Karir Harun di militer dimulai dari sini
A
A
A
Sindonews.com - Awal mula Harun bin Said alias Tohir di dunia militer, dimulai saat ia menjadi sukarelawan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), yang tergabung dalam Dwikora dengan pangkat Prajurit KKO II (Prako II).
Dia mendapat pelatihan selama lima bulan, di daerah Riau daratan, pada 1 November 1964. Kemudian pada 1 April 1965, dinaikkan pangkatnya menjadi Kopral KKO I (Kopko I).
"Selesai pelatihan dan sebagai Sukarelawan Tempur, Harun dikirim ke Pulau Sambu. Hingga beberapa lamanya rombongan Harun dan kawan-kawannya yang tergabung dalam kesatuan A KOTI Basis X, melaksanakan tugas di Pulau Sambu," seperti dikutip Sindonews dari buku Usman dan Harun Prajurit Setia yang diterbitkan TNI Angkatan Laut (AL), Jumat (14/2/2014).
Penggunaan tenaga sukarelawan ini membawa dampak besar. Dilihat dari segi positifnya memang sangat menguntungkan. Karena perang yang akan dihadapi tidak secara frontal. Sehingga membingungkan pihak lawan.
Nama Harun mencuat setelah protes Pemerintah Singapura terhadap pemberian nama kapal perang milik TNI AL, KRI Usman Harun. Pemerintah Singapura menilai nama Usman dan Harun merupakan dua tokoh yang kontroversial dan menggemparkan negeri tersebut.
Sedangkan Indonesia menilai, dua nama tersebut merupakan pemuda yang mampu memberikan semangat dengan aksi heroiknya, pada masa perjuangan Dwikora. Saat itu Usman dan Harun bisa menjadi figur sentral untuk menegakkan kehormatan demi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dia mendapat pelatihan selama lima bulan, di daerah Riau daratan, pada 1 November 1964. Kemudian pada 1 April 1965, dinaikkan pangkatnya menjadi Kopral KKO I (Kopko I).
"Selesai pelatihan dan sebagai Sukarelawan Tempur, Harun dikirim ke Pulau Sambu. Hingga beberapa lamanya rombongan Harun dan kawan-kawannya yang tergabung dalam kesatuan A KOTI Basis X, melaksanakan tugas di Pulau Sambu," seperti dikutip Sindonews dari buku Usman dan Harun Prajurit Setia yang diterbitkan TNI Angkatan Laut (AL), Jumat (14/2/2014).
Penggunaan tenaga sukarelawan ini membawa dampak besar. Dilihat dari segi positifnya memang sangat menguntungkan. Karena perang yang akan dihadapi tidak secara frontal. Sehingga membingungkan pihak lawan.
Nama Harun mencuat setelah protes Pemerintah Singapura terhadap pemberian nama kapal perang milik TNI AL, KRI Usman Harun. Pemerintah Singapura menilai nama Usman dan Harun merupakan dua tokoh yang kontroversial dan menggemparkan negeri tersebut.
Sedangkan Indonesia menilai, dua nama tersebut merupakan pemuda yang mampu memberikan semangat dengan aksi heroiknya, pada masa perjuangan Dwikora. Saat itu Usman dan Harun bisa menjadi figur sentral untuk menegakkan kehormatan demi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
(maf)