Menggantungkan harapan hidup lewat beasiswa
A
A
A
Sindonews.com - Jika sebagian anak muda lain gembira ketika dia mendapat hadiah mobil dari orangtuanya, tidak begitu bagi Nur Hidayah. Dia gembira bukan kepalang ketika menerima surat, bahwa dia termasuk salah satu siswa penerima beasiswa Bidikmisi satu setengah tahun lalu.
Gadis berjilbab ini akhirnya diterima di Universitas Negeri Mataram dengan jurusan Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn).
Nur tidak mendapat dengan mudah beasiswa tersebut. Dia menceritakan, sekolahnya SMA Maarif yang terletak di Lombok Praya, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini, tidak menyediakan akses informasi mengenai beasiswa apapun.
Bahkan Bidikmisi itu dia dengar dari temannya yang bersekolah di sekolah negeri. “Awalnya hanya tahu dari teman. Dia bilang ada beasiswa dari pemerintah untuk orang miskin,” katanya ketika menerima kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh, di Lombok Praya, NTB, Rabu 11 September 2013.
Dia pun bergerilya sendirian, sampai akhirnya mampu mengumpulkan semua dokumen yang diperlukan. Hanya doa dari orang tua yang dia harapkan agar beasiswa terbatas itu mampu ia raih. Nur mengaku, ayahnya hanya seorang kuli bangunan sementara ibunya terkena stroke sejak lama.
Menurutnya, untuk biaya sehari-hari, keluarga yang menempati rumah sangat sederhana ini menggantungkan hidupnya ke ketiga kakaknya yang menjadi tenaga honorer. Hidup dalam keterbatasan inilah yang melecut gadis yang pandai membaca Alquran ini untuk kuliah.
Nur mengaku sangat bangga diterima di Unram dengan beasiswa tersebut. Rasa bangganya tidak mampu dilukiskan kata-kata. Kini mahasiswa yang kemarin baru meraih IP 3,5 ini ingin segera menyelesaikan kuliahnya.
Gadis berjilbab ini akhirnya diterima di Universitas Negeri Mataram dengan jurusan Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn).
Nur tidak mendapat dengan mudah beasiswa tersebut. Dia menceritakan, sekolahnya SMA Maarif yang terletak di Lombok Praya, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini, tidak menyediakan akses informasi mengenai beasiswa apapun.
Bahkan Bidikmisi itu dia dengar dari temannya yang bersekolah di sekolah negeri. “Awalnya hanya tahu dari teman. Dia bilang ada beasiswa dari pemerintah untuk orang miskin,” katanya ketika menerima kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh, di Lombok Praya, NTB, Rabu 11 September 2013.
Dia pun bergerilya sendirian, sampai akhirnya mampu mengumpulkan semua dokumen yang diperlukan. Hanya doa dari orang tua yang dia harapkan agar beasiswa terbatas itu mampu ia raih. Nur mengaku, ayahnya hanya seorang kuli bangunan sementara ibunya terkena stroke sejak lama.
Menurutnya, untuk biaya sehari-hari, keluarga yang menempati rumah sangat sederhana ini menggantungkan hidupnya ke ketiga kakaknya yang menjadi tenaga honorer. Hidup dalam keterbatasan inilah yang melecut gadis yang pandai membaca Alquran ini untuk kuliah.
Nur mengaku sangat bangga diterima di Unram dengan beasiswa tersebut. Rasa bangganya tidak mampu dilukiskan kata-kata. Kini mahasiswa yang kemarin baru meraih IP 3,5 ini ingin segera menyelesaikan kuliahnya.
(maf)