Rendahnya gairah pemilih 'hantui' Pemilu 2014
A
A
A
Sindonews.com - Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menilai masalah utama pemilu saat ini adalah bagaimana meningkatkan gairah pemilih untuk berpartisipasi pada hari pemungutan suara mendatang. Gairah pada pemilih ini yang dikhawatirkan melahirkan kepincangan pada proses Pemilu 2014.
"Rendahnya gairah itu bisa terlihat dalam sejumlah survei yang memperlihatkan angka yang cukup besar pada pemilih yang belum tahu akan memilih atau tidak," ujar Peneliti Senior Formappi Lucius Karus saat dihubungi Sindonews, Senin (17/2/2014).
Meski survei bukan keadaan sesungguhnya, lanjut dia, tetapi minimal memberitahukan masih ada masalah yang perlu dibenahi dalam proses persiapan pemilu. Jika melacak kelesuan pemilih, Formappi menemukan sejumlah fakta.
"Pertama, sebagaimana sudah menjadi perbincangan selama ini bahwa kualitas caleg yang diajukan parpol memang masih jauh dari harapan. Jadi masalah dalam proses perekrutan di parpol merupakan salah satu faktor yang kemudian membuat publik cenderung apatis," jelasnya.
Kedua, penyelenggara pemilu yang diharapkan mampu membangkitkan gairah pemilih ternyata tidak maksimal dalam menggarap sosialisasi pemilu dan caleg.
"Penyelenggara pemilu terjebak dalam urusan teknis administratif yang kemudian mengabaikan kualitas tahapan pemilu," tandasnya.
Menurut dia, penyelenggara pemilu seolah-olah menerjemahkan tugas mereka seperti pemimpin proyek yang menjalankan tahap-tahap proyek sebagaimana sudah ditentukan. Asal proses atau tahapan berjalan sesuai dengan ketentuan maka semuanya beres.
"Yang lalu dilupakan oleh penyelenggara pemilu ini adalah bagaimana memberikan bobot substantif pada setiap proses yang dikerjakannya. Bobot ini penting karena pemilu bukan hanya proyek dimana penyelenggara cuma ditugaskan untuk mengawalinya saja," pungkasnya.
Baca berita:
Ajak golput, ganjarannya pidana
Tingginya angka golput karena ulah parpol
"Rendahnya gairah itu bisa terlihat dalam sejumlah survei yang memperlihatkan angka yang cukup besar pada pemilih yang belum tahu akan memilih atau tidak," ujar Peneliti Senior Formappi Lucius Karus saat dihubungi Sindonews, Senin (17/2/2014).
Meski survei bukan keadaan sesungguhnya, lanjut dia, tetapi minimal memberitahukan masih ada masalah yang perlu dibenahi dalam proses persiapan pemilu. Jika melacak kelesuan pemilih, Formappi menemukan sejumlah fakta.
"Pertama, sebagaimana sudah menjadi perbincangan selama ini bahwa kualitas caleg yang diajukan parpol memang masih jauh dari harapan. Jadi masalah dalam proses perekrutan di parpol merupakan salah satu faktor yang kemudian membuat publik cenderung apatis," jelasnya.
Kedua, penyelenggara pemilu yang diharapkan mampu membangkitkan gairah pemilih ternyata tidak maksimal dalam menggarap sosialisasi pemilu dan caleg.
"Penyelenggara pemilu terjebak dalam urusan teknis administratif yang kemudian mengabaikan kualitas tahapan pemilu," tandasnya.
Menurut dia, penyelenggara pemilu seolah-olah menerjemahkan tugas mereka seperti pemimpin proyek yang menjalankan tahap-tahap proyek sebagaimana sudah ditentukan. Asal proses atau tahapan berjalan sesuai dengan ketentuan maka semuanya beres.
"Yang lalu dilupakan oleh penyelenggara pemilu ini adalah bagaimana memberikan bobot substantif pada setiap proses yang dikerjakannya. Bobot ini penting karena pemilu bukan hanya proyek dimana penyelenggara cuma ditugaskan untuk mengawalinya saja," pungkasnya.
Baca berita:
Ajak golput, ganjarannya pidana
Tingginya angka golput karena ulah parpol
(kri)