Mahasiswa sodorkan ide sertifikasi lahan peternakan
A
A
A
Sindonews.com - Mahasiswa Fakultas Peternakan UGM Muhsin Al Anas belum lama ini dinobatkan menjadi Mahasiswa Berprestasi Peternakan Nasional. Dalam Temu Ilmiah Mahasiswa Peternakan se-Indonesia (TIMPI) yang dilaksanakan di Universitas Bengkulu pada 9-12 November 2013 ini juga menobatkan UGM sebagai juara umum TIMPI 2013.
Dengan mengangkat tema Swasembada Daging Sapi 2014, pada TIMPI 2013 telah terpilih sepuluh finalis diantaranya UGM, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Negeri Surakarta, Universitas Padjajaran, Universitas Sriwijaya dan Universitas Islam Negeri Alaudin Makasar.
“Ada beberapa kriteria dalam seleksi kompetisi tersebut, antara lain karya tulis, kemampuan berbahasa Inggris, bakat, presentasi, dan kegiatan organisasi yang diikuti maupun prestasi yang pernah diraih,” tutur Muhsin Minggu (1/12/2013).
Muhsin menjelaskan, tiap peserta diwajibkan membuat gagasan untuk mencapai atau merealisasikan program tersebut. Pada kesempatan tersebut, ia mengangkat tema tentang sertifikasi lahan peternakan. Dalam karya tulisnya Muhsin menyampaikan, untuk mewujudkan swasembada daging sapi tahun 2014 diperlukan kejelasan wilayah yang akan digunakan dalam usaha peternakan.
"Setiap daerah, minimal kabupaten harus memiliki lahan atau daerah yang dijadikan basis peternakan sapi sehingga akses untuk mendapatkan ternak mudah dan populasi sapi dapat ditingkatkan. Sertifikasi lahan ini juga ditujukan untuk mengurangi pembiayaan yang dikeluarkan pada transportasi untuk mendatangkan ternak,” tutur Muhsin yang pernah menjabat Ketua BEM Fakultas Peternakan ini.
Dijelaskan Muhsin, ternak sapi yang selama ini dipelihara di Jawa kebanyakan justru berasal dari NTT. Dan sangat jelas, mendatangkan ternak dari NTT ke Jawa dengan jarak tempuh yang jauh menyebabkan biaya pengangkutan menjadi mahal. Mahalnya biaya pengangkutan tersebut juga dikarenakan infrastuktur yang belum mendukung.
"Dengan adanya program sertifikasi lahan peternakan ini nantinya tiap daerah mampu mengembangbiakan ternak sapi sendiri. Pada akhirnya nanti, diharapkan tiap daerah bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan daging sapi. Tidak perlu lagi ongkos mahal mengirim sapi," paparnya.
Usai dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi, Muhsin mengaku bangga dan sangat bersyukur karena bisa memberikan yang terbaik untuk UGM. "Setidaknya mengharumkan nama baik almamater yang telah mendidik saya,” kata Muhsin.
Kegiatan TIMPI 2013 sendiri merupakan sarana pengumpulan karya dan inovasi mahasiswa peternakan untuk memajukan peternakan Indonesia. TIMPI 2013 mengangkat tema besar yakni “Membangun Peternakan Negeri dengan Inovasi”. Pada acara yang dihadiri 80 orang delegasi mahasiswa peternakan se-Indonesia ini diselenggarakan pula lomba Debat Peternakan Nasional dan Call for Policy Paper.
"Meski realita data dan sisa waktu saat ini menunjukkan bahwa Indonesia hampir mustahil untuk mencapai swasembada daging di 2014, semua pihak yakin Indonesia bisa mencapai swasembada daging," imbuhnya.
Memenangkan dua dari tiga kompetisi yang digelar membuat UGM membawa pulang piala bergilir TIMPI (Adhigana Rafflesia) yang sebelumnya dipegang oleh Institut Pertanian Bogor. Dan melalui TIMPI diharapkan menjadi langkah awal mahasiswa peternakan untuk terus menyalurkan ide, karya dan inovasi mereka di bidang science. Gagasan untuk membantu penyuksesan swasembada daging pun dijanjikan akan benar-benar direalisasikan dengan dibentuknya tim adhoc dan Duta Mahasiswa Peternakan.
