Perubahan iklim picu terjadinya bencana alam

Rabu, 12 Februari 2014 - 09:48 WIB
Perubahan iklim picu...
Perubahan iklim picu terjadinya bencana alam
A A A
Sindonews.com - Perubahan iklim membawa berbagai dampak terhadap kehidupan manusia dan alam. Misalnya mempercepat terjadinya bencana alam, termasuk terjadinya gagal panen.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Mayjen Purn Syamsul Maarif mengatakan, perubahan iklim meningkatkan bencana Hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, banjir bandang, angin puting beliung dan gelombang pasang.

"Selain itu perubahan iklim juga menyebabkan berkurangnya pasokan air karena berubahnya pola hujan yang membuat berkurangnya air bersih dan produksi listrik," kata Syamsul saat di kantor PBNU, Selasa, 11 Februari 2014.

Menurut dia, dampak perubahan iklim lain seperti meningkatnya temperatur dan berubahnya pola hujan. Hal ini menyebabkan potensi bencana hidrometeorologi terus terjadi. Dampaknya, jika peristiwa ini terus terjadi, dapat menyebabkan penyebaran penyakit, gagal panen dan sebagainya.

Dia mejelaskan, terdapat empat persepsi bencana. Disebutkan olehnya, bencana menyerupai peperangan, bencana adalah produk kerentanan, bencana sebagai sebuah krisis dan penuh ketidakpastian sehingga terjadi crisis of leadership dan terakhir adalah bencana sebagai produk sosiopolitik ekologi. Dari keempat jenis persepsi bencana ini, semuanya bisa dikontrol dan diantisipasi.

Lanjutnya, Indonesia terletak pada wilayah dalam katagori ring of fire atau cincin api, Indonesia memang sangat rentan mengalami berbagai jenis bencana alam. Berdasarkan data BNPB, sepanjang 1 Januari -10 Februari 2014 sudah terjadi 267 bencana alam yang menyebabkan 193 orang meninggal dunia.

Sebanyak 274 kabupaten/kota berada di daerah bahaya atau rawan bencana. Sementara itu sebanyak 124 juta penduduk terancam terkena bencana alam. Khusus untuk peta rawan bencana tsunami, sebanyak 200 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari bencana tsunami.

"Terdapat 127 gunung api aktif di Indonesia yang merupakan 13% dari gunung api dunia," jelasnya.

Berita:
Pemetaan daerah rawan bencana mendesak dirancang
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6849 seconds (0.1#10.140)