pemilih, ada target tertentu?
Saya keseluruhan saja, memang pemula cukup besar 30 persen dan saya berpikir pemula adalah orang-orang yang cukup rasional dalam memilih. Saya optimis mereka akan memilih yang terbaik bagi yang mereka kenal. "Oh itu yang namanya Pak Mahfud" sehigga mereka tahu, saya tidak perlu kampanye pada mreka, tinggal memperkenalkan melalui jalur yang tersedia.
Tentu saja dukungan ini harus disertai kualitas kepemimpinan dan semangat mengubah bangsa Indonesia lebih baik. Lalu seperti apa latar belakang Mahfud MD memberanikan diri akan ikut meramaikan bursa bakal Capres 2014, dan apa strateginya?
Berikut perbincangan dengan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu di kediamannya yang berlokasi di kawasan Jalan Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
Apa alasan mendasar Bapak siap nyapres?
Latar belakangnya karena saya mendapat dorongan dari beberapa kalangan yang membuat saya tidak mungkin mundur lagi. Banyak lah dari kelompok- kelompok pesantren, teman-teman perguruan tinggi, LSM (lembaga swadaya masyarakat). Tentu dorongan yang paling nyata hasil survei yang selalu masuk dalam kelompok besar, padahal saya tidak pernah memesan survei, itu muncul sendiri, dan di dalam survei itu selalu masuk dalam kelompok-kelompok atas.
Alasannya, saya marasa punya bekal sama dengan calon-calon lain yang muncul untuk turut memperbaiki negara, karena bagi saya yang penting itu adalah memperbaiki. Oleh karena itu, saya ajak orang mari memperbaiki Indonesia ini.
Caranya?
Pilihlah pemimpin yang baik, siapa yang baik? Nanti dinilai sendiri saja, saya sendiri tidak berani mengklaim saya paling baik, saya mengajak masyarakat memilih pemimpin yang baik dan saya menjadikan diri sebagai salah satu alternatif.
Saya sendiri jika nantinya resmi muncul calon semuanya, lalu ada yang lebih baik dari saya, saya pun tentu akan mendukung yang lebih baik itu. Semua terserah rakyat, saya tidak pernah kampanye. Selama ini saya juga tidak pernah melakukan survei, atau minta masuk survei. Bukan apa-apa survei itu mahal sekali survei minimal Rp750 juta, hanya untuk tahu posisi kita.
Dukungan dari keluarga sendiri seperti apa?
Keluarga saya tidak menghalangi, kalau memberikan dukungan dalam arti memberikan modalitas politik mungkin tidak ada yang bisa dilakukan keluarga, karena mereka bukan politikus, tapi mendukung dalam arti mendorong iya.
Semua (keluarga), istri saya, anak saya, keluarga saya, dalam pengertian maju terus dan mereka tidak ikut campur masalah konsep, mereka tahu saya bisa memilih sendiri.
Mulai Sejak mahasiswa saya sudah pejuang, sejak mahasiswa saya sudah aktvis, aktivis saya sebagai mahasiswa memang dunia politik dalam arti ambil bagian dalam upaya memperbaiki bangsa melalui kritik, gerakan, politik dan sebagainya sudah dilakukan sehingga istri saya tahu, bahwa itu kegiatan untuk perjuangan bagi masyarakat.
Mengenai dukungan dari kalangan NU sendiri bagaimana?
Saya sudah menemui PB NU, para pimpinannya saya temui, dan saya katakan, saya akan menggarap NU kultural seperti pesantren dan tokoh NU di luar struktur dan saya juga bersepakat karena NU itu bukan organisasi politik. Maka politiknya ya politik inspiratif, dia tidak boleh mendukung orang atau menolak orang. Saya juga sudah sepaham dengan NU, mereka tidak akan mendukung siapapun.
Semua akan direstui, tapi tidak satupun yang didukung NU. Si A, si B, itu lebih baik bagi NU dan saya lebih setuju supaya tidak mengorbankan NU.
Bagaimana dengan tim suskses, dan relawan?
Saya punya tim kecil, tim enam yang sehari ada di kantor Denpo (Jakarta Selatan). Nah inilah yang menggerakkan aspirasi saya ke daerah-daerah. Hampir semua daerah, sudah muncul orang, orang yang ingin jadi relawan, jadi mereka muncul sendiri, tapi tentu sesudah berkomunikasi dengan tim enam. Komunikasi mereka ini terus berlanjut dalam pembentukan relawan di berbagai tempat.
Komunikasi dengan partai, selain PKB seperti apa?
Partai apa yang mau saya pakai, tentu saya memilih lewat PKB karena pertimbangan etis, saya ini mantan Wakil Ketua Umum PKB, sehigga terus kok tidak etis kalau hanya ingin menjadi capres lalu melompat ke partai lain. Rasanya tidak etis, karena saya orang PKB.
