Peristiwa bersejarah Gua Maria Kaliori, Banyumas

Selasa, 03 Desember 2013 - 09:21 WIB
Peristiwa bersejarah Gua Maria Kaliori, Banyumas
Peristiwa bersejarah Gua Maria Kaliori, Banyumas
A A A
Sindonews.com - Gua Maria Kaliori adalah sebuah tempat ziarah yang terletak di Desa Kaliori Kecamatan Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Gua Maria Kaliori terletak sekitar 20 km dari Kota Purwokerto, Jawa Tengah.

Gua ini dibangun di atas bukit kecil yang sebelumnya tandus dan kemudian diubah menjadi bukit yang hijau dan segar, yang menawarkan pemandangan alam yang segar bagi lingkungan sekitarnya. Gua Maria Kaliori mulai dibangun tepat pada Hai Penutupan Tahun Maria 1988, yang ditandai oleh peletakan batu pertama oleh Mgr P S Hardjasoemarta, MSC.

Patung Bunda Maria yang ada di Kaliori diberkati oleh Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II ketika merayakan Misa Agung di Yogyakarta pada tanggal 10 Oktober 1989. Gua ini terletak di komplek peziarahan seluas 5,6 hektar dan dilengkapi dengan sejumlah fasilitas doa.

Pembangunan Gua Maria Kaliori dimulai pada tanggal 15 Agustus 1989 dengan ditandai Peletakan Batu Pertama oleh Uskup Purwokerto Mgr P S Hardjasoemarta MSC. Gua Maria Kaliori didirikan atas inisiatif tokoh-tokoh awam Katolik yang mengikuti Retret Awal Hidup Baru di Ngadireso, Tumpang, Malang.

Para tokoh awam ini merasa tersentuh dan dibaharui hidupnya sehingga mereka mau berbuat sesuatu untuk Gereja dan masyarakat. Dengan semangat yang masih menggebu ini, tokoh-tokoh awam ini mengadakan ziarah ke Gua Maria Sendangsono dan Gua Maria Kerep, Ambarawa.

Suatu peristiwa bersejarah bagi Gua Maria Kaliori dimulai pada tanggal 10 Oktober 1989, dimana di dalam Misa Agung di Yogyakarta, Bapa Suci Yohanes Paulus II berkenan memberkati Patung Bunda Mariadan menandatangani Prasasti Gua Maria Kaliori, selanjutnya pada tanggal 8 Desember 1989 Gua Maria Kaliori diberkati dan diresmikan penggunaannya.

Semenjak itu pembangunan tempat ziarah umat Katolik tersebut berlanjut terus. Berbagai fasilitas, seperti Kapel Ratu Surga, Jalan Salib, Taman Rosario Hidup, pendopo bagi para peziarah, dan yang terakhir dibangun adalah Rumah Retret Maria Immaculata, dengan kapasitas 150 orang sekarang sudah tersedia bagi peziarah sehingga Gua Maria Kaliori menjadi salah satu tempat ziarah yang terlengkap di Indonesia.

Saat itu timbullah niat untuk membangun Gua Maria sendiri, khusus untuk umat Stasi dan Paroki St Yosef, Purwokerto. Niat suci ini kemudian mendapat tanggapan positif dari Gereja, bahkan oleh Romo Patrick MacAnnally, OMI, Pastor Paroki saat itu, pengadaan Gua Maria ini dijadikan rencana kerja Paroki.

Rencana kerja Paroki ini kemudian diinformasikan dalam rapat BPK PKK (Badan Pembina Karismatik Keuskupan) dan disetujui agar dijadikan proyek Keuskupan Purwokerto yang bertujuan memberikan kesaksian bahwa gerakan Karismatik Katolik memiliki juga devosi yang besar pada Bunda Maria.

Rencana pembangunan Gua Maria ini kemudian diusulkan kepada Bapak Uskup Mgr P S Hardjasoemarta, MSC untuk dimekarkan menjadi proyek Keuskupan. Rencana ini disetujui dan pada 31 Maret 1987 dibentuklah Panitia Pembangunan Gua Maria Kaliori yang terdiri dari Y Karso Suryosoepono, drg Hengky Tangkilisan, dr L Wibawa Kusumadi, A Wawan Darmawan, A Eddy Setyo.

Kemudian panitia mulai bekerja dengan mencari tanah di perbukitan Kaliori untuk dibeli. Berkat bantuan Romo Patrick MacAnally OMI, Romo Carolus Patrick Burrows OMI, dan partisipasi umat serta donatur, dibelilah tanah seluas 5,6 ha. Pada 15 Agustus 1988, bertepatan dengan Hari Penutupan Tahun Maria, diselenggarakan upacara peletakan batu pertama oleh Mgr P S Hardjasoemarta, MSC dan dimulailah pembangunan Gua Maria Kaliori.

Pada 8 Desember 1989, Gua Maria Kaliori diresmikan oleh Dirjen Bimas Katolik, Bapak Ign Imam Kusenowihardja dan diberkati oleh Mgr P S Hardjasoemarta, MSC. Hingga kini, sudah banyak tanah, bangunan yang berdiri dikompleks peziarahan Gua Maria Kaliori, termasuk Rumah Retret Santa Maria Immaculata.

Pada awalnya, tujuan pembangunan Gua Maria Kaliori adalah untuk menyambut dan mengisi Tahun Maria yang dicanangkan oleh Paus Yohanes Paulus II. Menyediakan tempat ziarah yang dekat dan memadai bagi umat Keuskupan Purwokerto. Menghijaukan dan melestarikan tanah-tanah diperbukitan Kaliori yang tandus dan gersang. Serta membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal yang prasejahtera.

Dalam perkembangannya, rumusan visi Gua Maria Kaliori disempurnakan menjadi, “Kompleks Peziarahan Gua Maria Kaliori adalah tempat berdevosi kepada Bunda Maria dan pengembangan spiritualitas Kristiani dalam mewujudkan Kerajaan Allah yang berwawasan lingkungan dan sosial masyarakat.”

Sedangkan misi dari Kompleks Peziarahan Gua Maria Kaliori disempurnakan pula menjadikan kompleks ini sebagai tempat devosi kepada Bunda Maria dengan tiap bulan mengadakan Novena Bunda Maria yang khas. Menjadikan kompleks ini sebagai tempat pertemuan tiap orang Katolik dan juga umat lain untuk meningkatkan imannya dalam semangat Kristiani.

Menjadikan kompleks ini tempat yang asri, lestari, aman, nyaman, dan menyenangkan. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal di bidang sosial ekonomi.

Sejak berdirinya Gua Maria Kaliori hingga kini, ada beberapa bangunan/sarana dan prasarana yang terus ditambahkan, seperti Taman Rosario Hidup, Aula St Yoseph, toko souvenir Gua Maria, pendopo, makam Uskup dan para Imam, jalan-jalan beraspal menuju Gua Maria, Sakristi, ruang Pengakuan Dosa, MCK, makam umum, lahan parkir, pos satpam, area Jalan Salib, perumahan karyawan, dan gereja.

Cukup banyak jumlah peziarah yang datang ke Gua Maria Kaliori sejak berdirinya, baik dari Keuskupan Purwokerto sendiri maupun dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan kota-kota kecil lainnya di Pulau Jawa. Pendopo dan area Jalan Salib sering pula digunakan untuk perayaan Natal dan Paskah bagi umat beragama Kristen.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5941 seconds (0.1#10.140)