Dengan mengangkat tema Swasembada Daging Sapi 2014, pada TIMPI 2013 telah terpilih sepuluh finalis diantaranya UGM, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Negeri Surakarta, Universitas Padjajaran, Universitas Sriwijaya dan Universitas Islam Negeri Alaudin Makasar.
“Ada beberapa kriteria dalam seleksi kompetisi tersebut, antara lain karya tulis, kemampuan berbahasa Inggris, bakat, presentasi, dan kegiatan organisasi yang diikuti maupun prestasi yang pernah diraih,” tutur Muhsin Minggu (1/12/2013).
Muhsin menjelaskan, tiap peserta diwajibkan membuat gagasan untuk mencapai atau merealisasikan program tersebut. Pada kesempatan tersebut, ia mengangkat tema tentang sertifikasi lahan peternakan. Dalam karya tulisnya Muhsin menyampaikan, untuk mewujudkan swasembada daging sapi tahun 2014 diperlukan kejelasan wilayah yang akan digunakan dalam usaha peternakan.
"Setiap daerah, minimal kabupaten harus memiliki lahan atau daerah yang dijadikan basis peternakan sapi sehingga akses untuk mendapatkan ternak mudah dan populasi sapi dapat ditingkatkan. Sertifikasi lahan ini juga ditujukan untuk mengurangi pembiayaan yang dikeluarkan pada transportasi untuk mendatangkan ternak,” tutur Muhsin yang pernah menjabat Ketua BEM Fakultas Peternakan ini.
Dijelaskan Muhsin, ternak sapi yang selama ini dipelihara di Jawa kebanyakan justru berasal dari NTT. Dan sangat jelas, mendatangkan ternak dari NTT ke Jawa dengan jarak tempuh yang jauh menyebabkan biaya pengangkutan menjadi mahal. Mahalnya biaya pengangkutan tersebut juga dikarenakan infrastuktur yang belum mendukung.
"Dengan adanya program sertifikasi lahan peternakan ini nantinya tiap daerah mampu mengembangbiakan ternak sapi sendiri. Pada akhirnya nanti, diharapkan tiap daerah bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan daging sapi. Tidak perlu lagi ongkos mahal mengirim sapi," paparnya.
Usai dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi, Muhsin mengaku bangga dan sangat bersyukur karena bisa memberikan yang terbaik untuk UGM. "Setidaknya mengharumkan nama baik almamater yang telah mendidik saya,” kata Muhsin.
Kegiatan TIMPI 2013 sendiri merupakan sarana pengumpulan karya dan inovasi mahasiswa peternakan untuk memajukan peternakan Indonesia. TIMPI 2013 mengangkat tema besar yakni “Membangun Peternakan Negeri dengan Inovasi”. Pada acara yang dihadiri 80 orang delegasi mahasiswa peternakan se-Indonesia ini diselenggarakan pula lomba Debat Peternakan Nasional dan Call for Policy Paper.
"Meski realita data dan sisa waktu saat ini menunjukkan bahwa Indonesia hampir mustahil untuk mencapai swasembada daging di 2014, semua pihak yakin Indonesia bisa mencapai swasembada daging," imbuhnya.
Memenangkan dua dari tiga kompetisi yang digelar membuat UGM membawa pulang piala bergilir TIMPI (Adhigana Rafflesia) yang sebelumnya dipegang oleh Institut Pertanian Bogor. Dan melalui TIMPI diharapkan menjadi langkah awal mahasiswa peternakan untuk terus menyalurkan ide, karya dan inovasi mereka di bidang science. Gagasan untuk membantu penyuksesan swasembada daging pun dijanjikan akan benar-benar direalisasikan dengan dibentuknya tim adhoc dan Duta Mahasiswa Peternakan.
(lal)