Sentuhan budaya Bali di Gereja Palasari

Senin, 02 Desember 2013 - 08:18 WIB
Sentuhan budaya Bali...
Sentuhan budaya Bali di Gereja Palasari
A A A
Sindonews.com - Palasari adalah salah satu desa yang terletak di Kabupaten Negara, Bali. Jarak tempuh kurang lebih 25 menit dari pelabuhan Gilimanuk. Sepanjang perjalanan masih terdapat hutan yang membuat Palasari menjadi indah dan nyaman untuk beristirahat ataupun berwisata rohani.

Banyak kegiatan Rohani yang telah dilakukan di Desa Palasari ini, baik itu berskala daerah maupun nasional. Mayoritas penduduk asli desa Palasari ini menganut agama Katolik. Upacara keagamaannya pun masih menggunakan tradisi Bali.

Di Desa Palasari ini terdapat dua objek wisata rohani yang sering dikunjungi yaitu Gereja Hati Kudus Yesus Palasari dan Gua Maria Palasari.

Gereja Hati Kudus Yesus Palasari

Sejarah Gereja Palasari berawal pada tahun 1940an, dimana Pater Simon Buis, SVD bersama puluhan kepala keluarga yang berasal dari Tuka dan Gumbrih, membuka sebuah hutan Pala di suatu lokasi dekat bukit, yang diberi nama Palasari (sekarang disebut Palasari Lama). Palasari lama pindah tempat ke sebelah utara sungai Sanghyang. Tempat inilah yang sekarang kita sebut Palasari.

Di sini Pater Simon Buis membangun desa “Model Dorf ” yaitu desa berbudaya Bali namun tetap bernuansa Katolik. Tahun 1955 bukit di sebelah timur Gereja sementara diratakan dan kemudian dibangunlah sebuah Gereja. Gereja yang kokoh, perpaduan arsitektur Belanda dan Bali memberikan nuansa tersendiri bagi umat Katolik Bali.

Gereja Palasari ini diresmikan oleh Pastor Simon Bois pada 15 September 1940. Pastor inilah yang mengenalkan agama Katolik pertama kalinya di daerah Bali Barat (Palasari).

Arsitektur Gereja Palasari sangat kental akan unsur Bali-nya. Keunikan bangunan Gereja Palasari adalah bangunan Gereja inkulturatif yang memadukan arsitektur ghotik dengan Bali. Walaupun Gereja Palasari ini memiliki usia yang sangat tua namun kondisi dan keadaan dalam gedung masih sangat terlihat modern.

Pada pintu masuk halaman terdapat seperti gapura yang pada umumnya terdapat di Pur-Pura (tempat ibadah umat Hindu) atau di pintu masuk rumah-rumah masyarakat Bali pada umumnya. Halaman Gereja Palasari yang banyak ditumbuhi pohon cemara dengan beberapa pembatas halaman gedung Gereja yang terdapat sedikit ukir-ukiran Bali.

Di dalam Gereja, setelah pintu masuk, kita bisa melihat foto-foto lawas yang menunjukkan sejarah pembangunan Gereja Palasari seperti foto lawas romo-romo Eropa yang memulai karir misi di daerah Palasari dan juga memulai pembangunan Gereja Paroki Hati Kudus Yesus Palasari.

Bagian dalam Gereja mulai dari patung, tabernakel, altar, salib, 14 ukiran jalan salib, semuanya tersentuh budaya Bali. Seperti terlihat pada patung Bunda Maria dan Yesus di sisi kanan dan kiri altar terdapat payung (tedung) yang kebanyakan dipakai oleh orang Bali atau adat Bali.

Gua Maria Palasari

Gua Maria ‘Palinggih Ida Kaniaka Maria’ Palasari dibangun pertama kali pada tahun 1962 di Banjar Palasari, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali yang lokasinya pada saat itu bersebelahan dengan Kepala Susteran OSF Palasari. Karena beberapa pertimbangan pada tanggal 13 Desember 1983 dipindahkan ke lokasi Monumen Pastor Simon Buis.

Palinggih Ida Kaniaka Maria dalam bahasa Indonesia yang berarti tempat suci bagi Bunda Maria ini diberkati oleh Bapa Uskup Denpasar Mgr Vitalis Djebarus, SVD (alm), lebih lanjut Bapa Uskup Mgr DR Benyamin Yosep Bria, PR (alm). Semenjak tahun 2000, Palinggih Ida Kaniaka Maria Palasari banyak dikunjungi peziarah lokal, domestik, dan mancanegara.

Maka Pastor Paroki pada saat itu yaitu Rm Laurensius Maryono Pr, merasa terpanggil untuk mengadakan renovasi atau pemugaran Gua Maria, maka sekarang Palinggih Ida Kaniaka Maria sedang dalam masa renovasi atau pemugaran Gua Maria dan sedang ditambahkan areal khusus stasi Jalan Salib yang bisa digunakan oleh para peziarah yang ingin berdoa.

Sepanjang perjalan menuju tempat ziarah Gua Maria Palinggih Ida Kaniaka Maria Palasari, anda akan menikmati pemandangan yang nyaman dan asri.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0859 seconds (0.1#10.140)