Bersaing dalam memberi
A
A
A
Sindonews.com - Sebuah iklan televisi di masa Natal yang saya sukai menampilkan dua orang tetangga yang saling bersaing secara baik-baik untuk melihat siapa yang paling banyak bisa menyebarkan sukacita Natal. Mereka berdua mengamati satu sama lain ketika menghias rumah mereka dan pohon-pohon dengan lampu yang berkelap-kelip.
Kemudian mereka memperbaiki rumah masing-masing supaya yang satu lebih baik daripada yang lain. Selanjutnya, mereka mulai bersaing untuk melihat siapa yang bisa memberi paling banyak kepada tetangga-tetangga yang lain, dan mereka pun berlarian dengan riang gembira sambil membagi-bagikan hadiah.
Umat Allah tidaklah berada dalam suatu persaingan untuk melihat siapa yang bisa memberi paling banyak, tetapi kita dipanggil untuk “suka memberi dan membagi” (1Tim 6:18). Rasul Paulus memerintahkan jemaat di Korintus: “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2Kor 9:7).
Di masa Natal, ketika kita memberikan hadiah kepada orang lain, kita mengingat kemurahan Allah kepada kita-Dia telah memberikan Anak-Nya bagi kita. Ray Stedman berkata, “Yesus meninggalkan kekayaan-Nya dan masuk ke dunia ciptaan-Nya dalam kemiskinan untuk memperkaya kita semua dengan anugerah-Nya.”
Seberapa pun banyaknya hadiah yang kita bagikan, semua itu tidak akan bisa menandingi kemurahan Tuhan yang berlimpah ruah. Kita mengucap syukur kepada Allah untuk Yesus, karunia-Nya yang tak terkatakan itu! (Ay 15).
Naikkan pujian pada Bapa, Pencipta dan Raja,
Yang rahmat-Nya memberi kita nyanyian baru;
Yang ciptakan kita, dan mengasihi kita yang berdosa,
Dan merancang penebusan kita dengan harga mulia. —Clarkson
Tiada pemberian yang lebih besar daripada Kristus itu sendiri. Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu! 2 Korintus 9:15,
(Sumber: Renungan harian santapan harian)
Kemudian mereka memperbaiki rumah masing-masing supaya yang satu lebih baik daripada yang lain. Selanjutnya, mereka mulai bersaing untuk melihat siapa yang bisa memberi paling banyak kepada tetangga-tetangga yang lain, dan mereka pun berlarian dengan riang gembira sambil membagi-bagikan hadiah.
Umat Allah tidaklah berada dalam suatu persaingan untuk melihat siapa yang bisa memberi paling banyak, tetapi kita dipanggil untuk “suka memberi dan membagi” (1Tim 6:18). Rasul Paulus memerintahkan jemaat di Korintus: “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2Kor 9:7).
Di masa Natal, ketika kita memberikan hadiah kepada orang lain, kita mengingat kemurahan Allah kepada kita-Dia telah memberikan Anak-Nya bagi kita. Ray Stedman berkata, “Yesus meninggalkan kekayaan-Nya dan masuk ke dunia ciptaan-Nya dalam kemiskinan untuk memperkaya kita semua dengan anugerah-Nya.”
Seberapa pun banyaknya hadiah yang kita bagikan, semua itu tidak akan bisa menandingi kemurahan Tuhan yang berlimpah ruah. Kita mengucap syukur kepada Allah untuk Yesus, karunia-Nya yang tak terkatakan itu! (Ay 15).
Naikkan pujian pada Bapa, Pencipta dan Raja,
Yang rahmat-Nya memberi kita nyanyian baru;
Yang ciptakan kita, dan mengasihi kita yang berdosa,
Dan merancang penebusan kita dengan harga mulia. —Clarkson
Tiada pemberian yang lebih besar daripada Kristus itu sendiri. Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu! 2 Korintus 9:15,
(Sumber: Renungan harian santapan harian)
(kri)