Sinergisitas pendidikan & kesehatan, ciptakan SDM potensial
A
A
A
Sindonews.com - Pakar Kependudukan Sebagai Kebijakan Pembangunan Nasinal Sri Moertiningsih Adioetomo mengatakan, dalam bonus demografi tidak otomatis didapatkan, tentunya membutuhkan perkembangan pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi.
Saat ini Indonesia mengalami struktur umur yang berubah, mengakibatkan peningkatan kesehatan bagi usia tua. Tentunya hal tersebut harus dibarengi dengan peningkatan produktifitas.
“Kesinergisan antara pendidikan, kesehatan, pemerintahan dan kebijakan serta ekonomi dapat menyerap tenaga kerja (SDM-Sumber Daya Manusia) yang potensial,” kata dia, di Kantor BKKBN, Jakarta, Kamis (17/10/2013).
Namun hal tersebut harus dibarengi dengan pendidikan yang berorientasi. Menurut dia, bukan hanya jumlah kuantitas tetapi juga kualitas kognitif dan kemampuan yang sangat dibutuhkan.
“Dengan begitu para lulusan yang kuantitasnya berkualitas dapat terserap di dunia kerja,” tegas dia.
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Emil Salim mengatakan, akibat dari minimnya infrastruktur dan juga lemahnya produktifitas di suatu daerah, mengakibatkan melonjoknya urbanisasi yang tidak dapat terkontrol. Hal ini dikarenakan nilai tukar petani sangat kecil, dibandingkan nilai keuangan industri.
Demikian dampaknya mengakibatkan urbanisasi khususnya para pemuda yang tadinya bertani menjadi pegawai pabrik di kota-kota. Dengan memperbaiki infrastruktur seperti memperbaiki irigasi, perbaikan jalan dan listri menjadi kebutuhan utama.
“Saat ini sekitar 5 juta penduduk yang tadinya bertani berpindah menjadi pekerja nonformal dan mereka kebanyakan ialah para remaja,” paparnya.
Saat ini Indonesia mengalami struktur umur yang berubah, mengakibatkan peningkatan kesehatan bagi usia tua. Tentunya hal tersebut harus dibarengi dengan peningkatan produktifitas.
“Kesinergisan antara pendidikan, kesehatan, pemerintahan dan kebijakan serta ekonomi dapat menyerap tenaga kerja (SDM-Sumber Daya Manusia) yang potensial,” kata dia, di Kantor BKKBN, Jakarta, Kamis (17/10/2013).
Namun hal tersebut harus dibarengi dengan pendidikan yang berorientasi. Menurut dia, bukan hanya jumlah kuantitas tetapi juga kualitas kognitif dan kemampuan yang sangat dibutuhkan.
“Dengan begitu para lulusan yang kuantitasnya berkualitas dapat terserap di dunia kerja,” tegas dia.
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Emil Salim mengatakan, akibat dari minimnya infrastruktur dan juga lemahnya produktifitas di suatu daerah, mengakibatkan melonjoknya urbanisasi yang tidak dapat terkontrol. Hal ini dikarenakan nilai tukar petani sangat kecil, dibandingkan nilai keuangan industri.
Demikian dampaknya mengakibatkan urbanisasi khususnya para pemuda yang tadinya bertani menjadi pegawai pabrik di kota-kota. Dengan memperbaiki infrastruktur seperti memperbaiki irigasi, perbaikan jalan dan listri menjadi kebutuhan utama.
“Saat ini sekitar 5 juta penduduk yang tadinya bertani berpindah menjadi pekerja nonformal dan mereka kebanyakan ialah para remaja,” paparnya.
(maf)