Kanibalisasi partai Islam cenderung tak terjadi di 2014

Senin, 06 Januari 2014 - 04:31 WIB
Kanibalisasi partai...
Kanibalisasi partai Islam cenderung tak terjadi di 2014
A A A
Sindonews.com - Kanibalisasi partai Islam atau naiknya elektabilitas partai Islam karena menurunnya elektabilitas partai Islam yang lain, cenderung tidak terjadi di 2014.

Pasalnya, kecenderungan yang terjadi adalah partai Islam mengalami penurunan secara bersamaan.

Pengamat politik Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanudin Muhtadi mengatakan, kanibalisasi antar partai Islam terjadi di kasus naiknya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 2004 dan 2009.

Dia mengatakan, pada dua pemilihan umum (pemilu) tersebut, PKS mengalami kenaikan suara yang signifikan. "Tetapi diikuti dengan penurunan suara PAN dan PPP. Begitu juga yang terjadi di 2009. Naiknya suara PKS diikuti suara PPP dan PBB. Nah sekarang tidak kanibalisasi," ungkapnya saat ditemui di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu 5 Januari 2014.

Menurutnya, kanibalisasi cenderung tidak terjadi karena semua partai Islam tidak ada yang mengalami naik. Sehingga logik kanibalisasi partai bisa menjelaskan 2004 dan 2009 untuk konteks Pileg 2014, bukan kanibalisasi.

Menurutnya di Pemilu 2014 yang terjadi adalah dominasi partai nasionalis yang menggerus suara partai Islam. "Jadi suara partai Islam lama kelamaan disedot oleh partai nasionalis. Itu terlihat dari survei lima peringkat terbesar di semua survei adalah partai-partai nasionalis," ucapnya.

Direktur lembaga survei Indikator politik ini mengatakan, turunnya suara Demokrat, tidak dinikmati oleh partai Islam. Tetapi diambil oleh partai nasionalis yang lain. "Disaat yang sama, partai-partai Islam yang ada, trennya lama kelamaan makin turun," katanya.

Burhan mengatakan, tergerusnya suara partai Islam karena minimnya tokoh yang memiliki magnet elektoral kuat. Menurutnya, pascameninggalnya Gus Dur dan menurun pamornya Amien Rais, partai Islam tidak memiliki tokoh kuat yang dapat menarik simpati pemilih.

"PPP maupun PKB jualan Rhoma Irama. Mereka seperti kehabisan orang. Rhoma tidak signifikan dapat mengkatrol elektabilitas PKB. Jadi memang Rhoma Irama sebagai figur yang populer, tapi tingkat kesukaan masyarakat itu rendah. Ini yang menyebabkan Rhoma sebagai capres rendah elektabilitasnya," ungkapnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0704 seconds (0.1#10.140)