Waspada, tren osteoporosis bergeser ke anak muda
A
A
A
Sindonews.com - Dosen Fakultas Farmasi Universitas Hasanudin Yusnita Rifai terinspirasi dari saudaranya untuk meneliti soal osteoporosis. Hal itu membuat ia lolos dan meraih Fellowship Rp80 juta dalam ajang L'Oreal-UNESCO For Women in Science.
Saat diperiksa, saudaranya di usia 25 tahun sudah memiliki kapur dalam tulang 50 persen. Hal itu menunjukkan bahwa tren bahaya osteoporosis bergeser ke usia lebih dini.
"Kerapuhan tulang lebih cepat terjadi, karena gaya hidup, lebih banyak di depan komputer, kurang olah raga, makanan tak seimbang menyebabkan tulang keropos," katanya di Perpustakaan Universitas Indonesia (UI), Kamis (14/11/2013).
Menurutnya, tulang mengalami dua fase yakni remodelling atau absursi tulang, atau tulang yang meresobsi membuang yang rusak. Ketika resobsinya tinggi, terjadilah osteoporosis.
"Karena itu saya ingin mewujudkan prototipe alat bio sensor, agar protein terbaca dalam proses resobsi. Sudah bukan di atas 40 tahun lagi, sudah mulai bergeser. Bahkan anak muda bisa kejepit tulang belakang. Dalam 200 ribu kasus ada 100 anak muda, dan 50 persen terjadi di Asia," jelasnya.
Pengaruh susu tinggi kalsium, lanjut Yusnita, juga tidak boleh salah kaprah. Mengonsumsi susu kalsium terlalu banyak, malah membuatnya berlebih dan menumpuk resiko kanker.
"Alat yang saya ciptakan bisa mengecek lewat urin. Semacam testpack nanti ada perubahan warna. Hubungkan dengan digital. Designnya kami uji sensitifitasnya, ke depan akan buat lebih simpel, mungkin enam bulan ke depan baru bisa sempurna," jelasnya.
Ia mengimbau, agar masyarakat mengontrol gaya hidup, pola makan dan rajin berolahraga. Perempuan asal Makasar kelahiran 17 November 1975 ini mengenyam pendidikan S1 di Universitas Hasanudin, S2 di Australia, dan S3 di Chiba University Japan.
"Osteoporosis enggak perlu diobati, tapi kuncinya harus hidup seimbang," tutupnya.
Baca berita:
Gigi berlubang bisa sebabkan penyakit jantung
Saat diperiksa, saudaranya di usia 25 tahun sudah memiliki kapur dalam tulang 50 persen. Hal itu menunjukkan bahwa tren bahaya osteoporosis bergeser ke usia lebih dini.
"Kerapuhan tulang lebih cepat terjadi, karena gaya hidup, lebih banyak di depan komputer, kurang olah raga, makanan tak seimbang menyebabkan tulang keropos," katanya di Perpustakaan Universitas Indonesia (UI), Kamis (14/11/2013).
Menurutnya, tulang mengalami dua fase yakni remodelling atau absursi tulang, atau tulang yang meresobsi membuang yang rusak. Ketika resobsinya tinggi, terjadilah osteoporosis.
"Karena itu saya ingin mewujudkan prototipe alat bio sensor, agar protein terbaca dalam proses resobsi. Sudah bukan di atas 40 tahun lagi, sudah mulai bergeser. Bahkan anak muda bisa kejepit tulang belakang. Dalam 200 ribu kasus ada 100 anak muda, dan 50 persen terjadi di Asia," jelasnya.
Pengaruh susu tinggi kalsium, lanjut Yusnita, juga tidak boleh salah kaprah. Mengonsumsi susu kalsium terlalu banyak, malah membuatnya berlebih dan menumpuk resiko kanker.
"Alat yang saya ciptakan bisa mengecek lewat urin. Semacam testpack nanti ada perubahan warna. Hubungkan dengan digital. Designnya kami uji sensitifitasnya, ke depan akan buat lebih simpel, mungkin enam bulan ke depan baru bisa sempurna," jelasnya.
Ia mengimbau, agar masyarakat mengontrol gaya hidup, pola makan dan rajin berolahraga. Perempuan asal Makasar kelahiran 17 November 1975 ini mengenyam pendidikan S1 di Universitas Hasanudin, S2 di Australia, dan S3 di Chiba University Japan.
"Osteoporosis enggak perlu diobati, tapi kuncinya harus hidup seimbang," tutupnya.
Baca berita:
Gigi berlubang bisa sebabkan penyakit jantung
(kri)