Kisah O Holy Night, dari Prancis hingga mendunia

Minggu, 01 Desember 2013 - 07:12 WIB
Kisah O Holy Night,...
Kisah O Holy Night, dari Prancis hingga mendunia
A A A
Sindonews.com - Dalam segala hal, lagu yang indah dan sangat brilian dari Prancis yang berjudul “Cantique de Noël” ini, tampak tanpa cacat dan cela. Liriknya yang religius dan melodinya yang sangat indah, serta suasana yang dibawakan kepada kita mencapai puncaknya dalam setiap penampilan lagu ini.

Dalam penerimaan publik pun lagu ini diterima dengan sangat baik. Lagu ini termasuk salah satu lagu natal Prancis yang sangat terkenal dan bahkan di dunia internasional.

Tetapi kenapa kemudian seseorang mau menolak dan melarang keras penerbitan dari karya ini di saat-saat natal? Jawabannya terletak bukan pada karakteristik dari lagu ini sendiri, tetapi pada persepsi beberapa orang terhadap pencipta lagu ini.

Kisah ini bermula di tahun 1847. Di Lembah Rhône, Prancis, yang terkenal dengan anggurnya yang berkualitas, perbedaan budaya yang mencolok, serta sejarahnya yang menawan, tinggallah seorang pria yang keberadaannya disentuh oleh seluruh aspek di atas.

Placide Cappeau (1808-1877), seorang anggota komunitas Kota Roquemaure -beberapa mil utara kota bersejarah Avignon- yang jabatannya adalah seorang komisioner mengurus anggur, yang di waktu senggangnya diisi dengan menuliskan bait-bait puisi dalam bahasa Prancis atau dialek Lang d’oc, dengan tidak sengaja menjadi seorang tokoh kecil dalam sejarah.

Kejadian menarik ini terjadi ketika Cappeau menjadi teman sepasang keluarga dari Paris bernama Laurey. Keluarga ini untuk sementara ditempatkan di Selatan Prancis, agar Laurey dapat melanjutkan kariernya di bidang teknik sipil, dengan membangun jembatan melintasi Sungai Rhône di daerah Roquemaure.

Tepat sebelum Cappeau pergi ke Paris untuk urusan bisnis, pendeta dari jemaat di sana meminta penulis paruh waktu ini untuk menuliskan sebuah puisi Natal dan menyerahkannya kepada seorang komponis terkenal di Prancis bernama Adolphe Adam (1803-1856) untuk aransemen musiknya.

Adam adalah seorang teman dekat istri pasangan Laurey, yang adalah seorang penyanyi. Dilaporkan, pada 3 Desember 1847, kira-kira di tengah perjalanan ke Paris, Cappeau mendapatkan inspirasi untuk puisi tersebut, “Minuit, Chretiens.”

Cappeau sama sekali tidak terkenal pada saat dia menghubungi Adam di Paris. Komponis tersebut sebaliknya, sedang berada pada puncak masa keemasannya, seorang yang sangat popular dan musisi yang sangat aktif. Adam baru beberapa tahun yang lalu, di tahun 1841, menghasilkan karyanya yang terbaik, balet Giselle.

Karya ini biasa disebut sebagai 'Hamlet untuk karya balet', karena kisahnya yang menyedihkan, tantangannya untuk balerina yang membawakan, serta keindahan estetika hasil perpaduan koreografi dan musik. Melodi yang dibuatnya untuk karya puisi dari teman Ny Laurey hanyalah karya kecil dari reputasinya.

Setelah Cappeau membawa karyanya kepada Adam, lagu ini berhasil diselesaikan dalam beberapa hari. Pemunculan perdana dari lagu ini, seperti yang telah direncanakan, adalah pada misa tengah malam di gereja Roquemaure pada Natal 1847.

Sangat mudah dimengerti bahwa para penonton tidak menyangka bahwa musik yang begitu menyentuh jiwa ini sebagian adalah hasil karya seseorang dari tempat itu sendiri. Mereka sangat terkesima.

Setelah pemunculan ini, bertahun-tahun kemudian, lagu ini menjadi lagu yang sangat terkenal dinyanyikan pada saat Natal. Pertama kali lagu ini diterbitkan pada tahun 1855 oleh Schott and Company di London, dan dari sanalah, lagu ini mengalami beberapa penyesuaian dan diterjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia.

Terjemahan yang paling terkenal adalah versi O, Holy Night yang ditulis oleh seorang kritikus musik dan jurnalis dari Amerika bernama John Sullivan Dwight (1818-1893).

Karena lagu ini sangat terkenal dan popular, maka beberapa orang kurang menyenangi lagu ini dan menganggapnya tidak mewakili Natal. Alasan utama serangan terhadap lagu ini bukan pada bagian seninya, tetapi lebih kepada karakteristik negatif latar belakang penulisnya.

Seorang bishop dari Prancis bahkan pernah mengatakan bahwa lagu ini tidak memiliki cita rasa musik dan kehilangan (tidak ada) spirit agama di dalamnya. Adam berasal dari latar belakang non-Kristen dan pekerjaannya pun adalah komponis lagu-lagu opera untuk teater, sebuah arena yang sangat jauh dari wilayah religius teologis.

Lebih buruk lagi, Cappeau digambarkan sebagai seorang sosial radikal, pemikir bebas, sosialis, dan seorang non-Kristen. Dalam beberapa hal, pengelompokan seperti ini benar. Pada akhir masa hidupnya, Cappeau mengadopsi beberapa pemikiran politik dan sosial yang sangat ekstrim di masanya, seperti menentang ketidaksetaraan, perbudakan, ketidakadilan, dan segala macam penindasan.

Hal ini sangat jelas diindikasikan dalam karya puisinya yang terbit tahun 1876 berjudul “Le Château de Roquemaure”, sebuah karya puisi filosofis 4000 baris dimana Cappeau menyangkali lirik yang ditulisnya tahun 1847 dan merevisi seluruh isi dan penampakannya.

Seluruh keanehan ini terjadi pada akhir-akhir masa hidupnya, dan ditandai dengan kehidupan eksentrik yang sangat jelas. Ketika dia menulis bait-bait lagunya yang indah dan menyentuh, dia mungkin hanyalah seorang Kristen biasa, kalau tidak pendeta jemaat tersebut tidak akan memintanya untuk menuliskan suatu puisi yang sifatnya religius.

Secara keseluruhan, lagu ini mungkin merupakan lagu solo Natal terindah yang ada sekarang ini. Pengaruh lagu ini pada kebudayaan barat diilustrasikan di sebuah cerita yang konon kabarnya belum diketahui kebenarannya. Ketika terjadi perang antara Prancis dan Prussia (sekarang Jerman) di tahun 1870-1871, tentara Prancis dan Jerman saling berhadapan di parit-parit luar kota Paris.

Pada malam Natal, seorang tentara Prancis tidak disangka-sangka melompat keluar parit dan menyanyikan lagu ini. Terpesona akan keindahan lagu ini, para tentara Jerman bukan saja tidak menembak tentara Prancis tersebut, malah mulai menyanyikan lagu Natal yang terkenal di Jerman yang ditulis oleh Martin Luther berjudul “Vom Himmel hoch” (“From Heaven Above to Earth I come”).

Benar tidaknya kejadian ini, setidaknya melukiskan betapa lagu ini begitu dicintai. Jika ini sejarah, maka hal ini melukiskan pengaruh budaya dari lagu tersebut. Jika ini hanya cerita, maka hal ini mencerminkan pengaruh yang berkelanjutan dari lagu ini dalam imajinasi manusia.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0583 seconds (0.1#10.140)