Saya juga diundang ikut Konvensi Demokrat saya tidak mau karena pertimbangan etis tadi, artinya saya tahu diri untuk tidak meloncat-loncat ke partai lain, hanya karena mengambil jalan praktis, kecuali nanti berpikir soal koalisi itu lain lagi, itu sesudah pemilu.
Dengan bepartai lain tentu saya melakukan komunikasi secara terus-menurus dong tokohnya secara personal, karena sekarang tidak ada partai yang secara institusional itu sudah berbicara dengan partai lain semua masih bersifat personal. Saya sudah berbicara dengan semua tokoh parpol.
Soal PKB, pertanyaanya apakah PKB sudah final atau tidak mencalonkan saya, menurut saya final, dalam arti untuk nanti menjadi salah satu alternatif bersama calon lain yang sekarang sudah muncul. Saya katakan PKB perlu memunculkan banyak nama, saya ingin PKB besar, setiap segmen harus ada icon-nya, seni (ada) Rhoma Irama, ekonomi Pak Jusuf Kalla, hukum misalnya (ada) saya, akan ada kondisi tertentu yang harus ditempuh sebagai jalan pilihan akhir tapi semua harus saling mendukung, seperti saya mendukung Rhoma Irama, karena popularitasnya.
Mengenai modal, dan bagaimana menyeleksi setiap sumbangan yang masuk?
Sekarang ini semua kegiatan saya jalan dalam batas tertentu. Saya tidak pernah membeli survei, apakah ada orang mau menyumbang. Sebenarnya sambil berbicara konsesi politik, oh banyak tapi kan tidak sembarangan menerima sumbangan. Pertama saya takut itu berupa pencucian uang, kan saya yang celaka kalau uang hasil kejahatan, lalu disumbangkan ke saya, saya selektif betul.
Sampai saat ini sumbangan yang keci-kecil untuk sekadar kegiatan agar tidak kosong itu ada beberapa pengusha Madura, dia tidak memakai APBN. Dia memakai usahanya sendiri, sehigga kalau menyumbang sudah pasti bersih, apalagi Madura, kalau Madura itu kalau punya perusahaan pedoman halalnya kan lebih tegas. Nanti kalau sudah ada koalisi mungkin akan lebih dibuka kemugkinan itu asal sumbangan halal dan tidak mengikat.
Seperti apa pandangan anda tentang Indonesia ke depan ?
Menurut saya semua sektor dalam kehidupan kita sudah tersedia potensinya untuk maju, ekonomi sudah majulah, dalam arti pertumbuhan dan sumber daya manusia yang tersedia bagus, ideologi sudah kokoh, soliditas sosial sudah bagus, APBN untuk bergai sektor sudah bagus.
Nah yang belum bagus sekarang soal hukum, sehingga semua yang bagus-bagus tadi karena hukumnya tidak bagus, jadi tidak efektif, karena dikorupsi. Kenapa korupsi berlanjut karena hukum tidak tegak, semua sektor harus dikonsep baik, tapi harus menempatkan hukum sebagai pengawal, pengawsan terhadap itu, sehingga kalau saya ditanya, ya penegakkan hukum dan keadilan, untuk mengawal seluruh proses pembangunan, terutama menjaga bangsa dan negara ke depan, karena kalau bangsa dan negara tidak dijamin tegaknya hukum dan keadilan ya negara ini akan hancur.
Di mana-mana, saya akan membangun basis nasionalisme bangsa dengan hukum dan keadilan. Kalau dulu kan basis perang secara fisik, sekarang basis nasionalisme kita menegakkan keadilan, melawan, ketidak adilan, itu yang penting bagi saya ke depan.
Sudah punya program ke depan?
Pertama membenahi birokrasi, karena sumber korupsi ada di birokrasi. Kedua membenahi peradilan, tapi dari sudut isi, saya ingin menegaskan kembali agar UU soal korupsi direvisi, sehigga hukuman bagi koruptor itu hukuman ancaman maksimalnya hukuman mati tanpa diberi embel korupsi dalam keadaan krisis.
Siapa yang dihukum mati siapa yang dihukum 10 tahun itu terserah hakim, lihat kasus perkasus, tapi hukuman mati agar dibuka bagi koruptor.
Kalau segmen pemilih, ada target tertentu?
Saya keseluruhan saja, memang pemula cukup besar 30 persen dan saya berpikir pemula adalah orang-orang yang cukup rasional dalam memilih. Saya optimis mereka akan memilih yang terbaik bagi yang mereka kenal. "Oh itu yang namanya Pak Mahfud" sehigga mereka tahu, saya tidak perlu kampanye pada mreka, tinggal memperkenalkan melalui jalur yang tersedia.
(kur)