Pengamat nilai pemilih pemuda kurang simpati dengan PPP
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Iding Rosyidin Hasan mengatakan, bahwa peluasan cakupan pemilih memang langkah strategis untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Namun, dia mengaku pesimis bahwa PPP dapat menarik pemilih lain, termasuk pemilih pemula. "Tidak akan terlalu signifikan. Karena PPP relatif tidak terlampau menarik bagi pemilih pemula. Bahkan PPP identik dengan kaum tua. Jadi bagi kalangan muda tidak terlalu tertarik," katanya, Selasa, 29 Oktober 2013.
Iding mengatakan, butuh waktu yang lama untuk PPP menarik pemilih pemula. Dengan waktu yang tersisa cukup sulit bagi PPP merubah image, yang dekat dengan kaum muda atau pemilih pemula. "Butuh waktu yang lama untuk merubah mindset itu," katanya.
Apalagi PPP saat ini masih berkutat pada isu-isu yang jauh dari ketertarikan anak muda. Dalam hal ini, PPP kurang bermain pada isu-isu polpulis. Sehingga akan sulit menarik pemilih pemula.
"Isu-isu PPP masih Keislaman. Bahkan isu syariah. Ini bagi kelompok muda isu yang tidak muda. Isu yang harus dimainkan lebih populis. Seperti bebas korupsi," katanya.
Bahkan menurut dia, untuk pemilih setianya yakni Islam tradisional pun PPP masih harus berbagi dengan partai Islam lain. Bahkan dimungkinkan pindah ke partai nasionalis. Sehingga memang sulit PPP untuk mendongkrak suara di pemilu mendatang.
"Tetapi sekarang kan basis tradisional mengalami mobilitas vertikal, terutama anak muda. Dimana relatif terbuka untuk pindah ke lain partai. Partai-partai Islam lain juga merebutkan ini. Ini dapat ditarik sesama partai-partai Islam lain. Pemilih terpolarisasi," ungkapnya.
Meskipun memang ada yang masih benar-benar setia pada PPP. Menurut dia, pemilih tua lah yang cenderung akan setia. Hal ini dikarenakan memang, karena PPP sudah mendarah daging di dalam keluarganya, "Ini sulit pindah ke lain hati," katanya.
Dia mengatakan tidak hanya PPP, bagi partai Islam secara keseluruhan memang cukup sulit untuk naik elektabilitasnya. Dia sepakat dengan berbagai hasil rilis survei yang memprediksi, bahwa partai Islam akan jeblok pada pemilu mendatang.
Klik di sini untuk berita terkait.
Namun, dia mengaku pesimis bahwa PPP dapat menarik pemilih lain, termasuk pemilih pemula. "Tidak akan terlalu signifikan. Karena PPP relatif tidak terlampau menarik bagi pemilih pemula. Bahkan PPP identik dengan kaum tua. Jadi bagi kalangan muda tidak terlalu tertarik," katanya, Selasa, 29 Oktober 2013.
Iding mengatakan, butuh waktu yang lama untuk PPP menarik pemilih pemula. Dengan waktu yang tersisa cukup sulit bagi PPP merubah image, yang dekat dengan kaum muda atau pemilih pemula. "Butuh waktu yang lama untuk merubah mindset itu," katanya.
Apalagi PPP saat ini masih berkutat pada isu-isu yang jauh dari ketertarikan anak muda. Dalam hal ini, PPP kurang bermain pada isu-isu polpulis. Sehingga akan sulit menarik pemilih pemula.
"Isu-isu PPP masih Keislaman. Bahkan isu syariah. Ini bagi kelompok muda isu yang tidak muda. Isu yang harus dimainkan lebih populis. Seperti bebas korupsi," katanya.
Bahkan menurut dia, untuk pemilih setianya yakni Islam tradisional pun PPP masih harus berbagi dengan partai Islam lain. Bahkan dimungkinkan pindah ke partai nasionalis. Sehingga memang sulit PPP untuk mendongkrak suara di pemilu mendatang.
"Tetapi sekarang kan basis tradisional mengalami mobilitas vertikal, terutama anak muda. Dimana relatif terbuka untuk pindah ke lain partai. Partai-partai Islam lain juga merebutkan ini. Ini dapat ditarik sesama partai-partai Islam lain. Pemilih terpolarisasi," ungkapnya.
Meskipun memang ada yang masih benar-benar setia pada PPP. Menurut dia, pemilih tua lah yang cenderung akan setia. Hal ini dikarenakan memang, karena PPP sudah mendarah daging di dalam keluarganya, "Ini sulit pindah ke lain hati," katanya.
Dia mengatakan tidak hanya PPP, bagi partai Islam secara keseluruhan memang cukup sulit untuk naik elektabilitasnya. Dia sepakat dengan berbagai hasil rilis survei yang memprediksi, bahwa partai Islam akan jeblok pada pemilu mendatang.
Klik di sini untuk berita terkait.
(stb)