Hacker jadi ancaman dalam perang teknologi
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin mengatakan, Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), sudah siap dengan cyber war (perang teknologi). Dalam hal ini sudah dipersiapkan alat-alat yang diberi ruang untuk anti-hacker (peretas).
Diakuinya, alat tersebut memang tidak menjamin bebas hacker. Namun, alat tersebut dapat melindungi dari hacker sesuai dengan ketetapan. Maka hal tersebut tergatung kepada siapa yang meng-hacker.
Dalam hal ini, diperkirakan kedepannya model peperangan yang digunakan salah satunya dengan cyber war. Hal ini dikarenakan dunia tidak dapat disingkirkan dari teknologi dan kemajuannya.
Menurutnya, maka jika suatu situs terganggu data-data yang dimilki maka hal tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang dimilki. “Keputusan apa saja, jika data tersebut terganggu maka akan mempengaruhi keputusan yang tidak valid termasuk pada suatu negara,” kata TB Hasanuddin saat dihubungi KORAN SINDO, Jumat 13 Desember 2013.
Dia mencontohkan, dalam peperangan ingin menembakan peluru kendali jika dalam suatu data sudah terprogram, target dan waktu penembakan dengan spesifikasi yang terperinci.
"Apabila cyber war melalui virus yang merusak data tersebut maka target penembakan akan meleset bahkan dapat salah sasaran," ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, setiap negara terlebih Indonesia harus memiliki alat khusus dan pribadi dalam menghadapi cyber war. Sesungguhnya, Indonesia sudah mampu memproduksi ISO 27001-27008 segai alat protek cyber war.
Hal ini dimungkinkan karena kerahasian kata sandi akan lebih terjamin karena diproduksi di dalam negeri. “Pakar IT mengatakan sudah mampu membuat. Karena alat ini harus dimiliki baik untuk pribadi maupun instalansi pemerintahan. Terlebih guna angkatan perang yang harus di protek,” tegasnya.
Diakuinya, alat tersebut memang tidak menjamin bebas hacker. Namun, alat tersebut dapat melindungi dari hacker sesuai dengan ketetapan. Maka hal tersebut tergatung kepada siapa yang meng-hacker.
Dalam hal ini, diperkirakan kedepannya model peperangan yang digunakan salah satunya dengan cyber war. Hal ini dikarenakan dunia tidak dapat disingkirkan dari teknologi dan kemajuannya.
Menurutnya, maka jika suatu situs terganggu data-data yang dimilki maka hal tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang dimilki. “Keputusan apa saja, jika data tersebut terganggu maka akan mempengaruhi keputusan yang tidak valid termasuk pada suatu negara,” kata TB Hasanuddin saat dihubungi KORAN SINDO, Jumat 13 Desember 2013.
Dia mencontohkan, dalam peperangan ingin menembakan peluru kendali jika dalam suatu data sudah terprogram, target dan waktu penembakan dengan spesifikasi yang terperinci.
"Apabila cyber war melalui virus yang merusak data tersebut maka target penembakan akan meleset bahkan dapat salah sasaran," ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, setiap negara terlebih Indonesia harus memiliki alat khusus dan pribadi dalam menghadapi cyber war. Sesungguhnya, Indonesia sudah mampu memproduksi ISO 27001-27008 segai alat protek cyber war.
Hal ini dimungkinkan karena kerahasian kata sandi akan lebih terjamin karena diproduksi di dalam negeri. “Pakar IT mengatakan sudah mampu membuat. Karena alat ini harus dimiliki baik untuk pribadi maupun instalansi pemerintahan. Terlebih guna angkatan perang yang harus di protek,” tegasnya.
(maf)