Istana: Tak ada kesombongan dalam isi buku SBY
A
A
A
Sindonews.com - Maraknya kritikan terhadap peluncuran buku terbaru Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berjudul "Selalu ada pilihan", akhirnya ditanggapi oleh pihak Istana Kepresidenan.
Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa menjelaskan, buku setebal 824 halaman itu ditulis Presiden SBY dengan niat baik dan sikap rendah hati.
"Tidak ada kesombongan sebagaimana disangkakan," ujar Daniel dalam keterangan resminya yang diterima Sindonews, Minggu (19/1/2014).
Selain itu, kata dia, buku "Selalu ada pilihan" itu juga jauh dari kehendak untuk mendapatkan manfaat politik dari yang ditulis dalam setiap halamannya.
"Tidak ada yang hendak dimenangkan atau dikalahkan. Buku ini disusun oleh seseorang yang mencintai buku dan menghormati pengetahuan, lebih dari segalanya," imbuhnya.
Begitu pula dengan isinya. Dia mengatakan, isi dari buku Presiden SBY itu pun tidak dimaksudkan menjadi menara gading, berdiri di atas semua kebenaran yang mungkin dimiliki oleh orang lain.
"Buku ini menawarkan penglihatan seorang SBY terhadap hidup yang ia jalani. Isinya menyanding, kadang membanding, bukan menanding. Mereka yang membacanya tetap boleh membawa penafsiran mereka masing-masing," pungkasnya.
Seperti diketahui, buku terbaru Presiden SBY tersebut banyak mendapat kritikan dari berbagai pihak. Salah satunya dari Pengamat Politik dari Universitas Indonesia Boni Hargens.
Baca:
Isi buku SBY dinilai sebagai bentuk arogansi
Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa menjelaskan, buku setebal 824 halaman itu ditulis Presiden SBY dengan niat baik dan sikap rendah hati.
"Tidak ada kesombongan sebagaimana disangkakan," ujar Daniel dalam keterangan resminya yang diterima Sindonews, Minggu (19/1/2014).
Selain itu, kata dia, buku "Selalu ada pilihan" itu juga jauh dari kehendak untuk mendapatkan manfaat politik dari yang ditulis dalam setiap halamannya.
"Tidak ada yang hendak dimenangkan atau dikalahkan. Buku ini disusun oleh seseorang yang mencintai buku dan menghormati pengetahuan, lebih dari segalanya," imbuhnya.
Begitu pula dengan isinya. Dia mengatakan, isi dari buku Presiden SBY itu pun tidak dimaksudkan menjadi menara gading, berdiri di atas semua kebenaran yang mungkin dimiliki oleh orang lain.
"Buku ini menawarkan penglihatan seorang SBY terhadap hidup yang ia jalani. Isinya menyanding, kadang membanding, bukan menanding. Mereka yang membacanya tetap boleh membawa penafsiran mereka masing-masing," pungkasnya.
Seperti diketahui, buku terbaru Presiden SBY tersebut banyak mendapat kritikan dari berbagai pihak. Salah satunya dari Pengamat Politik dari Universitas Indonesia Boni Hargens.
Baca:
Isi buku SBY dinilai sebagai bentuk arogansi
(mhd)