Sutarman diminta perbaiki citra buruk polisi
A
A
A
Sindonews.com - Calon Kapolri Komjen Pol Sutarman dimintai komitmennya untuk mengubah citra buruk polisi saat ini. Dirinya diminta untuk melakukan perubahan di internal, eksternal kepolisian, serta performance seorang Kapolri untuk mau blusukan dan berpenampilan sederhana.
Permasalahan yang dihadapi kepolisian sata ini adalah hilangnya rasa ketidakpercayaan masyarakat yang disebabkan perilaku dari sebagian anggota Polri.
Misalnya saja sikap arogansi personil polisi di lapangan, kurang berkomitmen dalam penegakan hukum, kurang dekat dengan masyarakat sehingga memunculkan persepsi jika berurusan dengan polisi hanya akan menguras uang, dan adanya oknum Polri yang menjadikan sebagian masyarakat sebagai ATM.
"Ini persoalan nyata yang dihadapi Polri dari sisi internal kepolisian sebagai institusi negara penegak hukum," kata Anggota Komisi III DPR RI Harry Witjaksono ketika dihubungi, Kamis (17/10/2013).
Dari sisi eksternal, dia meminta komitmen calon Kapolri dalam pemberantasan premanisme, termasuk adanya kalangan pengusaha yang menggunakan kekuatan polisi untuk mengamankan usaha mereka. Menurut dirinya, tindakan premanisme tidak hanya terjadi di elite Polri, tapi juga di tingkat bawah.
Misalnya perilaku personil kepada rakyat kecil di pasar. Kemudian persoalan kejahatan di dalam kota atau crime on street, seringkali ketika terjadi tindakan kriminal, polisi tidak ada di tempat kejadian. "Dari situasi seperti ini, maka muncul persepsi negatif terhadap Polri," kata politisi Partai Demokrat itu.
Sekretaris Divisi Advokasi Hukum dan HAM DPP Partai Demokrat itu mengimbau Kapolri untuk tampil lebih bersahaja, tidak perlu bermewah-mewahan sehingga bisa menjadi panutan bagi polisi di bawahnya.
"Kapolri jangan tampil bermewah-mewahan, kalau bisa Kapolri tidak perlu selalu tampil dengan baju kebesarannya, seperti blusukan dengan menyamar tanpa mobil dinas ke barak-barak polisi, untuk melihat kondisi nyata anak buahnya," pintanya.
Baca berita:
Jawaban Sutarman terkait rekeningnya
Permasalahan yang dihadapi kepolisian sata ini adalah hilangnya rasa ketidakpercayaan masyarakat yang disebabkan perilaku dari sebagian anggota Polri.
Misalnya saja sikap arogansi personil polisi di lapangan, kurang berkomitmen dalam penegakan hukum, kurang dekat dengan masyarakat sehingga memunculkan persepsi jika berurusan dengan polisi hanya akan menguras uang, dan adanya oknum Polri yang menjadikan sebagian masyarakat sebagai ATM.
"Ini persoalan nyata yang dihadapi Polri dari sisi internal kepolisian sebagai institusi negara penegak hukum," kata Anggota Komisi III DPR RI Harry Witjaksono ketika dihubungi, Kamis (17/10/2013).
Dari sisi eksternal, dia meminta komitmen calon Kapolri dalam pemberantasan premanisme, termasuk adanya kalangan pengusaha yang menggunakan kekuatan polisi untuk mengamankan usaha mereka. Menurut dirinya, tindakan premanisme tidak hanya terjadi di elite Polri, tapi juga di tingkat bawah.
Misalnya perilaku personil kepada rakyat kecil di pasar. Kemudian persoalan kejahatan di dalam kota atau crime on street, seringkali ketika terjadi tindakan kriminal, polisi tidak ada di tempat kejadian. "Dari situasi seperti ini, maka muncul persepsi negatif terhadap Polri," kata politisi Partai Demokrat itu.
Sekretaris Divisi Advokasi Hukum dan HAM DPP Partai Demokrat itu mengimbau Kapolri untuk tampil lebih bersahaja, tidak perlu bermewah-mewahan sehingga bisa menjadi panutan bagi polisi di bawahnya.
"Kapolri jangan tampil bermewah-mewahan, kalau bisa Kapolri tidak perlu selalu tampil dengan baju kebesarannya, seperti blusukan dengan menyamar tanpa mobil dinas ke barak-barak polisi, untuk melihat kondisi nyata anak buahnya," pintanya.
Baca berita:
Jawaban Sutarman terkait rekeningnya
(kri)