Indonesia-Singapura tak perlu perpanjang kontroversi
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Singapura saat ini dinilai tidak paham dengan konteks peristiwa pengeboman MacDonald House oleh Usman dan Harun serta penyelesaian diplomatiknya. Sehingga, yang diingat adalah situasi traumatis akibat pengeboman itu ketika melayangkan protes penamaan KRI Usman Harun.
"Sebaliknya indonesia pun tak perlu terlalu marah sebab sikap Singapura itu juga ada dasarnya," ujar Pengamat Politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Ahmad Taufan Damanik saat dihubungi Sindonews, Rabu (12/2/2014).
Menurutnya, pernyataan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Laksamana Muda (Laksda) Iskandar Sitompul dengan membandingkan KRI Diponegoro yang tidak dikomplain Belanda sangat tidak sebanding. Sebab, Belanda menjajah Jawa, posisinya Diponegoro melawan penjajah.
"Sementara kasus Usman Harun, Singapura bukan penjajah. Justru kita 'meneror' mereka dengan bom. Alasan Bung Karno soal konfrontasi Malaysia adalah argumen ideologis karena memusuhi Inggris. Tapi korbannya kan rakyat sipil Singapura," jelas dia.
Dilanjutkannya, Indonesia tentunya memiliki alasan ideologis mengangkat nama Usman Harun untuk dipakai dalam kapal perang. "Singapura kembali ingat trauma itu dan mungkin saja berpikir apakah Indonesia akan membangkitkan propaganda ideologis lagi kepada mereka," ucap dia.
Ahmad berpendapat, paling arif kalau kedua belah pihak bicara terbuka menjelaskan posisi masing-masing dalam konteks kesamaan di ASEAN. Agar polemik ini tidak semakin melebar ke depannya.
"Duduk bicara, tak perlu memperpanjang kontroversi, sebab tak ada untungnya. Permusuhan ideologis kedua negara sudah berakhir sejak lama, karena itu Lee Kuan Yeuw datang ke TMP Kalibata. Indonesia juga tak protes atas hukuman gantung untuk keduanya."
"Jadi, konflik ideologis zaman Soekarno itu sudah berakhir. TNI pun tak setuju dengan konflik itu, karenanya Ali Murtopo melakukan lobi bersama Adam Malik kala itu," tutupnya.
Baca berita:
Usman Harun mampu jatuhkan pesawat tempur
"Sebaliknya indonesia pun tak perlu terlalu marah sebab sikap Singapura itu juga ada dasarnya," ujar Pengamat Politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Ahmad Taufan Damanik saat dihubungi Sindonews, Rabu (12/2/2014).
Menurutnya, pernyataan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Laksamana Muda (Laksda) Iskandar Sitompul dengan membandingkan KRI Diponegoro yang tidak dikomplain Belanda sangat tidak sebanding. Sebab, Belanda menjajah Jawa, posisinya Diponegoro melawan penjajah.
"Sementara kasus Usman Harun, Singapura bukan penjajah. Justru kita 'meneror' mereka dengan bom. Alasan Bung Karno soal konfrontasi Malaysia adalah argumen ideologis karena memusuhi Inggris. Tapi korbannya kan rakyat sipil Singapura," jelas dia.
Dilanjutkannya, Indonesia tentunya memiliki alasan ideologis mengangkat nama Usman Harun untuk dipakai dalam kapal perang. "Singapura kembali ingat trauma itu dan mungkin saja berpikir apakah Indonesia akan membangkitkan propaganda ideologis lagi kepada mereka," ucap dia.
Ahmad berpendapat, paling arif kalau kedua belah pihak bicara terbuka menjelaskan posisi masing-masing dalam konteks kesamaan di ASEAN. Agar polemik ini tidak semakin melebar ke depannya.
"Duduk bicara, tak perlu memperpanjang kontroversi, sebab tak ada untungnya. Permusuhan ideologis kedua negara sudah berakhir sejak lama, karena itu Lee Kuan Yeuw datang ke TMP Kalibata. Indonesia juga tak protes atas hukuman gantung untuk keduanya."
"Jadi, konflik ideologis zaman Soekarno itu sudah berakhir. TNI pun tak setuju dengan konflik itu, karenanya Ali Murtopo melakukan lobi bersama Adam Malik kala itu," tutupnya.
Baca berita:
Usman Harun mampu jatuhkan pesawat tempur
(kri)